Bab 1 Mimpi dan Kematian

4.7K 206 1
                                    

     Sore harinya Aluna memutuskan untuk keluar rumah. Luka memar di kedua pipinya sudah sembuh, dan sisanya belum.

Aluna menutupi memar di keningnya dengan cara memakai topi putih. Lalu ia memakai jeans hitam robek-robek dan mengenakan kemeja berlengan panjang berwarna abu-abu dengan tulisan Vermillion di depannya.

Telapak kaki berbalut sepatu berwarna putih itu melangkahkan kakinya di sepanjang trotoar jalan.

Mobil-mobil berdempetan di jalanan, deru mesin mobil bercampur klakson membuat sore ini terasa lebih panas.

Di depan sana, tiga buah mobil berjajar membuat pembatas untuk menghalangi jalanan. Dan siapa lagi pelakunya jika bukan geng Vermillion.

"Maaf menunggu lama." seru Aluna sembari menghampiri mereka.

"Well, bisa kita mulai?" tanya Raika dengan seringainya.

Aluna tersenyum kecil lalu menatap barang-barang mereka.

Beberapa pilok dengan warna berbeda, satu ember telur busuk, empat plastik besar tepung terigu, dan tiga ember balon yang berisi air kotor.

Aluna berdiri menyender pada pintu mobil hitam milik Jack, memperhatikan teman-temannya yang telah memulai permainan.

Chloe, Daveen, Jack, dan Leon. Mereka mulai mencoreti mobil dengan pilok warna warni.

Zee dan Ewald mulai melemparkan telur busuk.

Zidane, Emily, dan Elea menaburi mobil-mobil dengan tepung terigu.

Dan sisanya, Betran, Peter dan Lucky melempari mobil-mobil dengan balon berisi air busuk.

"Hahaa..."

"Hahaha..."

"Hahaa..."

Tawa geng Vermillion pecah begitu melihat Zidane, Emily, dan Elea terpleset. Membuat diri mereka terlumuri tepung terigu yang berada di dalam genggaman tangan mereka sendiri.

"Damn it! Kesialanku hari ini!" gerutu Zidane.

"Zidane! Emily! Elea! Tepung yang kalian tumpahkan, masih tersisa tidak hah?!" teriak Aluna begitu menghentikan tawanya, ia menatap mereka dengan senyuman meledek.

"Jangan tanyakan lagi, dasar bodoh! Tentu saja tepung ini habis membanjiri tubuh kami!" balas teriak Elea sembari menatap kesal Aluna.

"Aku tau! Kau hanya ingin meledek kami!" pekik Emily.

"Para perempuan memang selalu repot." gerutu Zidane yang berdiri di antara Emily dan Elea.

"Dasar kau laki-laki!" bentak Emily dan Elea secara bersamaan.

________

Aluna berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya di cermin yang hanya mengenakan hotpant abu-abu dan tanktop biru dongker.

Setelah puas bermain tadi geng Vermillion memutuskan untuk pulang dan membersihkan diri. Lalu berkumpul di base camp yang berada di samping rumah Aluna. Base camp itu dulunya sebuah rumah sederhana milik Niell, tapi Niell memutuskan untuk menjadikannya sebuah base camp.

Memar di tubuh Aluna sudah menghilang, hanya menyisakan satu. Di bahu, tepat di tempat Niell menyentuhnya tadi pagi.

Lalu Aluna menatap kalung di lehernya, ia baru menyadari keberadaan kalung itu.

"Bukan milikku." gumam Aluna. Ia mencoba melepaskan kalung itu, tapi ternyata tidak bisa.

"Kalung sialan!!" akhirnya ia hanya bisa pasrah.

The Vampire PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang