"Telingaku bisa pecah jika terus mendengar teriakan para gadis histeris tiap hari." geramku.Aku memutuskan untuk mempercepat langkah kakiku dan melangkah masuk ke dalam sebuah ruang musik.
Selalu seperti ini. Menghabiskan waktu istirahat untuk memainkan alat musik memang termasuk kesenanganku.
Lebih baik aku mendengar alunan pianoku dari pada harus mendengar suara jeritan gadis dengan antusiasnya menyebut nama seorang pria yang sama terus menerus.
Sebenarnya aku bingung, apa pita suara mereka tak pernah mengalami gangguan jika terus dihabiskan untuk berteriak?
"Lagu apa yang akan ku mainkan sekarang?" tanyaku pada diriku sendiri sembari melihat buku musikku.
Aku kembali menutup buku musikku dan memutuskan untuk bermain musik sesukaku. Sepertinya untuk sekarang aku ingin memainkan lagu western. Akhir-akhir ini aku lebih sering memutar lagu barat dari handphoneku.
Alunan melodi yang keluar dari tuts piano yang kutekan membuatku tersenyum dan membuatku hanyut dalam melodinya.
Just nothing like us.
Just nothing like you and me.
Together trough the storm.Aku memjamkan mataku. Mencoba masuk dan memahami tiap lirik yang aku senandungkan.
Just nothing like us...
Aku membuka mataku dan memberhentikan jariku. Segera aku memandang seseorang yang baru saja bernyanyi.
"Kenapa berhenti?"
Pria dengan mata sipit dan senyumannya menghampiriku.
"Seperti biasa, suaramu bagus dan bakatmu bermain piano makin baik."
"Maaf. Sepertinya moodku untuk bermain piano rusak."
Aku memutuskan untuk bangkit dan mengambil tas selempang yang telah aku isikan dengan buku musikku tadi.
Saat hendak melangkah, sebuah tangan menghentikan langkahku dengan memegang lengan kananku.
"Bisakah kita bicara?" tuturnya.
Aku menghembuskan nafasku perlahan dan memandang wajah pria di sampingku, "Park Jimin-ssi, tak ada yang dapat kita bicarakan lagi. Hubungan kita telah berakhir. Jadi lepaskan tanganku sekarang."
Jimin memandang mataku dalam. Aku mencoba sekuat mungkin membalas pandangannya.
"Apakah tak ada kesempatan untukku menjelaskan semua kesalahpahaman itu?" tanya Jimin padaku.
"Jebal..." tambahnya.
Aku menggeleng dan segara menepis tangannya yang masih memegang lenganku.
Kembali aku langkahkan kakiku keluar dari ruangan yang menyesakkan ini.
Aku memang pernah berpacaran dengannya, Park Jimin. Seorang pria yang digilai oleh banyak wanita di sekolahku sekarang.
Ya, memang teriakan histeris yang menyebutkan nama yang sama tadi memang Park Jimin.
Jimin sangat ahli bermain basket. Bermain basket memang salah satu hobby terbesarnya. Dengan wajah yang tampan dan jago bermain basket membuat para gadis disekolahnya menggilainya.
Hubunganku dan Jimin memang telah diketahui oleh satu sekolah. Semenjak satu bulan yang lalu, aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang kami jalani dua tahun lamanya itu.
Jimin selingkuh dibelakangku.
Flashback On.
Aku melangkahkan kakiku riang dan berjalan menuju kelas 12 - 4. Kelas kekasihku, Park Jimin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS x You
FanfictionCerita kisah kamu bersama member BTS. Bikin hati meleleh dan baper. ❤ #107 - Beyondthescene #116 - Beyondthescene #666 - rm