01. Orang Asing

30 15 35
                                    

Di sela layar pada jendela menampilkan cahaya dari arah luar, Devina pun mulai terbangun dari mimpi indah, membuka matanya dan berjalan kearah sudut itu untuk membuka jendela.

Perlahan Devina berjalan menuju kulkas, mencari-cari makanan dan minuman apa yang bisa dijadikan untuk sarapannya dipagi yang cerah ini.

Ketika matanya hanya bertemu dengan satu kotak susu, dan artinya hanya itulah yang dapat dijadikan pengisi perut sebelum beraktivitas, Devina meminum susu itu sampai habis.

Dan sekarang, Devina menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya agar menjadi segar.

Selesai dengan semuanya, Devina tidak tau lagi apa yang harus dilakukan sekarang, dia hanya sendiri di apartemen megah ini. Orang tua yang tinggal di luar negeri lah yang membuat nya tinggal sendiri di kepadatan ibu kota.

Akhirnya, Devina memutuskan untuk pergi membeli makanan dan beberapa kebutuhan lainnya di market terdekat. Setelah itu, Devina berencana ingin menghabiskan waktunya untuk menonton film-film bergenre apa pun itu.

   ---

Hari sudah sore, Devina masih setia menatapi layar yang berisikan artis-artis Hollywood yang bergerak-gerak didalamnya, sambil memakan segala makanan dan minuman yang dibelinya.

Drtt Drtt

Benda pipih yang berada diatas meja berbunyi menandakan ada yang menelpon Devina, dan itu mamanya.

"Hallo ma!" Dengan girang Devina menyambut telepon itu.

"Udah kamu jangan senang dulu," muncul sahutan dari arah sebrang.
"Yaudah ih,"

"Kamu cari masalah lagi kan di sekolah? Dan sekarang semua aset-aset kamu disita!" Muncul suara yang membuat Devina kesal atas omongan itu.

Devina langsung memutuskan telepon itu dan beralih ke penelpon lain.

Sudah berkali-kali Devina menghubungi sahabatnya tapi, tidak ada balasan sama sekali.

Dan benar saja ada seorang yang mengetuk pintu apartemen nya yaitu seorang petugas disana.

"Mbak, ruangan ini akan segera disewa pada orang lain." ucap petugas itu.

"Lah kok gitu? Jadi saya diusir?" Balas Devina dengan kesal pada petugas itu.

"Tadi ibu Fanny menyuruh kami untuk segera menyewakan ruangan ini dan menyuruh mbak pergi."

Devina sangat teramat kesal, apa yang dipikirkan orang tua nya? Devina segera menyuruh seorang petugas itu pergi dengan sedikit membanting pintunya.

"Apa mereka mau gue jadi anak jalanan? Sadis amat." Devina menggerutu dalam hati dan terpaksa membereskan pakaian dan semua perlengkapannya.

Setelah selesai, Devina segera turun ke lantai bawah untuk menyerahkan kunci pada petugas tadi.

Keluar dari apartemen megah itu, dan benar mobil Devina berwarna hitam tidak ada lagi di deretan parkiran, entah suruhan orang tuanya mana lagi yang membawa mobilnya hilang dari pandangan.

Di hari yang sudah mulai mendung ini, Devina masih terus melangkah kan kaki ke tepi jalan yang ramai sambil membawa dua Cooper yang diseretnya asal dan satu tas ransel yang menempel di punggungnya.

Kurang lebih satu jam sudah Devina lewati untuk menunggu taksi di tempat duduk ini dengan keadaan badan yang pegal dan letih.

Bisa saja Devina menyuruh Sahabatnya untuk menjemputnya tapi, hp lah yang menjadi masalah, hp Devina sudah tidak berdaya. Tidak mungkin Devina membongkar satu persatu tas mana yang berisi power Bank di pinggir jalan ramai ini kan?

Pandangan Devina teralih pada mobil merah yang berhenti tepat di depannya, rasa takut dan gugup sempat menghampiri Devina karena berpikir jika itu penjahat atau semacamnya tapi, pikiran itu hilang ketika Devina melihat seorang cowok berpakaian seperti anak muda seumurannya keluar dari mobil itu.

Devina sedari tadi memperhatikan seorang cowok yang gelisah berdiri di hadapan mobilnya sambil mengamati mesin yang sepertinya rusak.

Akhirnya, Devina berjalan ke arah cowok itu mencoba berbasa-basi, mungkin dia akan memberi Devina tumpangan.

"Mobilnya kenapa?"

"Mesinnya rusak."

"Terus gimana dong?"

"Ya, tunggu supir gue lagi manggil tukang bengkel."

"Ohh."

Devina masih terus berusaha agar cowok ini menawarkannya tumpangan atau apapun lah yang membuat Devina lebih baik dari rasa letih yang dideritanya.

"Lo ngapain disini?" Akhirnya, cowok itu mengeluarkan suara nya setelah hening beberapa menit.

"Kalo mau tau ceritanya, Lo harus antar gue." ucap Devina karena belum ada tanda-tanda cowok ini akan menawarkannya.

"Gamau."
"Lo harus antar gue!"

Tiba-tiba cowok itu menarik tangan Devina dan membukakan pintu mobil, sedikit didorongnya Devina agar masuk kedalam mobil.

Pintu mobil sudah tertutup, seorang cowok yang tidak Devina kenal itu bersandar di pintu mobil, Devina yang ingin bicara membuka kaca dan menarik-narik baju cowok itu.

"Ribet amat,sih! mau Lo apa?"
"Itu barang--"
Omongan Devina terputus oleh cowok itu.

"Diem!"

Devina kembali menutup kaca mobil dan tiba lah supir bersama tukang bengkel, lalu mulai memperbaiki mesin yang rusak.

Setelah mesinnya bagus, si cowok itu masuk kedalam mobil duduk disebelah Devina.

Mobil sudah berjalan, Devina sangat kesal pada cowok ini, barang yang Devina bawa saja belum dimasukkan kesini.

"Barang-barang gue woy, bego!" Ucap Devina sambil memukul-mukul lengan cowok itu, yang terlihat bingung.

"Apaan ni? Main ngegas aja,"

"Barang gue disana." Devina menunjuk ke arah jalan yang tertinggal dengan wajah kesal.

"Jadi harus mutar?"
"Ya iya lah."

-----

Hallo,
Aku kembali dengan cerita baru dan semoga suka.

Kalo ada typo maaf dan kalo ada kekurangan dikasi tau ya, biar lebih bagus ceritanya.

Jangan lupa voment nya :)

DnRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang