1

38 7 10
                                    

"...Tapi perhatian kamu nggak ada artinya buat aku. Stop wasting your time, Alsava!"

Kata-kata itu, membuatku sakit. Aku memang mencintainya, tapi bukan berarti aku bebas kau sakiti. Hati bukanlah permainan.

"Yasudah, lekas sembuh maafkan aku. Aku selalu merepotkanmu dan membuatmu kesal."

Ia tidak menjawab dan bahkan tidak memandangku sama sekali.

Aku berusaha menahan air mata yang hampir jatuh dari pelupuk mata, lalu aku pergi meninggalkannya sendiri. Rasanya bodoh sekali jika berdiam diri di sini terlalu lama dan bahkan membuat luka terlalu dalam.

Baiklah aku telah membuat keputusan, ia tidak mencintaiku dan apalagi yang harus aku lakukan? Jika perhatianku membuatnya merasa tidak nyaman. Jika kehadiranku hanya menyusahkannya. Aku akan menjauh, supaya dia bahagia (tanpa diriku).

Setelah keluar dari ruangan, Quin temanku berdiri dan langsung bertanya padaku.

"Gimana Al? Arkan udah baikan?"

"Iya udah kayaknya, mending aku pulang sekarang aja deh kayaknya aku kecapean dan butuh istrihat. Kamu ikut Quin?"

"Aku pulang bareng Reynand. Kamu hati-hati ya Al. Kabarin kalau sudah sampai rumah."

"Iya." Lalu aku berjalan keluar meninggalkan rumah sakit menuju apt ku.

"Jangan nangis Al, jangan nangis! Lo ga selemah itu." Ucapku berulang dalam hati selama perjalanan menuju ke apt.

Sementara itu di rumah sakit.

"Kayaknya ada yang gaberes deh Rey sama Al, tadi Arkan bilang apa aja sama Alsava?" Tanya Quindra pada Reynand.

"Entah, coba kita masuk aja terus  tanya langsung ke Arkan."

Quin hanya tersenyum kecut, terlebih saat melihat sahabatnya Alsava keluar dari ruangan Arkan dengan muka murung, pasti ada sesuatu yang tidak beres pikirnya.
Lalu Quin dan Reynand masuk ke dalam ruangan tempat dimana Arkan dirawat di salah satu rumah sakit.

"Ar, lo udah baikan?" Tanya Reynand.

"Udah." Jawabnya dingin.

"Erh, Arkan gue mau tanya sesuatu sama lo."

"Paan?"

"Tadi lo ngomong apa aja sama Alsava? Keluar dari ruangan lo muka dia kusut banget."

"Gue ga ngomong apa-apa. Dia aja yang baper segala sesuatu selalu di dramatisir, berlebihan."

"Arkan, dia tuh cewe. Lo harusnya bisa memperlakukan dia sebagai cewe, lo ga boleh ngomong kasar sama cewe. Terlebih lagi...."

"Gue gasuka sama Alsava!"

"Tapi kan Ar.."

"GUE GAK SUKA SAMA ALSAVA! Lo ngerti ga sih?"

Quin dan Reynand hanya bisa diam tak berkutik melihat Arkan seperti itu. Apaboleh buat, Arkan memang keras kepala.

"Baiklah, kami pergi dulu. Jaga dirimu baik-baik, dan jangan kau menyesali yang telah kau perbuat pada Alsava." Ucap Quindra.

"Aku tidak akan menyesali apapun." Ucap Arkan angkuh.

Nousafharina JorrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang