Mansion mewah yang terbengkalai di tengah hutan Blacksaid itu terisi dengan gelak tawa anggota geng Vermillion. Tidak mudah untuk masuk ke dalam hutan Blacksaid, mereka memerlukan sebuah alat untuk membuka gembok di gerbang masuk hutan Blacksaid.
Geng Vermillion yang identik dengan pakaian abu-abu dan hitam, rambut anggotanya yang di cat warna warni, sepatu berwarna putih yang selalu melengkapi, dan jangan lupa aktivitas mereka yang selalu antimainstream.
Salah satu dari anggota geng Vermillion memilih untuk menyendiri di depan mansion, duduk di tangga sembari menatap langit berbintang.
Sorang perempuan bertubuh mungil dengan kaos kebesaran berwarna abu-abu polos berlengan panjang, celana jeans hitam yang hanya menutupi setengah pahanya, rambut hitam sepinggang dengan beberapa helai rambutnya berwarna biru dongker tergerai dengan bebas, dan sepatu berwarna putih yang melindungi telapak kakinya.
Aluna Carpenter, nama perempuan itu.
"Besok kita akan bermain mobil, lagi." tiba-tiba seorang laki-laki berambut hitam bercampur merah maron duduk di samping Aluna.
"Aku tidak ingin, turun ke jalanan."
"Tidak, kau yang akan mengomando kami. Daveen mengatakan jika kaulah kaptennya besok." laki-laki itu menyeru sembari menyodorkan kaleng minuman berisi jus mangga yang telah dibuka.
"Jack, apa kau dan yang lain mencoba memerasku?" Aluna terkekeh sembari menerima minuman kaleng yang disodorkan Jack, kemudian meminumnya pelan-pelan.
"Tidak luna, masih tetap aku dan Daveen yang membiayai permainan kita." Jack menjawab sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalian mendapatkan uang dari mana, huh?" Aluna bertanya setelah meneguk habis jus kaleng yang ada di tangannya, kemudian membuang asal kaleng minuman itu.
"Hasil menghangatkan ranjang." Jack menjawab dengan kekehannya dan disambut dengan tawa kecil Aluna. "Jangan bertanya lagi luna, kau tahu kakak-mu yang membiayai geng kami." Sambung Jack.
BRAKK
DUARR
PRANGG
BRUUGHH
Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari dalam rumah, membuat Aluna dan Jack spontan berdiri. Saling bertukar pandangan kemudian berlari memasuki mansion.
Sesampainya di dalam mansion, pemandangan di depan mereka berdua membuat mereka menahan napas untuk sesaat.
Guci dan kaca pecah, properti yang rusak parah dan berserakan, sedangkan para pelaku yang membuat seisi mansion seperti kapal pecah, mereka malah tertawa sembari meminum alkohol dalam kaleng bir.
"Shit! Apa yang kalian lakukan hah?!" Aluna berujar setengah memekik, membuat semua anggota geng Vermillion menghentikan aksinya dan menatap Aluna dengan kening mengkerut.
"Why luna? Tentu saja kita bersenang-senang." jawab Daveen, laki-laki berambut coklat kehijauan itu menjawab dengan santainya sembari melangkah ke arah Aluna.
"Daveen! Ini salah, Niell memang mengizinkan kita masuk ke dalam tempat terlarang ini, tapi tidak untuk mengobrak-abrik tempat ini!" Aluna menyeru dengan napas terputus-putus.
Jika sudah panik, Aluna sering kali sesak napas, sesuatu seperti menghantam paru-parunya dengan keras dan menurup jalur pernapasannya.
"Little girl, tentanglah!" Daven memeluk Aluna sembari mengusap-usap punggung perempuan itu.
Perlahan-lahan, Aluna mulai tenang. Pernapasannya sudah mulai normal. Perempuan itu membalas pelukan Daveen dan menenggelamkan kepalanya di dada Daveen.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vampire Prince
Vampire18+ Semuanya berawal dari aktivitas antimainstream geng Vermillion, mengobrak-abrik tempat terlarang itu. Satu persatu semua anggota geng Vermillion mati dengan tubuh kering tanpa darah. Menyisakan satu orang anggota perempuan di geng itu. Laki-laki...