***
Akhirnya, mobil mewah itu sampai didepan sebuah mansion yang tak kalah mewah.
Saat mesin mobil mati, Cle ikut turun tanpa aba-aba dari Eza. Ia sangat tidak mood kali ini. Ia menunggu Eza didekat bagasi mobil sambil menatap tanaman cantik didekat dinding pagar.
Saat asyik menatap, Cle terkejut saat suara Eza menyuruhnya masuk. Ia menatap Eza yang menarik kopernya kedalam mansion itu.
"Masuk" ucap eza datar, entah dia menyuruh atau apalah, Cle tak mengerti. Akhirnya cle berjalan mendekati Eza dan masuk bersamanya kedalam mansion itu.
Cle menatap sekilas ruangan itu, rapi. Itu yang ia simpulkan. Ia menyukai interior mansion ini, tapi dia tidak begitu perduli. Dia bukan orang yang haus harta ataupun matre.
Eza menghampiri sebuah lemari didekat tv dan mengambil sebuah buku dan pulpen.
Cle masih setia berdiri memperhatikan gerak gerik Eza dan memperhatikan Eza yang menulis dengan seksama.
Cle kagum saat melihat wajah itu lebih intens, yaa... rambutnya hitam pekat dan berantakan, terkesan bad-lah, hidungnya mancung, alisnya bisa dikatakan tidak terlalu tebal ataupun tipis, matanya terkesan menindas dan tajam, dihiasi bola cokelat terang ditengahnya, lekuk wajahnya memang tampan dan tegas, bibirnya yang sangat mahal bersuara itupun terlihat pink dan emm.. good looking mungkin (?)
Sebenarnya, Cle masih tidak begitu percaya bahwa ia akan tinggal dengan pria ini tanpa ia tahu alasannya. Baru 5 kali ia bertemu dan mulai saat ini akan setiap hari melihatnya.
"Duduklah" ucap Eza yang menyadarkan Cle dalam lamunannya.
Cle duduk di sofa seberang Eza dan Eza memberikan catatan itu kepada Cle beserta pulpen.
Cle mengernyit dan menatap tulisan dikertas itu. Terkesan rapi dan bersih. Cle membaca dengan seksama.
Setelah membaca itu, Cle menatap Eza yang juga menatapnya. Yakinlah, orang yang mendapat tatapan seperti itu mungkin akan meleleh namun tidak berguna bagi Cle.
Entah ada setan apa, tangan Eza bergerak mendekati pipi Cle. Seketika Cle hanya diam tak bereaksi. "Tisu" ucapnya lalu membersihkan sudut bibir Cle.
"Oh ya?" Ucap Cle dan cepat meraih wajahnya. Alhasil, malah tersentuh tangan Eza yang masih menggantung dipipinya. Cle langsung melepaskan tangan eza dari wajahnya dan ia mengusap bagian sudut bibirnya.
"Nempel" ucap Eza.
"Ma--makasih" jawab Cle yang masih shock. Hell, hal sesepele itu diperhatikan juga oleh Eza.
Jika shock itu pertanda kita tak menyangka. Maka memang itu benar. Sama halnya dengan Cle sekarang, ia hanya tidak menyangka bukan salah tingkah! Bedakan itu!.
"Ap--apakah aku harus memberi peraturan juga?" tanya Cle mengalihkan pandangannya kearah kertas. Eza mengangguk. Cle menghela napas dan membuka lembaran kosong berikutnya.
Tangan Cle mulai menari diatas kertas itu, sehingga pulpen itu mengikuti irama gerakan jari Cle yang menggenggamnya.
Sekitar 5 menit, Cle menyelesaikan kegiatannya dan menyerahkan ke Eza dan lelaki itu membacanya.
Cle menatap Eza yang nampak sedikit mengerutkan kening lalu kembali datar saat membaca.
Sebenarnya membuat peraturan seperti itu terkesan aneh, namun apa boleh buat, tuan rumah bertindak sesuka hati dan seorang tamu harus menghormati keputusannya. Setelah itu Eza menatap Cle dan mengangguk.
"Baiklah" ucap Eza lalu berdiri membawa koper Cle ke lantai atas.
Cle mengikutinya. Mereka berhenti didepan sebuah pintu berwarna putih tepat disebelah pintu berwarna putih juga dengan ukiran terkesan mewah.
Eza membuka pintunya dan meletakkan koper disamping bedcover queen size.
Sebelum Eza keluar, Cle mengucapkan terima kasih. Lalu ia menutup pintu. Cle berjalan menyusuri tiap inci kamar tersebut dan ia terkejut saat mendapati ukiran nama dirinya dilemari cream minimalis.
"Apakah memang semua ini disiapkan untukku? Apakah mereka benar keluargaku? Apakah singkatan G dalam namaku adalah marga keluarga ini?" Gumam Cle.
Oh tidak, Cle pusing dengan semua ini, kenapa tiba-tiba jalan hidupnya berbelok-belok seperti ini, padahal dulu sangat tenang tanpa hambatan.
"Ya allah, jelaskan semua ini untuk hamba" lirih Cle.
***
Sehabis berberes, Cle membersihkan diri dan turun ke lantai bawah, ia ingin mengenal beberapa tempat diwilayah barunya. Cle berjalan menyusuri ruang tamu, tidak ads yang istimewa kecuali seluruh perabot disana adalah perabit mewah yang mungkin harganya fantastis.
"Apakah ini orang tua Eza?" gumam Vle saat melihat satu bingkai foto berpigura indah di rak koleksi keramik kecil didekat TV utama.
"Eza nemiliki mata yang sama dengan Ibunya, tapi wajahnya persis seperti ayahnya, wajar saja ia tampan"
"Ekhm, gue mau keluar, jaga rumah" kegiatan Cle terhenti lalu menoleh kearah Eza fan mengangguk sopan. Tanpa sepatah kata lagi yang keluar, Eza berlalu pergi.
Cle menatap kepergian Eza dan memutuskan kembali ke kamar. "Lebih baik aku beristirahat".
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Ezaetta √√√
Teen FictionOn Going) ( "Lo ga hanya penting dimata dunia, tapi lo juga penting dimata gue" Setelah semua masalah berlalu, semua rintangan terlewati, akhirnya lelaki itu memiliki kesempatan untuk mengutarakan kata hatinya. Siapa sangka, Perlahan semua kehidupa...