*****

120 17 8
                                    

::::::*::::::

√Jun POV

Tak ada yang bisa aku deskripsikan mengenai kejadian dua hari yang lalu.

Sangat mengenaskan juga mengerikan. Mungkin hal itu lah yang tepat. Tapi sungguh, rasa campur aduk menerpa hatiku.

Tak ada yang bisa kulakukan lagi selain merasa sedih dan perih. Tapi ku berharap untuk tidak menyesal ataupun terlihat menyedihkan saat aku tau hal apa yang telah menimpaku.

Mengapa? Karna aku berharap setelah itu dia sadar jika berada ditempat yang salah. Menaruh hati nya disembarang tempat, aku tak bisa membiarkan nya begitu saja.

Lebih tepatnya tak rela.

Perasaan dan perilaku sejalur. Tapi kenyataan dan takdir berkata lain. Dihianati oleh harapan itu lebih mengerikan bukan!

Belum lagi sebelum terjebak dikondisi ini, aku sempat melihat nya menjadi lebih tidak ingin memandangku bahkan sebagai manusia.

Derita mana lagi yang kau dustakan, tuhan! Aku sudah terlalu kenyang dengan banyak tatapan tajam ataupun sindiran nya yang selama kurang lebih 60 jam berlalu terjadi pada kami setiap tanpa sengaja berada diarea terdekat dengan nya.

Dan hal yang paling menyebalkan lagi adalah terjebak ditempat ramai juga ditemani dengan seseorang yang tidak menyenangakan pula. Shit, lengkap sudah penderitaan mu Lee Junyoung!

"Jun-ie.. kau tidak makan, hmm?"

Dia bertanya, si pemuda tidak menyenangkan yang kusebut sebelum nya. Pemuda yang juga semakin ingin kumusnahkan saat ia menjadi makin menyebalkan.

"Aku mau kembali ke kelas saja. Aku sedang malas" ucapku sedatar datar nya papan tulis. Lurus, tak bernada menyenangkan untuk didengar.

Srekk..

Kumenengok kesamping kanan. Disana terlihat chan yang mengikuti diriku berdiri dari tempat duduk yang disiapkan oleh pihak kantin.

Ku menaikkan sebelah alisku tanda diriku tengah binggung dengan makhluk yang dengan santai nya malah bergelayut manja di lenganku.

Apakah ia tak memiliki urat malu? Dimana pun dan kapanpun kenapa dia selalu menyebalkan dengan tingkah nya yang menjijikan itu sih?

"Aku akan ikut denganmu kekelas. Sebenarnya aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu! Aku tak ingin makan.." ucap nya dengan mudah nya tanpa mengerti aku mulai kesal dengan tingkah nya.

Kalok tidak ingat jika eomma sudah berpesan padaku untuk tidak terlalu kasar pada nya, mungkin sudah kucampakan dengan kasar pemuda kekurangan kalsium ini.

Khususnya diriku ingat dengan seseorang yang selalu memberiku nasehat yang sama. Aku tak ingin mengecewakan nya. Walau kutau ia sudah begitu membenciku. Aku tetap tak peduli.

Satu kata bisa mengubah dalam sekejap, tanpa rasa balasan ataupun keinginan lebih. Hanya rasa cinta yang ingin diberikan, terlebih rasa percaya yang menjunjung ikatan hubungan sesungguhnya

"Merepotkan.." ucapku lirih tapi sepertinya melihat jarak kami, ia pasti mendengar hal itu tapi ia tampak tak peduli dengan hal itu.

Kuseret kakiku menjauh dari tempat penuh manusia itu tanpa punya niatan untuk kembali.

Walau keinginanku menyendiri tidak terpenuhi dan malah terjebak dengan makhluk pendek ini dikelas nanti. Aku tak mempermasalahkan nya, setidaknya kepalaku tak pening mendengar banyak orang berbicara bersamaan.

Perilaku seseorang itu mencerminkan bagaimana ia begitu tak dapat berkutat dengan kondisi yang mencekik nya kala itu. Timbal balik nya sama dengan alur yang terjadi

Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang