You Kidding?!

21.2K 1K 284
                                    

"Kenapa?" Rosa melepas pandang dari ponsel yang dipegangnya. Beralih pada Mario yang tengah meletakkan tangan pada pahanya yang sedikit terbuka.

"Kau memakai mini dress terlalu pendek," ujar Mario, masih sambil fokus menyetir untuk pulang ke rumah.

Kalimat yang terlontar dari lelaki di sebelahnya langsung membuat tawa menyembur. "Jelas ini roknya pendek, dari namanya saja MINI dress, Sayang. Bukan Jas hujan yang bisa menutupi seluruh tubuhku. Kenapa kau tiba-tiba berkomentar, sudah tahu pekerjaanku sebagai penyanyi hampir selalu membuatku memakai pakaian seperti ini." Rosa menggeleng dengan senyum yang masih tersisa di bibir meronanya.

"Iya, mungkin seharusnya aku tidak perlu berkomentar." Mario melepas telapak tangannya pada permukaan kulit halus Rosa. Melempar tatapan selurus mungkin dengan sorot mata menahan gusar di hati. Membayangkan betapa orang lain pasti menaruh pandang sepanjang perjalanan membuat pikirannya terasa meluap.

"Hei! Kenapa kau serius begitu? Bukankah kau bilang rindu padaku, tapi kau malah bertingkah seperti ini." Rosa pikir Mario akan memberikannya kecupan manis di bibir ketika mereka akhirnya masuk ke dalam mobil, setelah penjemputan Suami yang datang langsung ke bandara adalah gaya rindu tak tertahan, hingga membuat lelaki itu mengabaikan jam makan siangnya sekarang. Namun kenapa dia malah bertingkah sensitif layaknya ibu hamil muda begini?

"Kau tidak rindu padaku?" Mario balik bertanya tanpa ia menjawab, nadanya masih terdengar kurang gairah, seolah pikirannya tengah stress entah memikirkan tentang apa. Apakah tentang kesibukan Rosa yang menjadi penyanyi terkenal, atau tentang dirinya yang haus akan perhatian.

"Sayang," Rosa menopang dagu, ia menatap wajah tampan sang Suami yang tengah memasang wajah serius. "Tentu aku rindu padamu. Kau tahu ramai hanya ada ketika di atas panggung, namun aku merasa sangat kesepian ketika sudah turun di atas singgasana megah itu. Apalagi saat aku harus tidur sendirian di tengah empuknya kasur kamar hotel yang mahal." Ada hela napas sesak ketika Rosa mengingat sepi tanpa Mario saat ia harus manggung keluar kota atau bahkan luar negeri seperti ini. Ia jelas rindu dengan tingkah ramai yang selalu Mario tunjukkan ketika mereka menghabiskan waktu bersama.

"Mungkin ini saatnya kita memikirkan seorang atau dua keturunan agar kau berhenti dari dunia hiburan."

"Hei! Memang kau bisa menghamiliku?" Ada tawa yang terselip di balik kalimatnya. Pasalnya, ia dan Mario telah menikah selama hampir 3 tahun. Mereka tidak pernah menggunakan pengaman ketika bercinta, namun Rosa tidak juga hamil sampai sekarang. Itu berarti kemaluan lelaki yang ada di tengah selangkangan Mario hanyalah sebuah status belaka. Sebuah kegagahan yang tak bisa membuahkan hasil.

Begitupun James, kembaran beda bentuk yang telah menikahi Janice selama 4 tahun pun, tidak juga dapat menghamili. Berarti kedua bersaudara ini hanya memiliki kelainan kelamin tanpa ada fungsi. Pahit, ouch.
Tidak, jika ada yang berpikir mereka tak pernah pergi ke Dokter untuk memeriksakan keadaan sungguhlah salah. Karena kedua pasangan ini telah sempat datang dan pergi untuk konsultasi, namun Mario, Suaminya seolah lebih menyerah duluan untuk pasrah, apalagi melihat sang Istri yang selalu sibuk huru-hara tampil di TV, membuat lelaki itu ingin menikmati momen meski pikiran punya anak akan selalu muncul. Sedangkan James, sampai saat ini masih berusaha mendapatkan keturunan dengan berbagai cara.

"Entahlah, aku pikir juga sudah tidak ingin memikirkan hal ini lagi, tapi ..." Mario sudah menemukan obat subur baginya. Itu semua berkat pertolongan James yang sangat ambisius untuk punya momongan itu, Kakaknya lima-menit-lebih-tua yang meminumkan jamu terpahit yang pernah dia rasakan ketika mereka sarapan bersama. Yang ternyata obat itu adalah obat subur untuknya.

Baby MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang