***
*nih, anggap aja bahasa jerman yang udah Bravi translitin:v
###
"Apakah anda sudah menemukan data anak itu?" tanya seorang pria berumur dengan tajam. Ia duduk dikursinya dengan kaki disilang angkuh.
"Maaf sir, anak itu tidak berada di jerman, kami mendapat informasi dia berada di benua asia dan belum tau pasti dimana negara yang ia tempati" jawab pria berbadan besar dengan jas ketat nya, ia menunduk takut kepada pria itu.
Pria yang dipanggil sir itu menghela napas, tanda ia ingin menyerah. Namun, hal itu tidak disadari oleh seluruh anak buahnya yang berjejer dihadapannya.
"Usahakan untuk terus mencari, aku tidak ingin kehilangan aset berhargaku" ucapnya tajam lalu berdiri merapikan jasnya.
"Baik Sir Geon Gudser" pria berjas itu membugkukkan badan dan keluar dari ruangan yang besarnya lebih besar dari sebuah apartemen.
"Dia harus ditemukan, tunggulah sayang, kita mulai permainan maut ini," pria itu tersenyum evil dan beranjak keluar disambut oleh enam bodyguard yang membungkuk dan mengikutinya dari belakang.
"Siapkan pesawat saya, kita terbang ke London sekarang!" ucap lelaki itu tegas dan sangat memerintah.
Berbeda dengan keadaan di sebuah rumah besar di Prancis bagian barat, terlihat kedua manusia yang merupakan kakek dan cucunya sedang berbicara serius.
"Cukup anak nakal," tegas pria tua itu dengan mata elangnya, menatap cucu kesayangan dengan gemas."Oh grandpa, tolonglah.. aku tak seburuk itu, aku tidakkan bolos sekolah lagi" rengek seorang remaja didepan kakeknya.
"Granpa amanahkan orang itu atau kau pulang ke Prancis sekarang!" ancam pria tua yang disebut granpa nampak masih gagah dan tampan itu tadi.
Dasar barat! Tampannya tak bisa dikendalikan!
"Baiklah, aku terima" tanpa pikir panjang remaja itu memutuskan.
"Dasar pria tua jelek, bisanya mengancam" gerutunya.
"Apa yang kau katakan hah? Kakekmu yang tampan dan muda ini kau bilang tua dan jelek? Ingin ku hapuskan semua aset mu heh?" gertaknya.
"Oh granpa, no, is big NO! Grandpa memang terbaik didunia ini, Oke oke! Aku akan terima semua yang granpa instruksi kan" pasrah remaja itu.
Pria tua itu tersenyum puas melihat cucu tunggal hasil buah hati anak tunggalnya yang keras kepala itu kesal.
Ia sudah mendapat banyak laporan, bahwa cucu tampannya ini sering absen masuk pelajaran. Ya, dia memang pintar, namun dengan matematika ia sangat sulit mengerti jika tak di les privatkan.
"Aku akan kembali ke Indonesia malam ini" remaja itu beranjak ke kamarnya di rumah kakeknya itu.
"Apa kau tak ingin berlibur hmm?" tanya granpa sambil menghirup pelan teh prancisnya.
"Tidak granpa, ayolah!! aku sekolah, aku masih kelas 11 dan tugasku menumpuk! Oh!" pekiknya dengan tawaran kakek tua itu.
Ingin sekali ia berlibur lebih lama, namun ia hanya di beri dispensasi oleh pamannya 3 hari. Sungguh kejam pamannya itu. Padahal dirinya orang yang sangat penting di sekolah itu.
Remaja itu membanting pintu kamarnya. Pria yang disebut grandpa hanya terkekeh disofa kesayangannya.
"Kuharap, kamu akan melindungi nya" lirihnya menatap cangkir tehnya.
***
Hari sudah beranjak siang, matahari tidak terlalu terik, Seorang gadis usia 16 tahun berjalan dipinggiran trotoar dengan dress peach menenteng sekantong asoy besar berisi nasi menatap beberapa anak kecil yang mengamen di persimpangan. Hatinya tersenyum pedih melihat nasib anak-anak yang harusnya dapat bersekolah dengan baik itu.
Hari ini dia akan memberikan makan siang untuk mereka, gadis berkuncir satu itu tersenyum dan berjalan kearah anak anak itu. Seharusnya ia datang hanya untuk memberikan makan pagi, namun mereka menolak karena mereka bilang sudah ada terlebih dahulu yang memberikan mereka makan jadi gadis itu menggantikan dengan makan siang.
Memang beginilah gadis itu. Dia selalu menolong anak jalanan yang mengamen walaupun sekedar memberi makan. Karena ia juga merasakan seperti apa kesusahan mereka.
Ia juga seorang anak yatim. Ia mengetahui perasaan anak-anak hebat itu. Walaupun berbeda panti, rasa kemanusiaan gadis itu tetap tinggi untuk siapa saja.
"Hai! Cepat kesini, kakak bawakan kalian makan siang!" teriak gadis itu sembari tersenyum dari pinggir jalanan, memanggil mereka yang berkeringat mencari segenggam uang untuk hidup.
Anak-anak yang sedang berjuang mengais uang itu melambai dan menghampirinya.
"Hai Kak Cleatta, apa kabar?" salah satu dari mereka menyapa sembari meletakkan ukulelenya.
"Baik, ayo kalian makan dulu" gadis bernama Cleatta itu memberikan bungkusan besar berisi nasi bungkus.
"Apakah kalian tidak digangguin para preman?" tanya Cleatta.
"Tidak kak, kami selalu dilindungi oleh kakak ganteng" cetuk salah satu dari mereka dengan semangat dan diangguki oleh bocah lainnya.
Gadis itu tersenyum dan belum sempat gadis itu menjawab, seorang anak lelaki diantara bocah itu berteriak.
"Kak Satria Alam!" teriaknya dengan senyum senang. Cleatta menoleh kebelakang dan mendapati seorang remaja seusianya mendekat.
Cleatta memicingkan matanya dan sadar jika lelaki itu nampak asing, sebab ia tak pernah melihat pria itu.
"Hai" sapaan darinya kepada bocah yang sedang makan itu membuat Cleatta diam. Sepertinya pria itu tak menanggapi kehadiran Cleatta. Cleatta tersenyum dan berdiri.
"Baiklah dik, kakak akan kembali lagi kerumah, makannya dihabiskan, kalian harus hati hati dan jangan lupa kembali untuk sholat, maaf ya kakak tidak bisa membantu kalian hari ini" ucap Cleatta melambai dan berlari menjauh.
"TERIMA KASIH YA KAAAK" teriakan bocah-bocah itu membuat Cleatta yang menjauh tersenyum lagi dan melambai lagi. Hal itu tak luput dari perhatian lelaki itu.
"Kakak itu selalu menasihati kami kak, supaya ga jadi jahat, dia juga selalu membantu kami" celetuk seorang gadis sambil mengunyah makanannya. Lelaki itu hanya tersenyum menanggapi ucapan anak itu.
"Ayo cepat makan, kakak punya hadiah buat kalian" ucapnya.
"Waah, asyiiik!!"
***
Hai-haii.... maaf ya kalo pendek, ini cuma permulaan kok:)) semoga kalian suka dengan cerita ini...
Maap, typonya dibenerin beriringan nantk, micuuuu 😘Vote
Comment
Share
Dan follow aku yaa;))
KAMU SEDANG MEMBACA
Ezaetta √√√
Teen FictionOn Going) ( "Lo ga hanya penting dimata dunia, tapi lo juga penting dimata gue" Setelah semua masalah berlalu, semua rintangan terlewati, akhirnya lelaki itu memiliki kesempatan untuk mengutarakan kata hatinya. Siapa sangka, Perlahan semua kehidupa...