Bukit Besak Lahat#1

134 8 0
                                    

Mungkin di setiap perjalananku membutuhkan waktu dan materi yang tak sedikit. Namun aku selalu percaya bahwa pelajaran yang kudapat dalam setiap perjalananku sangatlah tidak ternilai harganya dibanding apapun.
Saat itu aku duduk dibangku Sekolah Menengah Kejuruan, pagi hari yang cerah di hari sabtu. Seperti biasa kami belajar di kelas yang sedikit bau karena bau parit sebelah sekolahku yang berdampingan dengan pasar sayur, Ah tak tahan aku rasanya dengan bau busuk itu. Pada saat bel iatirahat tiba bergegas aku meninggalkan ruang kelas itu dan duduk didepan kelas. Karena esok adalah hari minggu kami memutuskan untuk sekedar melepas penat sekolah dengan menaiki bukit besak yang berada di kabupaten lahat. Akupun baru pertama kali pergi jauh dan menanjak bukit besak. Saat itu bisa dikatakan aku sedang dekat dengan teman satu kampung dengan rara, namanya pandu, saat itu kmi hanya sekedar dekat dan berhubung pandu mau diajak pergi bersama kami akhirnya aku Pergi bersama pandu. Keesokan harinya aku dijemput pagi-pagi oleh pandu karena kami sudah janjian untuk berkumpul didepan sd 6 pada pukul 8 pagi. Karena rombongan kmi banyak jadi menunggu mereka pun lumayan lama. Sekitar satu jam menunggu akhirnya kami berangkat pukul 9 wib. Sebelum berangkat kami mengisi bahan bakar di pom terlebih dahulu. Lumayan cerah hari itu cukup membuat kami kepanasan. Selama perjalanan ketika mendekati perbukitan kurasakan sejuknya udara disana membuat hati menjadi tenang dan damai. Kurang lebih dua jam perjalanan bermotor sampailah kami di rumah kepala desa XX tempat kami menitipkan motor, disana kami membayar Rp.10.000-, untuk satu motor dan Rp.3000-, untuk satu orang dan kami bisa mendaki ke bukit tersebut. Sebelum pergi tak lupa kami berdoa terlebih dahulu agar tidak ada kejadian yang tidak kami inginkan. Kebetulan ini adalah pengalaman pertamaku dan aku sangat penasaran bagaimana rasanya. Kami melewati sawah-sawah warga yang hijau sedap sekali dipandang, tak lama dari itu gerimis turun namun kami masih melanjutkan perjalanan. Jalur yang menanjak dan becek karena hujan membuat trek menjadi semakin sulit, aku yang baru pertama kali mendaki sangat kewalahan dengan jalan yang begitu sulit, dipertengahan perjalanan tepatnya di shelter 1 terdapat pondok tempat beristirahat. Setelah beberapa menit kami istirahat kami lanjutkan lagi perjalanan. Aku rasanya sudah tak tahan lagi, wajahku pucat dan lelah, kaki ku pun sudah gemetar sampai aku bergumam dengan pandu bahwa aku kapok dan setelah ini aku tak akan pernah lagi datang kesini. Pandu yang selalu menemaniku dan menuntunku berjalan, meskipun sudah kuminta duluan tetap saja dia masih ingin menemaniku. Dengan bersusah payah akhirnya sampailah kami dipuncak bukit. Rasanya segala letih lesu lepas saat itu melihat indahnya pemandangan diatas sana, rumput rumput yang hijau sungguh tenang sekali. Tak lama kami diatas setelah makan dan berfoto-foto akhirnya kami pulang. Diperjalanan pulang mungkin hanya aku orang yang paling semangat karena dibandingkan menanjak aku lebih suka menuruni bukit. Jalanan yang curam dan licin masih kami lewati. Sampai-sampai telapak sepatu pandu lepas dan terpaksa pandu melepas sepatu. Dihutan-hutan bukit itu terdapat jalan cor yang licin, pandu yang tidak memakai sepatu hampir saja terpeleset dan jatuh. Dengan kondisi kaki yang penuh lumpur kami melewati jembatan lematang lalu mencuci kaki, ah segar sekali rasanya merasakan dinginya air dari perbukitan. Akhirnya sampai lah kami ke rumah pak RT tempat kami menitipkan motor lalu berpamitan pulang. Lelah sekali hari itu kurasakan, pengalaman pertamaku mendaki yang tak akan pernah kulupakan.

[Bukan]Petualang.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang