00 - Prologue

144 8 3
                                    

"Darah... Darah."

"Aku butuh darah."

"Aku harus meminumnya... Aku akan mati sekarang juga jika tidak menemukannya."

Lelaki bersurai perak dengan iris merah gelapnya yang bersinar di tengah hutan menatap kosong ke arah depan. Tubuhnya lemas. Racauan aneh mulai keluar dari bibirnya.

Tubuhnya perlahan terduduk. Pandangannya mengabur. "Agh..." Lolongan serigala putih membuatnya semakin pusing. Serigala putih hanya muncul di saat bulan purnama yang bertepatan dengan turunnya salju di Seoul. Lolongan serigala jenis itu mampu membuat lolongan yang memabukkan, layaknya siren. Namun jika didengar oleh seorang vampir, apalagi vampir murni, efeknya akan membuat pusing bahkan pingsan.

Ia berlutut dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Matanya hampir terpejam ketika tiba tiba tercium harum darah yang sangat manis. Iris merah gelapnya perlahan menjadi terang, sangat terang. Ia menyeringai. Tubuhnya menghilang... Meninggalkan sesosok yang menatap lelaki itu benci.

"Aku akan mendapatkanmu, Sean. Kau tidak bisa lari kemanapun..."

•••

"Ya, ya, ya. Tapi aku tidak peduli. Dan aku lapar. Bye!" Sambungan telepon terputus. Xaviar mendesah lega.

"Wanita itu benar benar menyusahkan ya? Putuskan saja hubunganmu dengannya, atau bunuh saja dia. Kau bisa, kan?" Ujar Xavier memutar bola matanya, lelah akan sikap playboy kembarannya.

Xaviar terlihat menimbang nimbang sebentar. Seringai setan terbentuk di wajah mulusnya. Xavier tertawa pelan, tahu jawaban dari ucapannya tadi.

"Permisi tuan-tuan. Mau pesan apa ya?"

Si kembar mendengus jijik melihat sang pelayan mengedipkan sebelah matanya dan sengaja berpose seksi dan imut. Benar-benar jalang. Bukankah seharusnya pelayan seperti itu dipecat? Tipe pelayan seperti itu hanya mampu menjelek-jelekkan tempat kerjanya.

Masih dengan tatapan jijik, mereka akhirnya memesan. "Beef Katsu, Salad, dua jus tomat." Balas Xaviar ogah-ogahan.

"Baik tuan! Pesanan akan segera diantar ~"

Mereka tidak memperdulikan sang pelayan dan mengambil ponsel mereka, memilih bermain game.

Malang sekali nasib si pelayan.

"Lihat kan? Aku yang menang di game ini! Berikan aku semua stok 'itu' yang berada di kamarmu!!"

"Tidak! Itu milikku! Jika kuberikan itu semua padamu, apa yang akan kuminum untuk bertahan hidup!?" Bisik Xavier sambil melotot.

"Taruhan tetaplah taruhan, week-"

Mata mereka berubah menjadi merah darah. Sambil menutupi mata mereka, mereka terdiam mencari sumber bau darah manis yang tiba tiba muncul di sekitar mereka. Harum darah itu terasa dekat... Sangat dekat malahan. Mereka tak kuat lagi menahan darah berbau manis yang sangat 'rare'.

"Protectà Lovenïrá."

•••

"Cepatlah memasaknya, bocah! Atau kupecat kau!"

Rivyn Charlene Megumin. Sebelas tahun, kelas enam sekolah dasar. Bekerja di restoran terkenal sebagai koki, dan selalu dimarahi tiap kali bekerja.

Ia menatap bosnya takut. Tangannya dengan lihai memasak walaupun ia agak kesusahan dengan tinggi tubuhnya. Sambil memotong-motong wortel, kentang dan makanan lainnya.

"Ingat ya! Aku mempekerjakanmu di sini karena belas kasihanku! Dasar bocah yatim piatu! Jangan memotong sayuran itu dengan asal-asalan, bodohhh!" Jerit Nina, sang bos yanng sudah berkepala lima. Ia berkacak pinggang dan menatap Rivyn benci.

Sontak saja gadis kecil itu panik. Ia mengetahui fakta itu, dan jika ia melakukan kesalahan sedikit saja, ia pasti akan menjadi pengemis jalanan.

Sembari memotong, tanpa sengaja jadinya sedikit teriris. Hanya sedikit namun mengeluarkan banyak darah dan sangat sangat pedih.

Ia ingin menangis sekarang, namun mengingat keadaan dirinya yang hanya mengandalkan gaji dari bosnya ia menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya

"Anak ini benar benar bodoh! Aku lelah terus mempekerjakanmu! KAU DIPECAT! Nih, gaji terakhirmu! Sudah kupotong 75%! Berterimakasihlah!"

Tangisan Rivyn tidak bisa ditahan lagi. Ia menangis dalam diam sambil mengambil amplop tipis yang dilempar Nina ke lantai. Tak lupa membawa tasnya, ia keluar dari restoran itu dengan terus menangis sesenggukan.

Ia berjalan menuju rumah kecilnya yang terletak lumayan jauh di pinggiran. Baru setengah jalan, tiba tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi di atas rata-rata melaju kearahnya.

Tubuhnya bergetar, namun kakinya dibiarkan tetap disana, dan tertabrak. Matanya dipejamkan dengan takut, dan tubuhnya semakin gemetaran.

Mobil itu semakin dekat, dekat dan dekat, sampai akhirnya....

Brakkk!!











Uhuq, uhuq, test test. Okeh gais, perkenalkan saja istri sahnya Killua Zoeldyck (Hunter X Hunter). Saya akan membawakan cerita harem.

Saya tdk bisa membocorkan part selanjutnya -_-" jadi kalian mikir sendiri Rivyn mati atau nggak.

Udah ah, gaada topik -_-

Saya lanjutkan mengetik next part sajalah.

Saya minta pendapat, chapter ini gimana menurut kalian? Iya iya, saya tau ini gaje banget :( Tapi yah kalo kalian penasaran sama sikap posesif 'mereka' tunggu sahaja :) Kalau kalian suka ceritanya, langsung vote (tekan tanda bintang di paling bawah) dan kalau pengen kasih saran atau sekedar ngomong 'next' diperbolehkan ;-; kalau kalian gasuka silahkan cari cerita lain, saya tidac memaksa :))))
















Vampire CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang