❝ Will we ever get to the other side
Dunno but I swear I'll die trying ❞Aku baru saja melaksanakan rencana terakhir yang mampir dadakan di kepalaku satu jam lalu.
Selagi menanti hasilnya, aku bertanya-tanya dalam benakku, 'Berhasilkah rencanaku? Akankah Seokjin patah hati?' Sembari memandangi wajah-wajah asing berlalu-lalang di koridor.
Aku terus-terusan menanti dengan tidak sabaran sembari menyaksikan jarum jam yang berdetak kian lambat seakan ia tengah mengolok-olok aku dan rencanaku.
Ketika dentuman musik pesta berhenti secara tiba-tiba dan para tamu pun menghambur ke segala penjuru—aku tahu rencanaku telah berjalan dengan semestinya.
Kegaduhan yang memekkan menggema melalui dinding-dinding rumah, orang-orang berkelebatan seperti kumpulan semut yang bubar karena terancam. Namun sebagian kecil dari mereka memilih berkumpul dan berdesakan di depan pintu kamarku, diantaranya sibuk dengan ponsel yang mengeluarkan kilat-kilat cahaya di tangan mereka dan sisanya terperangah tak percaya.
Tak ada satupun yang kukenal di sana. Termasuk kedua wanita yang memasang wajah ngeri seraya saling melempar komentar mengenai kengerian di hadapannya.
"Benar 'kan, tidak semua orang kaya itu bahagia. Bukan kah yang terpenting itu hidup penuh cinta?" Komentar salah satunya.
Lawan bicaranya mengacungkan telunjuk pada Seokjin, "Tapi dia pacar Seokjin 'kan? Kim Seokjin yang tampan tapi... brengsek itu?"
"OMG! Aku kenal dia, Kim Seokjin dari jurusan seni peran yang selalu memanfaatkan kekayaan pacar-pacarnya saja kan? Kenapa dia memilih laki-laki keparat semacam itu?"
Seokjin keparat katamu? Aku berharap kalian keliru...
Aku ingin sekali yakin bahwa mereka hanya membual, aku ingin percaya bahwa ungkapan cinta yang keluar dari dua belah bibir Seokjin datang dari hatinya, walau aku tahu ini akan bertambah jelas pun semakin sulit—mempercayai dia.
Aku mendekati kerumunan, menembus melewati mereka satu persatu dan sampai pada pusat perhatian mereka.
Itu aku.
Aku melihat diriku sendiri terkulai dalam pelukan Seokjin. Tiada hembusan napas di sana, hanya darah yang mengering serta memilih enggan kembali mengalir dari kedua lenganku yang tersayat dan kian pucat.
kalimat itu sekali lagi, terulang dengan manisnya melalui benakku.
'Kamu tahu, aku ini tidak bisa hidup tanpamu.'
Demi mematahkan hati Seokjin, aku sudah mencoba mati-matian walaupun pada akhirnya pilihanku jatuh pada mencoba mati.Namun setelah semua itu, diam-diam aku menyesali keputusanku. Bukan karena baru menyadari betapa gila dan bodohnya diriku.
Tapi lantaran pada detik berikutnya, aku mendapati Seokjin sedang menerapkan ilmu seni peran yang ia dapatkan dari kampusnya.
Jadi... Meski air matanya terus jatuh bergulir, tetapi hatinya tidak patah.
Fin
.
.
.
..◌⑅●♡⋆♡♡⃛◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞⸜₍ ˍ́˱˲ˍ̀ ₎⸝◟( ˊ̱˂˃ˋ̱ )◞♡⃛♡⋆♡●⑅◌
A/N : Lololol maaf telah membuat karaktermu jadi materialistis dan bejadd begini mas seokjin. Makanya jangan kegantengan (╥﹏╥)
Saran & kritik sangat diperlukan demi memperbaiki ficlet hina ini. Terima kasih sudah mampir ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Die Trying | Kim Seokjin
FanfictionAku melihat air matanya jatuh tapi hatinya tidak patah. (Pemenang Wattys 2018 : The Revisionist) 🔺A short story / FICLET 🔺You X Kim Seokjin BTS 🔺Tracklist : Die Trying - Michl Cover by peach-nuc (02-09-2018 peringkat 19 di #ficlet) (15-09-2018 pe...