04

138 22 6
                                    

Ketika mereka duduk di bangku SMA, ketiganya memutuskan untuk bersekolah di ujung kota. Agak jauh memang. Tapi, disitulah poin plusnya. Mereka jadi bisa berjalan lebih lama, menghabiskan waktu untuk sekadar berjalan-jalan pagi hendak berangkat ke sekolah sembari bercengkrama asik dengan sahabat sejati.

Tapi, bagaimanapun juga tak ada yang tahu tentang perubahan hati yang biasanya berubah secara tiba-tiba, bahkan tanpa aba-aba.

Musim panas kali itu berbadai.

Suatu ketika, Chanyeol melihat ada yang tidak beres dengan Tiffany dan Sehun. Memanglah mereka pernah bertengkar, tapi, tidak sampai lima menit kemudian mereka  berdua akan kembali baikan. Dari sudut pandang Chanyeol, ini bukanlah pertengkaran biasa. Karena pada saat bertengkar pun, dua sahabat tercintanya itu masih akan menunjukkan bahasa tubuh seperti senyuman ataupun sentuhan tangan.

Kali ini, keduanya diam. Bahkan, sampai pulang sekolah. Semuanya terlihat aneh dan asing. Chanyeol ingin bertanya, tapi entah kenapa pertanyaan itu mengganjal tepat di leher tanpa mau keluar untuk diungkapkan.

Di hari berikutnya, untunglah mereka telah baikan walau kata-kata yang terucap dari keduanya bisa dihitung dengan jari dengan hanya menutup mata.

Pelajaran olahraga, seluruh laki-laki di kelas diperbolehkan istirahat setelah tadi sibuk bermain sepak bola yang ternyata menguras tenaga.

Sehun dan Chanyeol memilih untuk menunggu sahabat mereka dengan duduk di pinggir lapangan dan meminum bekal minum yang memang dari rumah sudah disiapkan sembari melihat lurus ke depan. Dimana anak-anak perempuan tengah bermain bola tangan.

Atensi mereka terkunci pada Tiffany yang tengah mengikuti bola tangan itu pergi.

Tiffany Hwang adalah anak dari seorang guru tk dan pegawai swasta. Ibunya yang seorang guru tk di kota kecil mereka suka memakai celemek warna merah jambu, kemudian menyuruh Chanyeol dan Sehun masuk ke dalam rumah dengan suara lembut. Lalu, menyuguhi kedua sahabat terbaik anaknya itu dengan makanan buatan rumah dengan rasa terbaik.

Tidak ada anak di dunia ini yang tidak suka berkunjung ke rumah Tiffany. Rumahnya memang kecil, tapi, menyenangkan dan nyaman. Begitu juga dengan taman kanak-kanak yang menjadi tempat mencari nafkah sang ibu. Semua anak juga pasti betah berdekatan dengan keturunan Hwang karena sifat hangat dan ramah mereka.

Mulai SMP, Tiffany sering pergi ke taman kanak-kanak itu. Mengunjungi ibunya atau sekadar bermain dengan anak-anak yang menggemaskan. Gadis itu akan menemani hingga naka terakhir dijemput oleh orang tuanya dengan sabar. Kadang, dia juga membawa serta dua sahabatnya. Tapi, ya. Itu malah membuat kacau dimana Chanyeol yang terlalu berisik dan Sehun yang terlalu kaku membuat anak-anak cepat menangis karena takut.

"Jongin bilang dia suka dengan Tiffany karena matanya bagus." Kata Chanyeol yang membuat Sehun melirik ke arah sahabatnya itu. Kemudian, laki-laki berkulit albino itu kembali memfokuskan tatapannya pada Tiffany kembali.

Ada banyak lelaki yang suka dengan satu-satunya sahabat perempuan mereka. Saat mereka sekolah dasar, sebut saja Mingyu. Si hitam yang suka menangis itu mengaku bahwa dia akan menjadi Tiffany pengantinnya ketika sudah besar karena katanya sih, dia suka pada gadis bermarga Hwang tersebut. Itu saat mereka kelas tiga. Lalu, kelas enam. Si cerewet Baekhyun mencoba mencuri ciuman pertama Tiffany yang berakhir dengan pukulan dari Sehun.

Ketika SMP, Taehyung si kaya raya yang tampan meletakkan coklat dan bunga mawar segar di loker milik Tiffany tiap pagi. Ada juga Suga, si putih yang judes itu juga pernah memberikan puisi bagus pada Tiffany ketika sedang berulang tahun. Kelas sembilan, Jung Kook adik kelas dengan malu-malu berkata bahwa dia menyukai Tiffany sejak lama, katanya cinta pada pandangan pertama.

Saat SMA, semakin banyak lelaki yang menyukai gadis itu. Barangkali mereka memang benar menyukai bahkan mencintai atau hanya mengagumi, entahlah. Tapi, yang jelas. Mereka punya satu hal yang sama yakni; Tiffany itu sangat cantik. Bahkan, si lempeng Do Kyungsoo pun mengakui bahwa Tiffany sangat cantik dan manis. Setidaknya, semua orang memiliki pendapat yang sama dan Chanyeol tidak bisa menyangkal hal itu karena bagaimanapun jua, dia mengakui bahwa Tiffany adalah perempuan tercantik yang pernah dia lihat.

Rambutnya hitam panjang hingga punggung, kulitnya putih bersih, matanya berkilauan dan lehernya begitu jenjang.

Sepuluh tahun tumbuh bersama gadis itu membuat Chanyeol sadar bahwa Tiffany memang tumbuh menjadi bidadari. Chanyeol dan Sehun bukanlah laki-laki yang suka membicarakan hal aneh-aneh ketika sedang berkumpul dengan yang lainnya. Sebenarnya, Chanyeol sudah mendengar hal ini berkali-kali. Tapi, tidak pernah dia ceritakan pada Sehun. Kalau sebenarnya, Taeyong pernah mengintip rok Tiffany yang tersingkap. Katanya, paha yang dimiliki gadis itu nomor satu dari seluruh perempuan kelas. Kata, Lucas, dada Tiffany besar. Dia sering melihat hal itu ketika gadis tersebut membagikan kertas hasil ulangan tepat di depan mejanya, melirik kearah kerah kemeja yang sedikit terbuka saat membungkuk.

Chanyeol tidak pernah sekalipun berpikiran seperti itu terhadap Tiffany, melihat dada atau paha gadis itu. Dia juga tidak berkata pada Tiffany untuk berhati-hati karena Sehun lebih cepat dari yang dia bisa, sudah berdiri di samping Tiffany dengan tatapan tajam yang membuat semua laki-laki nakal itu bungkam seketika.

Sehun sendiri adalah pria pendiam. Dia tidak pernah membicarakan soal mimpi basahnya pada orang lain atau mengomentari mana perempuan cantik, manis, seksi. Lelaki itu hanya diam. Tidak mau memberi tahu soal perempuan tipe ideal atau seleranya seperti apa.

"Tiffany itu cantik sekali, pantas saja banyak yang naksir." Ujar Chanyeol sembari menatap ke arah gadis yang tengah mereka bicarakan dengan senyum lebar.

Sehun hanya mengangguk.

"Memang." Jawabnya singkat tapi, penuh makna.

Kalau dipikir-pikir, tidak ada gadis lain yang dikomentari oleh Sehun selain Tiffany.

Hari ini, Tiffany memakai rok kekecilan. Beberapa sentimeter di atas tempurung lutut. Memperlihatkan dengan jelas kaki jenjangnya yang entah mengapa membuat seorang Oh Sehun benar-benar murka.

Chanyeol tidak bisa pulang bersama hari ini, dia ada latihan basket untuk pertandingan esok lusa. Jadi, hanya dua orang sahabat yang berjalan bersama sore itu. Musim sedang hujan atau bagaimana, tiba-tiba hujan datang disertai badai.

Chanyeol masih di sekolah bersama tim basketnya. Menatap ke arah badai yang asalnya datang dari laut dengan melamun.

Tiffany dan Sehun berteduh di lantai dasar mercusuar. Tubuh mereka kedinginan, basah kuyup. Tiffany mendekap tubuhnya sendiri, seragamnya menempel di badan. Memberikan lekuk tubuh indahnya.

Sehun mendekap perempuan itu. Melingkupinya dengan hangat. Lalu, matanya terarah pada bibir merah basah sang gadis dan menimbang apakah harus berbagi kehangatan di sana.

Sehun tidak pernah membentak Tiffany. Sehun tidak pernah memarahi Tiffany. Sehun tidak pernah berbicara kotor pada Tiffany. Sehun selalu lembut pada gadis itu. Sehun tidak pernah membuat Tiffany menangis.

Dia tahu kenapa dia begini, karena sejak lama. Sejak sekolah dasar, dia menyukai---mencintai gadis ini dengan sepenuh hati.

Kemudian, karena rasa cinta yang menggebu, Sehun menyatukan bibirnya. Awalnya begitu hingga seragam masing-masing tergeletak di dekat tangga.

Sehun membaringkan Tiffany yang sudah polos tanpa apa-apa di lantai mercusuar yang kini terasa panas karena kegiatan mereka.

Kemudian, tanpa tahu dosa mereka melakukan hal itu dengan cinta. Sehun terus mengerang nikmat, sedangkan, Tiffany hanya bisa menatap pria yang tengah menikmati harta paling berharganya dengan erangan-erangan menggairahkan.

Ditemani badai yang tak kunjung reda dan rasa cinta serta damba yang mulai merajalela. Keduanya melepaskan harta mereka dengan sukarela.

Keperawanan dan Keperjakaan.

tbc.

Antidone.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang