Tiga puluh tiga

1.3K 185 27
                                    

Holla,,,,Cusss aja ya beibh......

.

.

***

Yuki melepas pelukannya dan tersenyum, "Tapi aku ingin mewujudkan mimpi aku untuk jadi psikologi yang terbaik, apa aku boleh mewujudkan itu?" Tanya Yuki

Al memandang Yuki dalam, perasaan tak tega dan juga tak ingin kehilangan lagi menjadi campur aduk. Al memandang Bunda, dan Bunda menganggukan kepalanya seolah tau apa yang ditanyakan Al padanya.

Al menghela nafasnya, "Oke, aku akan dukung. Tapi dengan syarat, apapun yang kamu butuhkan harus hubungi aku, jangan Doni apalagi Si Brondong jagung itu, deal? " Tanya Al.

Sambil tertawa, "Baiklah! Tapi si Brondong jagung itu Tutorku Al" Ucap Yuki.

"Apa? Yuki, ga bisa minta ganti aja gitu. Please?? " tanya Al, "Kalau gitu, kita nikah sebelum kamu kembali ke Ausi" Ucap Al

***

"Apa seh, Kak? " Tanya Bunda Esti

"Iya Bund, kalau gini caranya mending aku nikah dulu ma Yuki. Biar tenang dan aman" jawab Al

"Tenang buat kamu, Kak" Goda Bunda Esti, "Nikah itu gak main-main, Kak. Gak bisa kalau harus buru-buru kaya gitu. Apalagi alasannya kaya anak kecil gini" Jelas Bunda Esti.

"Tapi Bunda.. Perasaan Kakak gak enak ini, apalagi kalau denger nama Brondong. Bikin serem bund" jelas Al

"Itu bukan perasaan gak enak, tapi Cemburu" ucap Bunda Esti seraya tertawa. Dan Yuki hanya tersenyum melihat wajah Al.

"Oke!! " Al beranjak dari kursinya dan melangkah ke dalam.

Sepertinya suasana hati Al sekarang memang sedang tidak baik. Rasa takut kehilangan seseorang yang dia miliki, membuatnya semakin ingin mencegah apa pun kemungkinan yang akan terjadi. Yuki paham hal itu, dan Bunda juga tahu. Tapi keputusan untuk segera menikah karena hal seperti ini, tidak dibenarkan.

Yuki pun tidak ingin menikah terburu-buru. Karena ia ingin menikmati setiap moment langkah besarnya. Dan untuk melangkah kearah itu, Yuki tetap ingin memantaskan dirinya terlebih dahulu untuk bersanding dengan Al. Tugas Yuki saat ini adalah meyakinkan dan menenangkan Al. Yuki pun beranjak untuk mengikuti AL dengan sebelumnya menoleh kearah Bunda untuk meminta ijin. Bunda pun memahaminya, dan menganggukan kepalanya.

Yuki melihat Al yang terduduk di meja makan dengan segelas Air yang digenggamannya. Yuki menghampiri AL dan duduk disamping Al. Ia menyentuh tangan AL dan membawanya ke genggaman Yuki. Tangan AL dan Yuki saling bertautan, Al akhirnya tersenyum kearah Yuki. Yuki pun melakukan hal yang sama, meski ia tahu ada kekhawatiran didalam mata Al. Yuki tetap memandang Al dengan senyuman yang tertahan pada bibirnya, menyalurkan ketenangan untuk Al melalui genggamannya.

"Al" Ucap Yuki membuka pembicaraan, Al pun hanya tersenyum menanti apa yang Yuki akan katakan. "Kamu yang sangat tahu usahaku untuk sembuh, kamu yang sangat tahu bagaimana aku sampai saat ini. Apa kamu gak bisa percaya sama aku?" ucap Yuki, "Kamu tahu, untuk bangun dari mimpi buruk itu butuh keberanian yang sangat besar. Dan keberanian itu adalah Kamu yang selalu ada untuk Aku. Dan karena itu, mana mungkin aku sanggup buat kehilangan kamu" Ucap Yuki, dan Yuki tahu AL paham kearah mana pembicaraan itu.

"Tapi kamu pernah meninggalkan aku, Yuki" Ucap Al lirih. "Tapi aku kembali buat kamu, dan aku pergi juga buat kamu. Aku ingin menjadi orang yang pantas untuk kamu. Dan aku juga ingin meraih mimpi aku yang tertunda, ketinggalan aku yang membuat aku jauh tertinggal dibelakang. Aku hanya ingin semua berjalan seperti yang sebelumnya aku jalani. Dan akhirnya aku menemukanmu lebih awal dari mimpiku, itu akan menjadi tempatku kembali dengan mimpi itu" Jelas Yuki.

The Power Of LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang