"Kalian akan mendapatkan teman baru sebentar lagi..." aku membersihkan satu-persatu manekinku yang lama tak kuurus karena akhir-akhir ini aku terlalu sibuk memburu mangsa baru. Benar kata Soonyoung. Ruangan ini sudah penuh sesak dengan koleksiku. Mungkin aku harus meminta Pak Chou untuk membangun ruangan sejenis ini lagi di sudut rumahku yang lain. Apa hari Sabtu ini aku bisa membooking-nya, ya? Pak Chou itu lumayan sibuk jadi aku tak begitu yakin ia sanggup.
"Apa yang kau lakukan?" suara renyah Seungcheol membuat jantungku hampir lepas dari sarangnya. "Tidak biasanya kau membersihkan ruangan itu. Apa ada sesuatu yang aku tak tahu?"
"Apa urusanmu?" ketusku. "Ini hanya bersih-bersih bulanan karena aku kasihan melihat manekinku yang lama tak terurus. Lagipula, aku tak berminat menyembunyikan apapun darimu melihat kau begitu ambisius." Lanjutku tanpa melihat ke arahnya. Aku membersihkan wajah manekin terakhir kemudian meletakkan alat bersih-bersihku di tempat yang seharusnya. Seungcheol menatapku curiga. Ia melangkahkan kakinya memasuki ruangan pribadiku.
"Hey. Sejak kapan aku mengizinkanmu memasuki wilayah pribadiku, sialan?" aku menghalangi langkahnya.
"Sejak kau lahir satu tahun setelahku." Ia menepis tanganku. "Minggir. Tidak usah sok jagoan karena mau bagaimanapun kau tetap kalah dariku." Iris silver-nya meneliti setiap manekin yang telah kubersihkan. Beberapa kali kutangkap tangannya tengah bermain di masing-masing wajah manekin yang membuat amarahku memuncak.
"Singkirkan tangan kotormu, bodoh." Aku menggenggam tangannya. "Sudah kubilang ruangan ini mutlak milikku dan tiada seorangpun boleh memasukinya kecuali aku. Pergilah dan tinggalkan aku sendiri." Aku mendorong tubuhnya keluar dari ruangan ini. Tidak ada perlawanan. Seungcheol keluar dengan sukarela sementara aku segera menyegel pintu ini dari dalam.
"Ya, jangan tanya padaku siapa dia. Ia adalah kakakku yang brengsek dan seorang penggoda wanita. Bukankah kalian tahu itu?" aku berdialog dengan salah satu manekin yang kupajang di sudut ruangan. "Ya, ia yang menculikmu di jembatan dengan mengiming-imingi pekerjaan bagus padamu waktu itu. Apakah kau memiliki dendam padanya? Kuharap, ya."
Aku berjalan seraya mengabsen satu-persatu manekinku dan kurasa semuanya komplit. Saat ini aku hanya tinggal menyiapkan ruangan khusus untuk mengeksekusi wanita minimarket itu serta satu buah box kaca untuk mengawetkan jasadnya.
Aku membuka salah satu pintu yang terletak di tengah ruangan. Aku lupa membersihkannya sejak eksekusi terakhir, jadi aroma darah menguar dengan segera begitu aku membukanya. Kursi listrik yang kugunakan juga belum bersih sempurna. Kurasa aku harus cepat membersihkannya sebelum Soonyoung datang.
"Saya tidak tahu apa motif tersangka melakukan ini, akan tetapi saya pastikan akan segera menangkap tersangka."
Tanganku berhenti bekerja. Lamat-lamat kudengar suara televisi dari ruang tengah di mana seorang wanita tengah diwawancara. Aku menyipitkan mataku untuk melihat nama yang tertera di bawah dan aku mengerti siapa dia selanjutnya.
Kang Seulgi, seorang detektif ternama.
"Tch. Apa maunya berani sesumbar di televisi begitu?" aku mencibir. "Toh, kami melakukannya dengan sangat rapi tanpa meninggalkan jejak. Lagipula aku benci membunuh tanpa rencana. Bagaimana bisa dia sesumbar seperti itu? Sialan." Kubersihkan peralatan bedahku dari sisa darah korbanku yang terakhir. "Kalaupun ia berhasil menemukan kami, ia pun tak memiliki bukti untuk itu. Dasar wanita bodoh. Apa dia kujadikan target selanjutnya saja?"
Ponselku berdering. Nama Soonyoung tertera di layarnya. "Halo?" angkatku segera.
"Hyung, aku sudah tahu semua informasi tentang target... kubawa ia padamu sekarang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
TASTE || JWW
Mystery / Thriller"Kau takkan tahu nikmatnya membunuh sebelum mencobanya sendiri." - Jeon Wonwoo -