3. 119

1.1K 103 4
                                        

.
.
.

Hyungwon memandangi pemandangan di jendela raksasa di kamarnya. Lebih tepatnya kamarnya bersama Wonho. Ia menghela nafas. Kesepian rasanya tanpa sosok kekasihnya itu.

Wonho memberitahunya lewat video call 5 jam yang lalu jika ia ada meeting mendadak di Tokyo, dan entah kapan meetingnya selesai.

Bukan hal meeting di Tokyo mendadak ini yang membuatnya kecewa. Melainkan waktu penantiannya yang akan menjadi semakin panjang.

Ya, sejak makan malam di rumah orang tua Hyungwon, sampai detik ini Wonho belum melamarnya. Ia berharap meeting itu hanyalah alasan untuk Wonho yang sebenarnya mempersiapkan lamarannya.

Tapi ia tak mau berkhayal. Memang diakuinya jika topnya itu sangat sibuk berkarir. Itu juga salah satu alasan Wonho selalu menolak untuk menikah.

Tak mau berpikir banyak lagi, ia menghela nafas sebelum mengambil handphonenya yang berdering.

'Wonho' adalah nama yang muncul di layar.

Ia pun mengangkat telepon itu, yang merupakan video call lagi. Tebakannya adalah Wonho hanya ingin menatap wajahnya, dan mungkin menunjukkan seluk beluk hotelnya.

"Hey chae" Suara itu muncul disertai senyuman di layarnya.

Hyungwon ikut tersenyum. "Hey. Sudah sampai?"

"Aku bahkan sudah selesai meeting. Besok kami akan melanjutkan lagi. Kau sudah makan malam?"

Hyungwon mengangguk. "Kuharap kau tak melupakannya juga"

Wonho tersenyum. "Aku makan banyak. Wagyunya luar biasa"

Hyungwon hanya tersenyum. Entah Wonho mengatakan hal jujur atau tidak. Pria itu selalu melupakan makanan jika sedang bekerja. "Baguslah"

Wonho menghela nafas "i miss you already"

"Come home soon then"

"I will, as soon as i possible" Wonho tersenyum dan terdiam sejenak. "Chae"

"Hm?"

"Kau.. masih sabar menantiku, kan?"

"Hm? Menanti apa?"

"Pernikahan kita"

Hyungwon terkekeh kosong. "Ya, tentu saja Tuan Super Sibuk"

"Aku serius, chae"

"Dan aku tak bercanda. Aku masih bisa menahannya.. jadi tolong jangan membuat batasku lewat" balas Hyungwon dengan suara sepelan mungkin.

Wonho menghela nafas. "Kau tahu aku hanya mencintaimu, tolong tunggu sedikit lagi"

"Iya, tapi bukan hanya cinta yang kau butuhkan dalam sebuah pernikahan"

"Aku tahu, itu sebabnya aku masih bekerja"

"Dan bukan juga hanya cinta dan finansial. Lihat kan? Kau bahkan tak pernah meluangkan waktu untuk membicarakan soal ini"

Wonho berhenti sejenak. "Aku tak ingin bertengkar. Ayo tidur sebelum kita bertengkar. Okay?"

Hyungwon terdiam dan menghela nafas. "Ya. Good night" ia langsung menyentuh tombol merah itu.

Yang di sebrang sana langsung menghela nafas ketika Hyungwon mematikan sambungan duluan. Tak hanya sang bottom, ia juga sedikit kesal. Itu sebabnya ia tak ingin berbicara lebih jauh karena ia mungkin bisa meluapkan emosinya pada kekasihnya itu.

[précieux sequel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang