1. Sekolah Baru

161 8 2
                                    

Aku berjinjit, berusaha menggapai sesuatu diatas sana. Bintang-bintang yang tampak dekat, kenyataannya sangat jauh sehingga hanya bintik-bintik mengilau yang terlihat.

Ini adalah langit malam terindah yang pernah aku lihat sebulan terakhir! Gumamku dalam hati sambil menyeringai takjub pada langit malam yang hitam kelam dengan bulan sabit yang tersenyum lebar ke arahku dalam bingkai kacamata, dan tampak bintang-bintang yang cantik menemaninya.

Aku menguap dan merentangkan tangan, pertanda kantuk sudah menghinggap berat di mataku. Aku berjalan menuju pintu rumah, dan untuk yang terakhir kalinya di hari ini, aku mendongak lagi ke atas untuk mengucapkan selamat malam pada bintang-bintang. Kemudian meninggalkan teras depan rumah dengan langkah malas.

Suara kicauan burung membangunkanku di pagi hari. Aku kembali menguap, mengambil kacamata yang ada di samping meja sebelah tempat tidurku, dan membangunkan adikku. Aku membuka tirai kamar dan mendapati sinar matahari menerobos masuk membasuh kamarku.

Rasa penasaran meletup-letup dalam benakku pagi ini. Pagi dimana aku akan mulai menginjakkan kaki sebagai siswa menengah atas untuk pertama kalinya.

Setelah sarapan dan mandi, aku menimbang-nimbang seragam sekolahku sebelum aku memakainya. Celana abu-abu yang panjang, membuatku merasa agak aneh... Dimana yang biasanya aku kenakan adalah celana biru tua yang panjangnya tak lebih dari lututku.

Aku bergegas memakainya, mengambil kacamataku saat selesai berpakaian, lalu pergi ke sekolah setelah sebelumnya memastikan penampilanku sekali lagi di cermin, dan aku menemukan diriku melihat sebal ke arah cermin.

Aku dan murid-murid lainnya menunggu pemberitahuan tentang lokasi kelas kami. Tempat aku berdiri ternyata lumayan jauh dari kelas baruku. Alhasil, setibanya di kelas, aku mendapat bangku sisa.

Tak hanya sampai disitu, aku makin menciut saat baru menyadari bahwa ternyata, sebagian siswa-siswa di sekolahku lumayan, tidak, tapi memang keren—jika dibandingkan aku.

Aku menoleh ke belakang untuk memerhatikan sekitar dengan enggan, saat mataku berhenti pada satu sosok dan merasakan mulutku menganga.

STARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang