Kesalah Pahaman

141 5 0
                                    

Kameliya Bagaskara itulah namaku, gadis cilik yang mempunyai paras yang lumayan cantik dan berbadan mungil. Pada saat itu aku tidak tau yang namanya cinta. Apakah itu cinta aku tidak tau dan aku tidak mengenalnya. Namun, aku diajari akan hal itu oleh seseorang yang mengatakan aku akan mencintaimu dan akan bersamamu disaat aku masih ingin bersamanya.

Saat itu, tepatnya tanggal 1 september 2010 aku baru mengenyam sekolah menengah pertama di daerahku. Aku baru menyelesaikan masa orientasi siswa (MOS). Aku adalah anak yang pendiem tidak banyak bicara pada saat itu. Aku memakai kerudung dikarenakan Mamakku menyuruhku untuk mengharuskan aku untuk memakainya jika ingin sekolah SMP.

Disinilah aku sekarang duduk sebangku bertiga dengan temanku yaitu Watik dan temannya Watik yaitu Lina. Kami sekarang lagi mengikuti salah-satu ekstra yang sangat banyak teman-teman seangkatanku mengikuti ekstra ini dan akupun sama hanya ikut-ikutan saja dikarenakan itu diwajibkan jika tidak maka aku mungkin tidak ikut. Guru yang mengajar pada saat itu adalah bapak Yudi yang mana gurunya lucu selalu membawakan pantun dengan awalan kata “Es Sekoteng” . Guru itu sangat lucu, humble dan teman-teman suka diajari oleh bapak yudi.

Bapak Yudi menerangkan sebuah materi didepan dan aku mendengarkan bapak terangkan. Namun, konsentrasiku pecah gara-gara teman sebangkuku yaitu Watik dan Lina. Mereka yang mempunyai kepribadian bawel, agak centil, dan yah seperti biasa mereka bergosip riya kalo ngumpul.

“Tik Kamu tau gak kak Rifki itu” ucap Lina sembari mengangkat alisnya dan senyum-senyum.

“Rifki yang kamu suka dan sama bak hoy dikatain sama kamu” Lina berkata lagi seolah paham dengan Watik yang tidak mengerti siapa yang dia maksud.

“Oh, iya kenapa?” Tanya Watik dengan wajah bersemu merah dan heboh

“Waktu dia kan di rumah yah dia kan solat tik nah aku kan enggak solat tuh udah deh aku diomelin sama mamaku terus dia bilang gini ti (Noh, liat kakakmu lin shalat lah kamu kagak)” Cerita Lina dengan ekspresi Jengkelnya

“Terus-terus Lin?” Minta Watik untuk kelanjutan ceritanya

“Iya gitu deh udah aku shalat yah. Terus abis itu kak Rifki tuh gak selesai-selesai gak tau baca apa khusuk banget pokoknya taat memang dia kalo soal ibadah” Cerita Lina membanggakan sang kakak

“Terus Setelah dia selesai shalat ya masak iya dia ke ibuknya dan bilang dia mau makan Tik malu katanya dia yang mau bilang ke mamaku”

“Pfttt” Lina dan Watik menahan ketawanya supaya tidak ketauan oleh bapak Yudi

Sayup-sayup aku mendengarkan mereka bicarakan yah, salahnya mereka juga sih gara-gara mereka jugakan aku gak konsentrasi jadinya. Tapi, aku gak asing dengan sebutan kata yang memanggil sebuah nama yaitu “Riski” . Jadi, aku mencoba menanyakan kebenaran itu kepada Lina.

“Lin itu Riski?” Tanyaku ke Lina untuk meyakinkan Riski yang dimaksud itu siapa

“Riski kelas kan ?” Tanyaku sekali lagi karena suasana kelas rame.

“Iya, Mel dia itu kaka sepupuku” Terang Lina dengan percayanya bahwa aku berkata Rifki karena kelas sedang rame entah guyon apa lagi yang bapak Yudik keluarkan.

“Ah, masak Riski begitu Lin dia kan nakal kelihatannya masak gitu” Papar aku dengan ketidak yakinan bahwa itu adalah Riski Temen sekelasku yang notabennya adalah ketua biang kerok di angkatanku bagian anak barat.

“Iya mel”

“Eh Lin aaa”. “Buat Pelajaran hari ini selesai akan dilanjutkan sabtu minggu depan untuk pertemuan selanjutnya akan masuk pada jam biasanya dan di dalam kelas, Terima Kasih”   Sewaktu aku lagi asik ingin mennayakan tentang hal itu eh bapak Yudi menggagalkan keinginanku  

Aku dan Teman-teman bergrombol ke pintu untuk keluar kelas dan istirahat. Aku saat ini jalan di lorong sekolahan yang tampak ramai dengan teman-teman yang sedang asik riya menghabiskan waktu istirahatnya di lorong itu. Ada yang asik mengobrol atau gosip manjah dengan teman-temannya, ada yang sedang membaca buku, makan, bercanda, berpacaran. Upss, soal pacaran nih disekolah aku sangatlah ketat kalo kita sampek ketauan pacaran sama guru atau pengurus sekolah lainnya. Kita bakal DEATH yah kalo gak dimarahin, surat panggilang orang tua atau diskors ini sih kalo udah kelewatan batas. Heran sih tidak sekolahku terkenal dengan prestasi siswa tapi juga kenakalan siswanya ya kayak tawuran hampir tiap bulan ada. Aku jug gak tau itu apa yang dikerjakan.

    Aku berjalan ke dalam kelas karena aku tipikal pendiam dan aku lebih suka diam di kelas. Bukannya, aku anak pintar yang di kelas itu mau belajar tapi aku selalu bengong, diem yah gitulah aku pada saat itu. Sekarang aku duduk di bangku nomer dua ya disini aku duduk tidak didepan tidak di belakang di tengah-tengah tepatnya. Fikiran soal cerita Lina terngiang-ngiang di kepalaku sampai-sampai bunyi bel 3x menandakan pulang dan pelajaran telah usai.

Idolaku Adalah ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang