02

142 21 6
                                    

Ketiga bocah itu sudah terkenal hingga penjuru kota, sebagai seorang tiga sahabat sejati selamanya. Karena tanpa perlu dibuktikan kembali, mereka bertiga memang menempel kemana pun pergi. Bergandengan tangan dengan formasi Sehun-Tiffany-Chanyeol yang sering dianggap sebagai formasi tiga pendekar cilik oleh seantero kota.

Kota mereka kecil, pesisir. Maka, tidak sulit menemukan ketiga sahabat itu meski tubuh mereka mungil.

Ayah Sehun bekerja sebagai penjaga mercusuar, dia bekerja dua belas jam penuh. Mulai pukul enam sore hingga enam pagi tanpa kenal lelah dan menurut Sehun sendiri, ini adalah pekerjaan terkeren yang pernah dia lihat. Karena kita akan menjaga lampu mercusuar yang kata ayahnya sebagai penunjuk jalan itu agar tetap menyala dengan konsentrasi.

Sehun sering berkunjung kemari hanya untuk menemani ayahnya berjaga walau diakhiri dengan dia yang tidur di sebuah kasur lipat kecil ujung ruangan.

Hari ini, Sabtu. Sekolah mereka pulang lebih cepat karena esok mereka akan naik ke kelas tiga. Pembagian rapot sudah dilaksanakan tadi pagi dan ini masih siang. Bagi mereka yang punya tenaga lebih seperti ketiganya pasti tidak akan betah berdiam diri di rumah kalau udara cocok untuk berjalan-jalan ria.

Maka, setelah janjian lewat telepon rumah. Mereka segera bersiap, memakai baju musim panas baru yang dibelikan orang tua sebagai hadiah atas kenaikan kelas memuaskan.

Sehun dan Tiffany telah menunggu di depan kedai es krim rasa buah milik pak sakamoto dari Jepang. Sehun terlihat begitu tampan, dengan kaos hawaii warna pelangi serta celana jeans selutut dan sepatu putih bersih merk ternama yang hanya bergambar centang.

Sedangkan, Tiffany tampak manis dan cantik dengan dress selutut bergambar buah nanas disekujurnya dengan rambut di kepang dua, diberi aksen cepitan pita warna kuning dan sandal santai warna serupa yang juga bergambar nanas dimana-mana.

Chanyeol sendiri memakai baju bergambar matahari warna orange dengan celana jeans selutut dan sepatu dengan tiga garis sebagai merk warna merah seperti gambar matahari di dadanya.

"Kau mau es krim, Yeol?" Tanya Tiffany sembari menunjuk es krim buah yang terlihat menyegarkan itu dengan senyuman.

Pria cilik bermarga Park itu menganggukkan kepalanya, tanda bahwa dia juga mau.

Maka, setelah membeli tiga es krim buah rasa mangga-strawberry-jeruk dari kedai es krim pak sakamoto, mereka berjalan dengan riang menuju dermaga. Tempat dimana mereka akan menghabiskan siang, mencoklatkan kulit dan melihat deburan ombak yang begitu dahsyat.

Tiffany menjilat es krim rasa strawberrynya dengan senyum yang begitu senang. Sedangkan, Chanyeol masih bercerita, tidak menyadari bahwa es krim rasa jeruknya lama kelamaan meleleh ke tangan yang membuatnya harus menjilat beberapa kali agar es krim itu tidak mengotori tangannya lagi. Sehun seperti biasa, ia tidak banyak bicara, lebih kepada mendengarkan dengan seksama serta memakan es krim rasa mangganya dalam diam.

Setelah tujuh menit berjalan, ketiganya telah berada di dermaga. Banyak orang di sana, turis-turis yang berasal dari luar kota bahkan luas negeri pun dengan senang memandangi mercusuar dan masuk ke dalamnya atas rasa penasaran yang mungkin meluap di dada mereka.

Mereka bertiga menatap ribuan orang yang sibuk dengan urusan mereka dengan senyum. Lalu, sebuah tangan kecil hinggap di pundak Chanyeol yang membuat pemuda berkuping besar itu menoleh, mendapati Tiffany yang tersenyum lebar sembari berkata.

"Kau jaga!" Terdengarlah cekikikan menyenangkan dari Tiffany yang berlari dari kejaran Chanyeol serta Sehun yang berusaha berlari agar tidak kena juga dengan menyenangkan.

Setelah puas berlarian dengan kulit yang mulai memerah karena terbakar, ketiganya memutuskan untuk istirahat di dalam mercusuar. Melihat turis-turis itu tinggal sedikit dan mereka sangat amat haus atas permainan yang baru saja selesai.

Ayah Sehun menyambut tiga orang anak menggemaskan yang masuk ke dalam ruang kerjanya, bagian teratas mercusuar dengan senyuman hangat yang dibalas tak kalah hangat oleh kedua teman anaknya yang secerah matahari.

"Terimakasih, paman." Ujar Tiffany sembari meminum air segar yang disuguhkan oleh Ayah Sehun dengan sopan. Chanyeol sendiri tidak sempat mengucapkan terimakasih, anak itu langsung meneguk airnya dengan membabi buta saking kering tenggorokannya karena dari tadi cuma dia yang jaga.

Setelah mengelap bekas air di sudut bibir menggunakan lengannya, Chanyeol tersenyum.

"Terimakasih, paman!"

Ayah Chanyeol tersenyum maklum. Kemudian, pamit untuk turun ke lantai bawah. Membicarakan sesuatu dengan penjaga pos bawah yang sepertinya penting.

Ketiga sahabat sejati itu menikmati deburan ombak di bawah sana dengan senyuman lebar, kecuali Sehun yang tentunya hanya tersenyum sedikit.

"Halo dunia! Perkenalkan, ini sahabat terbaikku di seluruh jagad raya! Sehun dan Chanyeol!" Teriak Tiffany tiba-tiba yang membuat dua temannya terkejut bukan main. Tapi, setelahnya, mereka berdua tersenyum atas perkataan manis satu-satunya gadis dalam kelompok.

"Ya! Ini aku Chanyeol, sahabat terbaik daripada Sehun dan Tiffany! Hei, Dunia! Aku akan mengalahkan Sehun suatu saat!" Teriakan Chanyeol membuat Tiffany tertawa terbahak dan Sehun yang kelihatannya bersiap untuk teriak juga.

"Hei! Ini Sehun! Katakan pada si berisik Chanyeol bahwa dia tidak akan pernah bisa menyaingiku!" Teriak Sehun sekuat tenaga yang membuat Chanyeol cemberut luar biasa.

"Dunia! Tolong jaga mereka berdua untukku, ya!" Teriakan Tiffany membuat kedua sahabat lelaki yang tadinya tengah bertengkar ini menghentikan percekcokan mereka.

"Ah...Tiffany!" Haru Chanyeol, memeluk Tiffany yang diikuti oleh Sehun yang juga dengan tulus memeluk si gadis Hwang.

Saat ayah sehun kembali dari pembicaraannya, dia mendapati tiga orang anak super lucu tengah berpelukan dengan hangat sembari tertawa-tawa.

Dilihatnya, Sehun. Anak semata wayang yang susah sekali diajak bersosialisasi. Namun, yang dilihatnya kini adalah Sehun yang punya teman. Teman yang akan dia ingat sampai tua, teman sejati.

Maka, diam-diam. Dalam sebuah hembus nafas, ayah sehun berkata dengan setulus hati.

"Ku harap pertemanan ini akan selamanya begini."

Di musim dingin, ketika mereka telah berada di semester satu kelas tiga, Tiffany berkata bahwa dia harus pergi sebentar. Ketika ditanya kemana, ia akan menjawab dengan suara bagusnya, ke Amerika menemui kakek dan neneknya.

Chanyeol merasa sepi, bahkan, ketika Sehun selalu menemaninya akhir-akhir ini. Jelas, Sehun adalah orang yang tidak suka mengajak bicara seperti Tiffany. Kepribadian paling membosankan menurut Chanyeol.

"Aku merindukan Tiffany." Keluh Chanyeol melihat salju yang turun dengan seenaknya, menumpuk di luar jendela kamarnya.

Sehun yang duduk di samping laki-laki Park itu cuma bisa diam, tapi, dalam hati ia juga merasakan hal sama. Karena ya, dia sebenarnya adalah yang paling perasa dari yang lainnya. Tapi, hanya ia yang tahu soal hal itu. Tidak pernah menunjukkannya pada semua orang karena dia ingin menyimpannya sendiri.

Satu minggu dan kedua sahabat ini kehilangan arah. Tapi, kemudian, di hari yang lumayan cerah dimana hujan salju tidak terlalu lebat. Tiffany datang dengan tiga papan luncur warna berbeda dengan senyuman lebar.

"Mau main papan luncur di bukit sana?" Tanya Tiffany dengan senyuman lucu yang diiringi pelukan hangat oleh kedua sahabatnya.

tbc.

Antidone.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang