83.

616 13 0
                                    

Sepertinya aku sudah terlalu sering menulis tentang cinta. Maka biarkanlah kali ini aku menulis hal berbeda tetapi sama berharganya dengan cinta.

Tulisan ini kutujukan pada teman (lama)ku, yang pernah singgah.

Hai, teman. Semoga hidupmu selalu diberi kebahagiaan.

Apa kabar? Sepertinya kau baik-baik saja ya, maka akan kuberitahu jika aku pun baik-baik saja. Sudah berapa lama kita tak bersua, memperbincangkan banyak hal, dan saling melempar tawa? Ah, sudah, tak usah dihitung. Tak selama kita saling bersama dulu.

Begini, ya, teman. Biar kuberitahu lagi, bahwa aku merindukanmu. Merindukan masa-masa sekolah di mana kita masih menikmati segalanya. Merindukan bagaimana kita saling peduli. Merindukan ketika bangku salah satu dari kita kosong tak terisi, kita begitu kehilangan.

Itu masa lalu, kata orang. Masa kini jelas berbeda dengan masa lalu, katanya. Tapi, mengapa separuh kebahagiaanku masih terlihat tak sempurna, tanpamu?

Ada yang kurang. Ada yang tak lengkap. Bagai sayur tanpa garam dan sambal--kau tahu betul aku tak bisa makan tanpa ada sambal.

Ada yang kurang, tapi yang merasa kurang hanya aku--kau tidak. Ada yang rindu, tapi hanya aku--kau tidak.

Aku mengerti, perjalanan baru akan menemukan orang-orang baru. Katanya, teman itu hanya ada pada masanya, dulu aku tak percaya, namun sekarang aku percaya. Masaku telah berakhir, maka orang yang akan kautemui bukan aku lagi. Kamu temukan banyak teman baru yang lebih hebat dariku, kamu lebih bahagia, ah aku juga turut bahagia melihatnya.

Aku hanya ingin, suatu hari nanti, ketika aku mengetikkan pesan perihal rindu, kamu dengan tulus hati menjawab, "aku juga rindu, ayo bertemu!"

Semoga.

-

hati berbicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang