Chapter 1 Part 1: Dawn vs Seth

45 11 25
                                    

Jangan tanya kenapa aku bisa terjerumus ke dalam situasi ini.

Lorong mansion tua ini memburam di sekitar mataku saat aku berlari melewatinya, aku mengerahkan semua tenagaku karena hidupku bergantung hanya pada ini. Aku mengibas rambut pirangku yang terkuncir dua dan melirik ke belakang. Seorang bocah pirang kecoklatan memakai kemeja putih serta rompi dan celana panjang hitam yang daritadi mengejarku tampak makin mendekat, namanya Seth.

Masing-masing tiga pisau lempar kecil terselip di sela-sela jari tangannya. Dia merendahkan tubuhnya dan berlari makin dekat ke arahku. Matanya yang besar difokuskan padaku, alisnya melengkung kebawah sampai menyatu di tengah-tengah dan terlihat sedikit urat menojol di dahinya, wajahnya berubah merah dan mulutnya mengrenyit menampilkan gigi-gigi kecilnya. Dia memang terlihat seperti anak umur 8 tahun biasa, namun jika kau lihat wajah, sifat, dan gaya bicaranya, dia sudah bukan seperti anak kecil lagi, melainkan anak iblis.

"Kau tidak akan bisa semudah itu lari dariku, Manusia Biasa Rendahan!!!" teriaknya. Rambut gaya mangkoknya berkibar ke belakang tertiup angin karena berlari makin kencang. Dia mengayunkan tangan kanannya dan sebuah pisau melesat ke arahku.

Aku langsung membungkuk serendah mungkin sambil terpincang-pincang mencoba menghindari serangan itu. Punggungku seperti disabet angin saat pisau itu melewatiku, kekuatan yang dikeluarkan anak kecil itu tidak main-main, aku bisa langsung sekarat jika terkena serangan itu. Pisau itu melaju sampai beberapa belas meter di lorong yang panjang sampai akhirnya mengenai vas keramik besar yang di pajang di pinggir dinding, suara vas itu saat pecah menggema ke seluruh lorong, suaranya seperti lonceng kematianku.

Aku kembali berdiri tegap sambil terus berlari dan memeriksa apakah terdapat sayatan di jas yang kupakai, untung tidak ada. Saat sedang memeriksa punggungku, aku melihat dia bersiap melemparkan pisaunya lagi. Aku mempercepat langkahku dan terus melihat jalan di depan, terdapat lorong yang bercabang ke kiri beberapa meter lagi. Aku memperbesar langkahku dan sampai di persimpangan lorong. Dengan memegang lekukan dinding, aku berbelok dan mendorong tubuhku maju saat dua buah pisau melesat lurus ke arahku.

Langsung membungkukkan badan, aku mendengar kedua pisau itu menancap di dinding di belakangku. Jantungku berdebar kencang, badan gemetar sampai ujung jariku, aku memaksa kakiku untuk terus bergerak. Dengan ketakutan, aku berhasil berlari kembali namun bocah itu masih tidak terlalu jauh dariku.

"Aku akan menghabisimu di sini, Dawn! Kau tidak pantas berada di sini! Di organisasi ini atau di dalam mansion ini!! Kau bahkan bukan pembunuh apalagi pembunuh elit! Kau hanya manusia biasa! Aku tidak terima orang sepertimu menggantikan sosok berharga Brad ... Aarggh!!" Seth mengangkat tangan kirinya dan bersiap melempar.

Aku tidak bisa menjawabnya karena aku sendiri tidak tahu kenapa aku bisa berada di sini, bergabung dengan organisasi ini, Organisasi 12 Pembunuh ini.

Pagi ini aku mendapati diriku terbangun di mansion ini. Kemudian seorang pria tinggi berwajah panjang dan tirus datang, matanya tajam dan bekas luka di alis kirinya terlihat di balik tirai rambut cokelat gelap yang panjangnya hampir menyentuh bahu, jubah hitam panjangnya menambah kesan menyeramkan saat masuk ke kamarku. Dia memperkenalkan diri, namanya Alastair dan dia adalah orang yang memegang kendali organisasi untuk saat ini, dia mengatakan bahwa mulai saat ini aku adalah bagian dari organisasi ini dan aku harus melakukan tradisi untuk anggota baru. Dengan itu saja dan tanpa kata-kata lagi, dia pergi.

Kemudian aku memakai pakaian yang sudah disiapkan untukku, sebuah jas wanita, rompi, dan celana panjang hitam dengan kemeja putih, juga sebuah dasi pita merah dan sepasang sepatu loafers hitam. Kulihat semua anggota di sini selalu memakai setelan jas, bahkan wanitanya, tidak ada yang memakai gaun atau yang lainnya. Selesai mengikat rambut pirangku, aku melihat sosok baru di cermin, sosok gadis berkuncir dua dengan setelan jas bagus. Aku masih tidak tahu apapun tentang semua ini, aku tidak mengingat apapun yang terjadi sebelumnya, tidak ada kilasan ingatan, tidak ada apapun, aku hanya mengingat namaku, aku bahkan tidak ingat pernah membunuh atau menjadi pembunuh.

Kemudian aku mendengar dari bisikan beberapa anggota, tentang hilangnya pemimpin mereka, Brad yang berhubungan dengan kehadiranku di organisasi ini. Aku tidak mengetahui apapun tentang itu, semua ingatanku yang hilang, aku tidak dapat mengingatnya. Apakah aku pernah mengenal orang itu? Apakah aku pernah mempunyai hubungan dengan organisasi ini? Aku bahkan tidak tahu mengapa bisa berada di dalam mansion ini! Aku tidak dapat mengerti semuanya!

Dan ini, ini adalah ritual, semua anggota yang baru masuk harus berduel satu dengan satu dengan anggota lama untuk menunjukkan kemampuan mereka. Anggota lama yang harus bertarung dipilih secara acak dan aku harus berhadapan dengannya, Seth Grimshaw, anggota termuda organisasi ini dan orang yang paling membenci aku karena manusia biasa sepertiku masuk organisasi ini. Itu seperti melanggar kode etik mereka katanya, memasukkan manusia biasa ke dalam perkumpulan para pembunuh.

Sisa anggota yang tidak berduel menonton dari ruang CCTV, karena tidak ada yang boleh berada di luar sini saat duel berlangsung. Kami boleh memakai seluruh mansion dan menggunakan senjata yang biasa dipakai, namun karena aku tidak pernah memakai senjata apapun, yang bisa kulakukan hanya berlari. Berlari, sampai salah satu dari kami memenangkan ini, yang jawabannya hanyalah kematian diriku.

"Terima ini, Dawn!!!" Seth melempar ketiga pisaunya bersamaan. Tiba-tiba aku di hujani pisau, aku berusaha merunduk, meloncat, berlari dengan arah zig-zag untuk menghindari serangan ini namun dia terus menerus melempar pisaunya sehingga banyak menggores lengan dan kakiku. Dengan cepat dia mengambil pisau lempar yang sudah disimpannya di kantong yang diikat pada paha dan lengannya dan melemparnya langsung kearahku. Salah satu dari banyaknya pisau yang dilemparnya akhirnya mengenai bahu kiriku.

Aku berteriak kesakitan, pisau ini menancap cukup dalam. Tiba-tiba pengelihatanku memburam, aku melihat pintu di dinding sisi kiriku dan langsung berlari ke sana dengan sisa tenagaku. Aku mendorong pintu besarnya dan berhasil masuk, saat pintunya sedikit lagi tertutup, Seth sudah berada di depan ruangan dan melemparkan pisau ke bagian atas dan bawah pintu sehingga tidak bisa menutup rapat.

Melalui celah ini, Seth melemparkan pisau-pisaunya tanpa henti. Tidak ada cara untuk keluar dari sini, aku akan kehabisan darah duluan dan mati, atau jika aku mencoba keluar, aku hanya berakhir dengan puluhan pisau menancap di tubuhku. Aku hanya bisa bersender pada pintu dengan lemas tak berdaya, tusukan di bahuku ini sakit sekali sampai aku tidak bisa bergerak. Semuanya menjadi buram dan berbayang, pisau-pisau yang melesat masuk hanya berujung menancap di lemari kayu besar di depanku atau terjatuh berserakan di lantai.

Aku tetap berusaha menjaga kesadaranku, karena kalau aku sampai tidak sadarkan diri, itu semua adalah akhirnya. Aku terus memperhatikan pisau yang masuk hingga kusadari tidak ada lagi pisau yang di lempar, apa yang terjadi? Dia kehabisan pisau!

"Cih! Pisauku habis! Hm? Aku akan mencabut salah satu yang menancap di pintu, ini akan menjadi yang terakhir, Dawn." Terdengar suara langkah kaki mendekat ke pintu, bersamaan dengan itu aku mengambil pisau yang tergeletak di dekatku, "Mari selesaikan saja di sini, kau tidak akan kuat bergabung dengan organisasi ini, aku bahkan tidak yakin kau bisa keluar dari ruangan itu hidup-hidup karena sudah akan mati duluan kehabisan darah dan pilihan terakhir, walaupun kau mencoba merangkak keluar dari balik pintu itu ... aku sudah bersiap menempatkan pisauku di antara tulang rusukmu."

Di saat dia bersiap melemparkan pisau terakhirnya itu, aku menggenggam erat pisau yang ku ambil dan mendekatkan tubuhku ke celah pintu. Bersama dengan satu tarikan napas, aku menutup mataku dan melempar pisau itu ke luar. Terdengar suara pisau mengenai dinding, oh tidak! Tentu saja pasti meleset, apa yang ku harapkan?

Sesaat kesunyian menyelubungi, kemudian terdengar teriakan melengking dari luar. Itu suara teriakan Seth! Darah seperti mengalir kembali ke seluruh tubuhku, aku mengintip dari celah pintu dan melihat dengan jelas apa yang telah kulakukan.

Pisau menancap dengan dalam sampai memaku lengan kanan bawahnya ke dinding sehingga tangan kanannya setengah terangkat. Darah merah segar mengalir menetes menembus kemeja putihnya, wajahnya makin berkerut karena amarah, dia menggenggam pisau itu dan mencoba melepaskannya.

"Grrraahhhh!! Manusia sialan! Manusia rendahan!! Sialan kau Dawn!! Manusia biasa sialan aarrghh!!! Gi ... fford!! Gaaahhh! Gifford!!" Seth melepaskan pegangannya, pisau itu belum mau lepas, "Gifford!! Ke sini kau buruan! Aarrghh!! Al ... Alastair!!!"

Aku tercengang melihat apa yang ada di depanku sampai ribuan jarum terasa menusuki bahu kiriku, membuatku kembali lemas. Semuanya menjadi buram dan berbayang , tak lama terlihat seseorang berbadan gemuk menghampiri Seth, kemudian pandanganku terhalangi kaki orang-orang yang memenuhi pintu mencoba menolongku. Semua menjadi hitam dan aku tak sadarkan diri.

12 Kills [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang