CHAPTER 7

123 24 11
                                    

Minwoo menatap kakaknya yang terus berjalan tanpa bicara sepatah kata pun kepadanya. Ia tahu tabiat kakaknya begitu keras dan pendendam. Bahkan tanpa pertengkaran tempo hari pun ia tetap tidak akan pernah memaafkan ayah mereka. "Apakah aku adalah beban bagimu?" Minwoo akhirnya bersuara.

Terjadi jeda yang cukup lama. Eun Soo terus melanjutkan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan adiknya. Minwoo kembali mengekor. Mereka memang jarang bicara bahkan setelah kematian ibunya hubungan mereka semakin renggang. "Hanya kau yang tersisa di dalam hidupku." Eun Soo akhirnya bersuara, pelan. Seluruh dunianya hancur setelah kematian ibunya. Ia menangis seorang diri, terluka seorang diri.

"Kau tahu bagian mana yang tersulit sejak kematian ibu?" Minwoo merapatkan jaketnya dan menghela napas. "Dirimu."

Keluarga mereka tidak berfungsi dengan baik. Bertahun-tahun Eun Soo selalu menyangkalnya.

Eun Soo memasukkan kombinasi angka pada kata sandi apartemennya. "Sandinya adalah tanggal kematian ibu."

"Seandainya kau datang sekali saja kepadaku saat pemakaman ibu. Seandainya kita menangis bersama ketika pemakaman ibu. Seandainya kau bertanya apakah aku baik-baik saja setelah pemakaman ibu—" Minwoo menahan Eun Soo yang berniat masuk ke dalam. "Menjadi kakak-ku bukan berarti kau harus selalu terlihat kuat."

. . .

"Masih tidak bisa dihubungi?" Yoongi menatap Jungkook yang memencet-mencet layar ponselnya dengan tidak sabar.

Jungkook hanya menggeleng. Sudah yang kesekian kalinya ia menelepon gadis itu tapi nomornya tetap tidak aktif.

"Kita datangi saja ke rumahnya."

Jungkook menatap Yoongi aneh.

"Ya Tuhan! Jangan bilang kau tidak tahu alamat anak buah mu sendiri? Astaga!" Yoongi menggaruk-garuk kepalanya. "Kalau begitu tanyai si kecil yang selalu bersamanya itu."

"Maksudmu Jimin?" Jungkook hampir tertawa mendengar julukan yang diberikan Yoongi kepada Jimin.

"Ya, siapapun namanya." Yoongi tidak mau ambil pusing.

Jungkook terkekeh dan menghubungi Jimin meskipun ia sangsi apakah laki-laki itu sudah bangun. "Hai, maaf mengganggumu pagi-pagi begini." Jungkook tidak menyangka Jimin akan mengangkat teleponnya secepat itu di hari libur seperti ini. "Apa kau tahu dimana Eun Soo tinggal?

"Ya?" Tanya Jimin, tidak percaya apa yang baru saja didengarnya.

"Aku tidak bisa menghubunginya." Ujar Jungkook kemudian.

Jimin mencoba memproses situasi yang sedang dihadapinya. Dua hari lalu Eun Soo baru saja bertengkar dengan si anak mami Kim Seokjin dan Min Yoongi. Jimin yakin Jungkook hanya dimanfaatkan oleh kedua temannya untuk terus mengusik Eun Soo. "Maaf bujangnim—" Jimin ragu diujung sana. "Aku juga tidak tahu Eun Soo tinggal dimana."

"Aku akan memberikanmu bonus tambahan apabila kau memberitahuku alamatnya."

Wah untuk yang pertama kalinya Jimin merasa tersinggung mendapatkan penawaran bagus begitu, apalagi dari bosnya sendiri. Ia ingin mengatakan bahwa Eun Soo sempat menangis karena pertengkaran tempo hari tapi ia takut Eun Soo akan membunuhnya. Lagipula apa orang seperti mereka akan bersimpati apabila tahu kondisi Eun Soo separah itu. "Mungkin bujangnim bisa bertanya kepada Sohyun, kalian kan sudah tidur bersama." Jimin mengumpat, mulut dan jiwa gosipnya benar-benar tidak bisa diajak berkompromi. "Ahh, sepertinya ponselku baterainya lemah—" dan Jimin langsung memutuskan sambungan telepon.

"Aku dan Sohyun? Apa?" Jungkook hampir histeris. Siapa yang menyebarkan gosip seperti itu? Wajahnya benar-benar memerah. Ia tahu reputasi Jimin. Bagaimana kalau berita itu sampai tersebar?

"Bagaimana, sudah dapat alamatnya?" Tanya Yoongi tidak sabar. Kali ini Jungkook seolah tidak bisa diandalkan, lama-lama kesabarannya akan habis.

"Sebentar-sebentar, si kecil itu benar-benar tidak bisa dimintai tolong." Jungkook akhirnya memutuskan untuk menelepon Sohyun. Ia tidak punya pilihan lain.

. . .

Wanita paruh baya yang duduk di seberang Eun Soo menggamit lengan teman di sebelahnya dan kemudian saling berbisik. Eun Soo sudah berada di posisi seperti itu hampir satu jam. Gadis itu berbaring lurus dengan posisi kedua tangan yang dilipat di atas dada, tidak bergerak sedetik pun.

Pikiran Eun Soo melayang kemana-mana. Semalam ia tidak pulang ke rumah karena tidak bisa menghadapi adiknya. Hubungan mereka benar-benar canggung. Setelah memikirkan itu pikirannya akan kembali membawanya ke memori mengenai perselingkuhan ayahnya, kematian ibunya, kehancuran keluarganya dan pertengkaran tidak penting yang ia lakukan kepada Seokjin dan Yoongi. Eun Soo merasa hidupnya benar-benar tidak terarah.

Sudah yang kesekian kalinya pula ia hanya bisa menghela napas. Ia tidak bisa berpikir lagi. Satu-satunya hal yang ingin ia lakukan adalah diam dan bernapas.

"Apa ia sudah mati?" Yoongi yang baru saja tiba menunjuk-nunjuk Eun Soo. "Bagaimana dia bisa tidur dengan posisi seperti itu di sauna seperti ini?"

Kini Jungkook mengerti alasan Jimin tidak mau memberitahukan keberadaan Eun Soo.

"Heo Eun Soo." Jungkook mendekati Eun Soo dan tepat setelah itu beberapa wanita paruh baya di sekitar Eun Soo mulai bergerak gelisah sambil tersenyum-senyum.

Eun Soo belum bereaksi, masih berada di posisi yang sama.

"Heo Eun Soo." Jungkook mengeraskan suaranya.

Eun Soo masih belum bereaksi. Apa perkataan Yoongi benar? Akhirnya Jungkook memutuskan untuk menyentuh bahu gadis itu dan secara otomatis membuat beberapa wanita paruh baya histeris. "Gadis malang itu ternyata punya pacar setampan itu!" Ugh, Jungkook bisa mendengarnya. Tapi itu masih lebih bagus daripada gosip antara dirinya dan Sohyun. "Mungkin gadis itu depresi karena memiliki pacar setampan itu!"

Ya Tuhan! "Heo Eun Soo!" Jungkook setengah berteriak. Ia sudah tidak tahan lagi menjadi pusat perhatian wanita-wanita berumur di sauna.

Baru sadar akan keberadaan orang lain di sebelahnya, kepala Eun Soo bergerak dengan gerakan slow motion, masih belum menyadari bahwa bos nya sudah ada di hadapan dirinya. "Kenapa aku sampai membayangkan wajah si menyebalkan Jungkook itu sih!" Eun Soo malah berbalik badan dan mengabaikan Jungkook.

Jungkook semakin emosi. Apa gadis ini benar-benar depresi. "Ya! Heo Eun Soo!" Jungkook menarik bahu Eun Soo hingga gadis itu sudah berada dalam posisi duduk. "Aku benar-benar butuh bantuanmu."

. . .

F A K E  L O V E

F A K E  L O V EWhere stories live. Discover now