Hai Aku Faranindita Ayuningtias panggilanku berbeda-beda mama manggil aku neng ayu, ayah manggil aku Dita, kak Mizan manggil aku dek Rani, adiku manggil aku kak Ita sedangkan sahabatku manggil aku nindi. Yah tergantung nyamannya gimana mau manggil aku apa.
umurku baru menginjak 17 tahun aku dan sekeluarga maksudku , ayah, ibu, kak Mizan, adiku Tias, 2 sahabatku Elena dan Riani dan 3 teman kak Mizan, Andre, Bagas, sama Putra. sengaja diajak berlibur oleh Ayah ke suatu pulau dan aku sama kak Mizan diperbolehkan mengajak teman karena kata ayah buat ramai ramai ajah, disana juga pulaunya sangat terpencil.
Pulau Dewi namanya. Menurut sejarah pulau Dewi yang aku baca di internet, Dulu kala dulu dulu sekali, pulau ini namanya pulau mati. Karena pulau ini kering bahkan tumbuhan pun bisa di katakan tidak dapat hidup di pulau ini. Air saja sangat sulit untuk ditemukan. Lalu datanglah seorang Dewi yang dikutuk. Dan menempati pulau mati ini. Dewi mengubah pulau mati menjadi hutan belantara konon katanya, air danau yang mengitari pulau mati ini adalah air mata sang Dewi. Sang Dewi menangis meratapi nasibnya sendiri. Sampai air matanya menjadi danau dan sang Dewi meninggal menenggelamkan diri di danau tersebut.
Makanya dinamakan pulau dewi. Itulah yang ku baca dari salah satu situs di internet. Ingat loh yah aku dapat dari internet. Tapi ada legenda lain juga yang mengatakan hal berbeda, kalau dinamakan pulau mati menjadi Dewi karena ada seseorang yang bernama Dewi mengorbankan diri menjadi tumbal untuk keselamatan desa desa yang menghuni pulau mati/ Dewi. Dan masih banyak lagi yang menceritakan legenda pulau Dewi dengan cerita yang berbeda pula. Aku tidak tahu mana cerita yang benar mana cerita yang hanya Abal Abal saja.
Yah namanya juga legenda yang pasti kan terjadi di masa lampau, Kita tidak tahu bagaimana cerita aslinya ya kan?.
"Assalamualaikum, nindi aku udah siap nih" suara Elena sama Riani di luar rumah mereka paling semangat kalau di ajak liburan kayak gini."Wa'alaikumsalam Len, Ri masuk dulu tunggu adek gue masih beres beres mainannya"
"Oke deh nin"
Aku mempersilahkan mereka duduk dulu, aku mengambil koper dari kamar. Yah sebenarnya kami akan berlibur 1 bulanan mungkin jadi bawaannya banyak apalagi ayah pilihnya di pulau. katanya sih mau nginep juga di Rumah Angola. Rumah yang sempat ayah sewa demi liburan keluarga.
"Eh nin Lo mau denger nggak cerita tentang Rumah Angola?" Ini nih yang aku nggak suka dari Riani. *Bigos dia. belum juga berangkat.
"Nggak perlu lagian buat apa ntar juga tahu sendiri" Elena menimpali Riani, bener juga sih lebih baik membuktikan sendiri daripada tahu dari orang lain yang belum tentu kebenarannya.
"Yee gue mau ngomong sama Nindi bukan lu sensi amat lu"
"Ri bener juga sih kata Elena, lagian kalau Lo udah bilang Lo mau dengar cerita nggak? Pasti ujung ujungnya Lo mau jadi bigos kalau nggak pasti cerita horror kan?" Aku ikut duduk disamping Riani.
"Ah jadi nggak asik!" timpal Elena jengkel. Hm dasar Riani. Aku memilih tidak mendengarkan ceritanya karena yang pertama aku tidak mau Riani merusak liburanku, terus yang kedua aku benci cerita horror terakhir Riani menceritakan kisah nenek nenek yang bunuh diri dan arwahnya gentayangan aja, aku sampai tidak bisa tidur dan aku malah nggak berani di rumah sendiri.
Aku bangkit dari dudukku ingin keluar rumah tapi, aku urungkan.
Aku lihat kak Mizan sedang berbisik bisik dengan 3 temannya di depan pintu entah apa yang sedang mereka bicarakan. Mereka terlihat sangat serius sesekali apalagi kak putra melirik lirik keadaan sekitar. Seperti ada yang dirahasiakan."Anak-anak bawa barang kalian masing masing kita berangkat sekarang"
°°°•°°°
*Bigos : biang gosip
Maaf masih amatiran banget - -" solanya masih coba coba jadi seorang penulis :)
E... Coment aja nggak apa apa aku mau tahu letak kekurangannya dimana yang masih nggak enak dibaca ntar aku perbaiki :'
Dukungan readers sangat membantu dalam cerita ini.
Terima kasih :)
KAMU SEDANG MEMBACA
1 2 3
Horrorjangan pernah terbangun di jam jam tengah malam di rumah itu. jangan pernah kalau kau ingin hidup normal selama menghuni rumah itu. abaikan suara berisiknya, abaikan sosok sosok yang mengganggumu, abaikan semua. janganlah kamu mencoba mencari tahu...