Bab 2 Mimpi Yang Jadi Kenyataan

4.1K 188 0
                                    

Aluna mengerjap-ngerjapkan matanya. Lagi, lagi-lagi mimpi. Ia berada di kamar yang selalu menjadi tempat mimpinya bersarang.

Masih dalam posisi tidur, Aluna memandang kesekeliling-nya. Kamar era victorian ini menjadi saksi kekejam dan keromantisan seorang pangeran Zaeval yang Aluna sendiri tidak tahu siapa dia sebenernya.

Aluna merubah posisinya menjadi duduk, lalu melihat setangkai buket bunga mawar merah yang mulai menghitam di atas nakas. Aluna mengambilnya, meneliti dengan seksama bunga itu.

CLEK

Pintu kamar terbuka, menunjukkan sosok Zaeval dengan pakaian era victorian-nya yang selalu serba hitam.

"Bunga mawar hitam, tanda cinta mati." ujar Zaeval yang kini sudah duduk di tepi ranjang, membuat Aluna heran.

"Bukankah, kau tadi berada di depan pintu? Mengapa sekarang cepat sekali berada di sini?"

Diam. Zaeval diam sembari menatap Aluna dengan wajah tanpa ekspresi-nya.

"Siapa kau sebenarnya?"

"Jika aku mengatakan yang sebenarnya, apa kau akan ikut denganku?" Zaeval menyentuh pipi Aluna dengan tangan pucatnya, lalu mengelus pelan pipi itu.

"Mengapa tanganmu selalu dingin?"

"Katakan Aluna, jika aku mengatakan siapa diriku sebenarnya. Apa kau akan ikut denganku?" Zaeval menghiraukan pertanyaan Aluna, ia menjauhkan tangannya dari pipi perempuan itu.

"A-aku, kau terlihat berbahaya." gumam Aluna sedikit menundukkan kepalanya.

"Ya, aku memang berbahaya."

"Sebenarnya, apa yang kau lalukan padaku?" Aluna menatap Zaeval dengan mata berkaca-kaca.

"Aku hanya membuatmu, menjadi milikku." jawab Zaeval sembari berdiri.

Aluna turun dari ranjang king size itu. Ia memposisikan dirinya untuk berhadapan dengan Zaeval, kedua tangannya masih menggenggam setangkai buket bunga.

"Apa kau yang membunuh teman-temanku?" Aluna bertanya dengan air mata yang mulai menetes.

"Bukan, tapi keluargaku."

DEG

Aluna masih menatap Zaeval yang memandang ke arah lain.

"Ya-ya, harusnya aku bisa mendunganya ... Kematian teman-temanku, aku, dan kau. Kita saling berhubungan." tangis Aluna pecah. Ia jatuh terduduk, membuang asal setangkai buket bunga yang dipegangnya, lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Mereka telah mengacau mansion keluargaku, harusnya di malam itu mereka mati dibantai oleh kaumku." Zaeval menatap Aluna, lalu berjongkok untuk menatap wajah Aluna yang ditutupi oleh kedua tangannya.

"Hanya saja, pada malam itu kau ada di sana. Aku tidak ingin kaumku menghabisimu." Zaeval mengambil kedua tangan Aluna, menjauhkannya dari wajah perempuan itu.

"Ke-kenapa?" Aluna menatap Zaeval dengan suara yang lirih.

"Kau milikku, separuh jiwaku, dan kau adalah pendamping hidupku."  Zaeval menghapus air mata yang menggenangi pipi Aluna.

"Ku-kumohon, ja-jauhi teman-temanku ... Jangan sakiti mereka, sudah cukup." tangisan Aluna semakin keras. Bahkan ia sudah lemas dan hampir terkapar dilantai jika saja Zaeval tidak menahan tubuhnya.

Zaeval menggendong Aluna ala bridal style kemudian menidurkannya di ranjang king size.

"Sudah cukup." lirih Aluna, matanya terpejam namun ia masih mengeluarkan air matanya.

The Vampire PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang