First

18 3 1
                                    

Author PoV

"Ra, liat deh, gelangnya bagus yak. Gue baru lihat gelang yang bentuknya unik gini."

"Baru ya? Kok gue baru liat? Perasaan tadi lo gak beli gelang deh?" tanya Zera. Di pergelangan tangan kiri Dera sekarang sudah terdapat gelang berwarna hitam yang terbuat dari kulit dengan rantai berwarna perak dan hiasan liontin abu-abu di tengahnya.

"Tadi waktu kita masuk, gue nggak sengaja liat ada gelang. Gue ambil dan ternyata itu bagus banget."

"Mending lo kasih ke bagian informasi deh. Sapa tahu ada yang nyariin." Dera mengangguk dan segera ke bagian informasi bersama Zera. Ia memberikan gelang itu ke petugas. Segera petugas tersebut mengumumkan jika telah ditemukan gelang. Zera dan Dera kemudian berkeliling ke setiap rak di toko buku itu. 1 jam mereka berkeliling, dan Zera mendapat beberapa novel bagus. Zera segera pergi ke kasir untuk membayar buku itu. Sedangkan Dera pergi ke bagian informasi untuk menanyakan gelang itu. Namun sayangnya, gelang itu belum diambil pemiliknya. Petugas informasi memberikan gelang itu ke Dera agar Dera membawanya saja. Dan Dera menerimanya.

***

"Gimana? Ketemu gelang lo?" tanya Bares saat istirahat pertama. Gasa menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Ya udah lah Gas, ikhlasin aja. Belum rejeki lo kali. Ntar kalo jodoh, pasti balik ke lo kok." Refan menyemangati Gasa yang tampangnya benar-banar kacau.

Brak!

"Mak Ijah, e Mak Ijah!" Refan yang agak kaget karena gebrakan meja Tejo langsung mengeluarkan gagapannya. "Elo, kalo gak gebrak meja bisa nggak? Gue kaget njir!" Tiga sahabat Gasa punya tampang yang bisa dibilang ganteng. Tapi sifat dan kelakuan gak bener semua. Refan ganteng tapi gagap. Bares, cowok IPS pinter kuadrat. Tejo, otaknya omes. Mereka semua lucu. Kalau kumpul pasti omongnya hal absurd dan nggak jelas.

"Lo, kalo dateng yang santé dong. Gak usah gebrak-gebrak meja. Diliatin tuh sama anak yang lain." Bares itu ngomongnya santé. Pake banget malah. Tapi agak nylekit sih kalo ngomong. Pernah nih ya, waktu di mall kalo gak salah. Ada mas-mas yang ngatain mbak-mbak yang lagi lewat. Dia ngatain kalo mbaknya gendut. Kalo gue sih cuek. Tapi Bares langsung nyeletuk. Bares ngomong ke mbak-mbaknya itu. Katanya, mbaknya itu nggak gendut, tapi Mbodi. Ombo tur gedi. (Lebar dan besar). Seketika, mbak-mbaknya itu nuangin air ke kepalanya Bares. Emang kurang ajar Bares. Jadi kalo kalian ketemu Bares, ati-ati aja gaes.

"Gue kesel anjir!" Tejo mengambil es jeruk yang hendak diminum Refan. Dan meminumnya hingga tandas.

"Itu es jeruk gue, Jo. Beliin lagi. Gue belum minum tu es jeruk!" Refan protes karena tindakan Tejo yang sembarangan meminum esnya.

"Ntar gue ganti. Yang penting ini dulu. Gue mau crita!"

"Paling cewek lagi. Dasar buaya darat!" ejek Refan.

"Enggak, bukan itu. Masak ya, tadi gue lihat, Bu Rika kumisan!"

"Apaan sih lo, gak jelas banget! Masak iya cewek kumisan?"

"Lo kalo gue bilangin ya percaya dong! Gue beneran ini, Fan!"

"Kalo kalian berdua ngomongin Bu Rika yang kumisan, kalian termasuk manusia purba. Masak, kalian baru tahu kalau Bu Rika kumisan? Tu berita ya, udah dari minggu lalu nyebar. Lo berdua kudet sih!" Bares yang emang rajanya berita-berita update, langsung menyela pembicaraan Tejo.

"Masak sih? Tapi kok cewek kumisan?"

"Lo cari di internet biar lo pinter!"

"Ah, males. Paketan gue habis ntar."

"Serah lu, dah!" Bares melipat tangannya di depan dada dan membuang muka.

"Btw, ni anak kenapa diem mulu sih? Mana mukanya ditekuk lagi!" tanya Tejo yang sedari tadi melihat Gasa hanya diam. Biasanya dia akan cerita atau mengajak mabar.

"Gelang dia belum ketemu, makanya tu muka butuh dimainin tamia biar mulus!" sahut Refan. Sambil meminum minuman Gasa yang belum terjamah.

"Kok tamia?" tanya Tejo yang tidak paham dengan ucapan Refan.

"Tejo, Tejo. Makanya lu pinter dikit biar gak gombong-gombong amat!" kata Bares sambil menjitak kepala Tejo. "Tamiya itu maksudnya setrika. Digerakin kesana-kesini."

"Ooh.. gue kira apaan! Itu setrikanya merek baru ya? Tamia?"

Pletak!

"Anjir! Kok gue dipukul? Sakit, njing!" Tejo mengaduh kesakitan karena dahinya dipukul Refan dan Bares.

"Bodo!" jawab Refan dan Bares bersamaan.

"Permisi, Kak. Maaf, mau ambil kecap sama sambal."

"Oh, iya, silakan." Refan sedikit menggeser tubuhnya ke kanan. Dua tangan yang tadi mengucapkan permisi, segera terulur untuk mengambil kecap dan sambal.

"Maka-"

Plak. Gasa menahan tangan kiri seorang cewek yang mengambil kecap dan sambal itu. Kecap yang berada di tangan kiri terjatuh dan sambalnya sedikit tumpah di tangan gadis itu.

malem ini, gue mau post 4 part.. ini udah part yang kedua. keep stay, always vomments ya gaes....

EvanescentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang