TWO

65 11 6
                                    

WARNING!!
TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA
MAAF JIKA ADA, KARNA AKU BELUM SEMPAT EDIT
###
BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA

...HAPPY READING...


"Udah pokoknya lo harus temenin gue jalan bentar. Jam 3 gue jemput." Ucap seseorang di seberang telfon
"Yah, tap-" Ucapan gadis itu terpotong ketika sambungan telfon ditutup sepihak

Gadis itu menggerutu sebal ditempatnya dan melempar asal benda pipih miliknya ke atas ranjang kingsize-nya.

"Gila aja tuh orang bangunin aku pagi pagi gini cuman buat nemenin dia jalan, maksa lagi. Waktu tidur aku harus putus gara gara dia. Huh." Ucap Gadis itu lalu melangkah gontai kearah kamar mandi.

"Ckk. Udah harus banget nih aku cuci muka?" Ucap gadis itu untuk dirinya sendiri sembari menatap pantulan wajahnya di cermin kamar mandi.

Tidak butuh waktu lama untuk Gadis itu membersihkan wajahnya.
"Gitta! Udah bangun belum? Ayo sarapan dulu nak." Ucap seorang wanita paruh baya diluar kamar yang juga bertepatan dengan Gitta yang telah menyelesaikan aktifitasnya.
"Iya, Bentar. Gitta mau nyisir dulu mah." Ucap Gitta diluar kamar yang sekarang sudah direpotkan dengan rambutnya
"Yasudah, mamah tunggu dibawah ya." Ucap Andien mamah Gitta.
Gitta mengangguk kecil , walau ia tahu jika ibunya tidak akan melihat anggukannya.

Selesai dengan aktifitas menyisir rambutnya, Gitta hendak menyusul keluarganya untuk sarapan yang sekarang pasti mereka sedang menunggunya.

Keberadaan kamar Gitta yang berada di lantai 2, mengharuskan Gitta harus menuruni beberapa anak tangga untuk sampai kelantai bawah. Ya iyalah, masak mau terbang.

Gitta mendudukkan dirinya ke salah satu kursi di meja makan yang bersebelahan dengan Gio kakaknya.

Aktifitas sarapan hening, tanpa ada yang membuka suara.
"Gitta, Gio bagaimana dengan sekolah kalian?" Tanya Aldo ayah Gitta sembari menatap keduanya lekat
"Baik, pah." Ucap Gitta yang sedetik kemudian memberikan senyum manisnya
"Kamu, Gio? Bagaimana dengan sekolah mu?" Tanya Aldo lagi dengan tatapan penuh pada putranya.
"Baik." Ucap Gio singkat padat dan jelas tanpa menatap balik ayahnya.

Fyi, Gio bukannya tidak menghormati orangtuanya, namun ia terlahir pendiam dan cenderung dingin jadi hal itu yang membuat keluarganya geleng kepala melihat putra mereka.

"Kamu mau lanjut kuliah dimana Gio, jika sudah selesai?" Kini Andien-mamah Gitta lah yang bertanya oada putranya
"Belum tahu, mah." Ucap Gio lembut namun tetap datar dan singkat yang dibalas dengan anggukan singkat dari Andien

🍉🍉🍉

Gitta menghempaskan tubuhnya di atas ranjang kingsize-nya setelah ia membersihkan diri.

Gitta meraih benda pipih yang berada disebelahnya saat dirasa benda itu bergetar yang menandakan adanya panggilan telfon masuk.

Rivaldo is calling...

Gitta berdecak sebal ketika melihat ID penelponnya.
"Nggak usah diangkat deh, bodoamat sama dia." Ucap Gitta acuh

Fyi, Rivaldo Mahesa merupakan sepupu sekaligus teman masa kecil Gitta dan bahkan sudah dianggap kakak sendiri oleh Gitta9

Gitta lagi lagi berdecak ketika panggilan itu tanpa berhentinya berdering yang membuat Gitta terpaksa untuk mengangkatnya.
"Hall--" Ucapan Gitta terpotong ketoka suara dari seberang menggelegar di gendang telinganya
"Kenapa baru angkat sih! Liat jam udah mau jam 3 siap siap gue entaran lagi jemput."
"Ga--

Titt titt

Gitta membanting asal ponselnya terlalu sebal.
"Gila bener. Belum juga aku sempat ngomong udah disambar aja bikin sakit gendang telinga aja tuh manusia. Arrghh." Geram Gitta yang kemudian memutuskan untuk bersiap siap

AMOROUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang