CHAPTER 8

119 25 0
                                    

Eun Soo masih berpikir jenis bantuan apa yang diperlukan seorang manajer semi sempurna—setidaknya dimata orang-orang yang tidak bekerja untuknya dari seorang staff biasa-biasa saja seperti dirinya.

Eun Soo tidak bisa duduk dengan nyaman, ia bahkan tidak bisa menyandarkan punggungnya selama di dalam mobil. Otaknya terus memaksa untuk menghubungkan segala kemungkinan yang ada. Jungkook mengatakan bahwa Seokjin sedang sakit sehingga ingin bertemu dengannya. Itulah yang dikhawatirkan oleh Eun Soo. Apakah ini semacam permintaan terakhir? Atau apakah Seokjin sakit parah dan karena pertengkaran tempo hari penyakit Seokjin kambuh dan semakin parah? "Eii, mana mungkin." Eun Soo mengibaskan tangannya di udara.

Yoongi melirik dari kaca spion dan menggeleng. "Gadis itu pasti sedang berimajinasi aneh."

Jungkook tidak merespon. Ia teringat akan perkataan Jimin mengenai dirinya yang tidur bersama Sohyun. Tidak mungkin gadis itu tidak tahu, Jimin dan Eun Soo hampir tidak pernah terpisah. Tapi ia tahu Eun Soo selalu pandai menyembunyikan sesuatu dan bersikap seolah tidak terjadi apa pun.

"Kenapa kau begitu tegang?" Yoongi menegur Eun Soo yang semakin resah.

"Seokjin sakit apa?"

"Sepertinya karena kau marah-marah kepadanya." Yoongin menjawab asal.

Eun Soo mengerucutkan bibir. Kalau ada penyakit seperti itu ia pasti sudah lama tidak bernyawa karena hampir setiap hari Jungkook marah-marah kepadanya.

"Pokoknya temui saja dia dan bersikap baiklah padanya. Katanya ia ingin bertemu denganmu." Jungkook menambahkan.

"Kalian pasti tidak bisa menolak permintaan sang pangeran ya." Eun Soo memutar bola matanya malas.

. . .

Sebenarnya Eun Soo sudah memiliki bayangan bagaimana kediaman Seokjin. Super mewah persis di drama-drama. Penuh dengan pelayan dan tanpa anggota keluarga lainnya karena mereka sibuk mengurus perusahaan di luar negeri. Hampir benar kecuali bagian pelayan.

"Seokjin tidak suka terlalu banyak pelayan." Yoongi seolah tahu isi kepala Eun Soo. Eun Soo menggaruk lehernya yang tidak gatal, semakin bersikap hati-hati. Pasti tadi kelakukannya norak sekali sampai Min Yoongi repot-repot menjelaskan hal tersebut kepada dirinya.

Eun Soo ingin berbasa-basi menanyakan orang tua Seokjin tapi itu sepertinya terlalu berlebihan karena di ruang tamu ia juga mendapati foto keluarya Yoongi.

"Ayah dan ibu Seokjin sudah meninggal 7 tahun yang lalu jadi ia tinggal bersamaku."

"Eh?" Eun Soo menabrak punggung kekar Jungkook yang berjalan di depannya.

"Perhatikan langkahmu." Ujar Jungkook datar. "Seokjin mengalami kecelakaan bersama orang tuanya, tapi hanya dia yang selamat." Tambah Jungkook.

"Apa tidak berlebihan memberitahunya hal itu?" protes Yoongi.

"Supaya ia tahu bagaimana cara memperlakukan Seokjin dengan baik." Jungkook menatap Eun Soo dengan tatapan yang tidak bisa ditebak. "Dan memberitahu apa yang seharusnya diketahui oleh Seokjin."

"Aku? Memangnya aku harus memberitahu apa?" Eun Soo mulai berpikir. Tentang dirinya yang merupakan teman SMA Seokjin jelas tidak ada kaitannya dengan kecelakaan Seokjin. "Aku benar-benar tidak tahu."

Jungkook menghela napas. "Kalau kau tidak tahu apalagi aku. Hanya kau dan Seokjin yang mengetahuinya."

. . .

"Maaf ya membuatmu repot. Sebenarnya aku berenca menemuimu tapi mendadak sakit begini." Seokjin berusaha mendudukkan dirinya di atas tempat tidur.

Berkali-kali Jungkook mengancam Eun Soo untuk bersikap baik kepada Seokjin jadi Eun Soo hanya tersenyum tanpa protes sedikit pun. "Bagaimana keadaanmu?"

"Hanya perlu beristirahat saja."

Eun Soo menatap wajah Seokjin yang terlihat pucat dan mengangguk-angguk. Keadaannya begitu canggung. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Kedua makhluk menyebalkan itu meninggalkan dirinya dan Seokjin berdua saja, seolah ia sudah biasa melakukannya. "Maaf waktu itu aku memarahimu. Waktu itu aku sedang banyak masalah jadi emosiku sedikit tidak terkontrol."

"Tidak, seharusnya aku yang minta maaf. Sepertinya aku menuntut terlalu terlalu banyak dari mu ya."

Seokjin yang dia kenal tidak seperti ini. Kecelakaan itu pasti mengubah Seokjin. Lagipula sejak lulus SMA ia tinggal bersama ibunya dan tidak pernah mendengar apapun kabar mengenai Seokjin sampai hari reunian tersebut.

Eun Soo tersenyum canggung, tidak tahu harus merespon bagaimana.

"Mendekatlah."

Eun Soo baru sadar kalau dari tadi ia masih berdiri di ujung tempat tidur king size Seokjin. Dengan malas Eun Soo berjalan pelan mendekati Seokjin.

"Duduk di sini." Seokjin menepuk-nepuk tempat tidurnya.

"Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Eun Soo memilih menurut dan duduk di dekat Seokjin.

"Tentu saja. Kau boleh bertanya apa saja padaku." Seokjin menatap Eun Soo lucu.

"Kata Jungkook aku harus memberitahumu apa yang seharusnya kau ketahui tapi aku rasa pertemuan kita masih sangat sebentar sampai aku memiliki sesuatu yang harus kuberitahukan kepadamu."

Seokjin tampak berpikir. "Aku juga tidak tahu." Ada keraguan di dalam nada bicaranya.

Di dalam hati Eun Soo mendadak kesal. Kalau semua orang tidak tahu lantas kenapa harus dirinya yang mengetahui hal tersebut ketika ia bahkan tidak mengerti apapun.

"Tapi aku merasa menemukan diriku di dalam dirimu."

Eun Soo tergelak. "Kita baru bertemu tidak sampai seminggu. Tolong jangan main-main— Eun Soo menutup mulutnya karena kalimat selanjutnya jelas tidak akan bersikap baik-baik seperti perintah Jungkook.

"Maukah kau menjadi temanku?"

Kali ini Eun Soo benar-benar tergelak.

. . .

F A K E  L O V EWhere stories live. Discover now