Seorang laki-laki berjalan keluar dari area parkir sekolah. Bajunya sedikit basah karena hujan yang hampir reda. Ia mengendarai motor tanpa menggunakan jas hujan. Ia membawa beberapa berkas di tangannya yang sepertinya dalam keadaan kering karena sebelumnya berkas itu dimasukkan ke dalam map plastik yang anti air.
Ia berjalan santai berhubung ini masih pagi. Bahkan terlalu pagi. Ia hanya bersemangat. Bersemangat memulai sekolah barunya. Ia mungkin tak pernah menetap pada satu sekolah sampai lulus. Bahkan selama SMP ia telah berpindah sekolah selama 5 kali. Setiap semester ia habiskan di sekolah yang berbeda. Hanya pada kelas sembilannya saja ia tak pindah sekolah. Nah ini adalah kali kedua ia pindah sekolah semasa SMA. Kelas sepuluh ia selesaikan di SMA Putra Bangsa sedangkan kelas sebelas ia berencana akan menyelesaikannya di SMA ini, SMA Argosaka.
Ia berjalan pelan dan berhenti di depan sebuah ruang. Ruang guru? Apa ini ya. Ia membuka pintunya, terkunci. Tak bisa dibuka. Sepertinya Arthur memang terlalu bersemangat. Laki-laki dengan nama lengkap Arthur Elias sepertinya tak berpikir bahwa guru pasti belum datang jam segini. Sekolah pun masih sangat sepi. Belum banyak murid yang datang atau belum ada yang datang kecuali dirinya. Entahlah.
Setelah melihat sekeliling laki-laki tampan dengan perawakan tinggi tegap itu berjalan ke arah gedung kelas. Ia berjalan ke koridor kelas sebelas dan naik ke lantai dua. Ia ingin melihat pemandangan lingkungan sekolahnya yang berkabut karena hujan pagi yang sudah hampir reda.
Ia melihat sekeliling dan matanya terpaku pada seseorang yang berada di koridor kelas sepuluh di lantai dua. Seseorang yang Arthur lihat sedang menatap tajam ke bawah. Arthur mengikuti arah pandang orang di koridor kelas sepuluh itu. Dari jauh pun Arthur dapat menebak dengan tepat apa yang sedang mencuri perhatian orang di koridor kelas sepuluh. Bukankah itu mayat? Arthur memasang senyum mengejek. Nampaknya pembunuh itu tidak profesional.
Arthur melihat laki-laki tadi bergerak turun dari lantai dua. Tak lama setelahnya Arthur juga melihat seorang gadis sedang berjalan mendekat ke tempat mayat itu berada. Dari raut wajah gadis itu, ia nampak kaget sejenak dan setelahnya ia mampu menguasai diri. Gadis itu pasti cukup istimewa, mengingat ia sudah ada di sekolah pukul enam pagi saat gadis lain mungkin saja sibuk berdandan di pagi hari.
Arthur hendak menghubungi seseorang. Namun, orang yang hendak ia hubungi justru menelponnya terlebih dahulu.
"Halo, Pak Gerald?" sapa Arthur.
"Iya, ini saya. Saya akan ke SMA Argosaka dalam beberapa menit karena ada kasus baru. Dari pelacakan lokasi handphone anda, saya melihat anda sudah ada di TKP. Di sana ada saksi mata yang melapor pada petugas. Lindungi saksi itu sementara waktu," kata seseorang yang bernama pak Gerald.
"Baik pak. Saya juga melihat seseorang yang kemungkinan adalah pelaku. Kita bahas setelah bapak sampai di TKP," jawab Arthur serius.
Sambungan telepon terputus. Arthur turun menuju lantai satu. Ia berjalan mendekat ke arah target. Arthur memperhatikan dari jarak cukup aman sehingga target yang disebut saksi itu tak menyadari keberadaannya.
Bukankah ini menarik? Hari pertama di sekolah barunya mungkin akan Arthur habiskan dengan membolos seharian.
***
Jeon Jungkook as Arthur Elias
***
Hi hi kawan :) yang udah baca part 2 jangan bosen ya. Ini masih awal. Gregetnya ada di part selanjutnya dan selanjutnya lagi, hehe.
Oh ya nih, aku mohon banget yang udah baca jangan lupa voment 🌟💬 nya ya. Maklum penulis baru masih butuh kritik dan saran 😅
Thanks buat yang udah baca ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
BOOK 1 MISSION SERIES: MISSION IN CASE (Pindah ke Innovel)
Mystery / Thriller[Sebelum baca, follow akunku dulu yah!] #1 dalam Mystery/Thriller [22 Januari 2019], #1 dalam Remaja [14 Januari 2019], #1 dalam Misteri [14 Januari 2019], #2 dalam Pembunuhan [2 Januari 2019] Kehidupan di SMA Argosaka yang semula tenang berubah men...