2

31 6 1
                                    

Keesokannya di kampus.

"Al.." Teriak seseorang di belakangku. Lantas mataku menelusuri dimana sumber suara itu.

"Sini, sini, sini." Dengan hebohnya ketiga temanku Quindra, Serena dan Tara.

Aku menghampiri mereka dengan senyuman kecil di wajahku. Ketiga orang ini adalah sahabat terbaikku. Aku menyayangi mereka seperti sadara sendiri.

"Hay.." Sapaku pada mereka.

"Udah pada sarapan belum? Belum kan? Kan? Kan ? Yuu mending makan aja." ajak Quindra.

"Iya makan aja deh, dari pada berdiri disini kayak tiang listrik." Ucap Tara.

"Ngikut aja deh." Kataku.

"Yaudah ayo, ayo ayo tapi ga jalan-jalan. Gimana si? Haha." Timpal Serena.

Kita hanya mengunjungi caffe dekat kampus karena Aku dan Tara memiliki kelas pagi hari ini. Selagi menunggu pesanan datang, kami tertawa ria sembari bertukar cerita.

"Eh Al, lo kenapa? Kek yang gak semangat gitu?" Tanya Serena padaku.

Memang akhir-akhir ini aku sedikit bicara, mungkin karena kata-kata Arkan yang selalu terngiang di kepala 'Stop wasting your time.'

"Iya kemarin abis jengukin si Arkan muka lo ga enak di pandang Al, kusut banget. Kenapa?" Quin pun ikut bertanya.

"Ah em, jadi gini loh gaes. Selama Arkan koma seminggu tuh gue yang jaga, terus tiga hari yang lalu udah siuman. Gue senenglah, terus gue jengukin deh sama Rey sama Quin. Terus kan ya gue peduli aja gitu sama dia, gue suka chat dia sekedar ngingetin makan atau minum obat, gue perhatiin dia terlebih kan dia lagi ampir mati kemaren. Ya menurut gue gaada salahnya sih ngasih perhatian ke temen. Tapi apa yang dia bilang coba? Dengan gaya sok cool nya itu dia bilang gini ke gue 'Perhatian kamu gaada artinya buatku, stop wasting your time' tukan belagu banget udah gue perhatiin eh balesannya gitu." Aku mencoba menceritakan kejadian kemarin pada mereka.

"Ih gilaa dia jahat banget." Ucap Serena.

"Eh, tapi gue mau nanya nih Al. Kenapa sih lo sampe seperhatian itu sama si Arkan itu tuh, jelas-jelas dia tuh dingin ga pernah tuh hangat ke lo, atau apa gitu sekedar nyari tau tentang lo. Lo suka sama dia?" Taya Tara yang membuat keadaan ini semakin awkward.

Aku menganggukan kepala. Sungguh aku malu mengakuinya tapi aku tak bisa membohongi hatiku aku memang menyukai Arkan.

"Tapi kira-kira apa sih yang buat dia jadi sedingin itu sama cewe? Menurut gue nih yaa, Arkan tuh ga dingin sama Alsava aja. Sama semua orang juga." Tanya Quindra.

"Selama gue satu SMA sama si Arkan emang dia dingin sama semua cewe, malah sama cowo juga. Dia introvert gitu, ya gak Ra?" Kata Serena.

"Heem tuh, tapi Al. Lo kenapa bisa suka sama si Arkan? Kenapa lo ga pilih Kenzie aja? Dia kan ganteng, ramah, baik, putih, tinggi, mancung. Paket plus plus tuh buat cowo. Kenapa lo malah ngejar cowo yang sama sekali ga lirik ke arah lo sedikit pun. Padahal ada Kenzie yang terbuka lebar buat lo. Dia famous loh di kalangan maba kayak kita ini." Ucap Tara.

"Alasan aku suka sama dia?" Tanyaku.

"Iya apa?" Quin mendesakku.

"Jadi ...."

Nousafharina JorrelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang