Hujan belum juga reda. Padahal Reta harus segera pulang. Hari ini dia janjian dengan mama papa dan adiknya untuk menghadiri resepsi pernikahan Sahira, anak budhe-nya.
"Re, berapa jam lagi kami harus nunggu? Cepetan, keburu luntur nih bedak mama. Adikmu juga dah manyun tuh. Ditunggu ya, hati hati di jalan". Klik. Belum sempat dijawab, mamanya dah menutup telfonnya. Kebiasaan !! Hergg..
Akhirnya Reta memutuskan untuk menembus hujan dengan motor bebek butut peninggalan Opa. Ia hafal dengan mamanya, pasti nanti nggak putus ceramahnya kalau harus nunggu lama.
Jilbabnya nempel di badannya akibat guyuran hujan. Prediksinya, ceramah kedua mamanya adalah "mengapa mantel hujan tidak dibawa". Tapi, untungnya savety untuk laptopnya ada. Jadinya nggak apalah badannya basah kuyup, asal laptopnya tidak.
"Assalamu'alaikum. Reta pulang.."
"Waalaikum salam" Jawab mama, papa dan adiknya barengan.
"Kak, besok lagi kencengin tu volume alarm-nya. Jadinya nggak kayak gini. Jam 11 koq molornya sampai ba'da dhuhur. Ini ni...kalau kebanyakan schedule seminar sana seminar sini. Kapan Family time-nya" Suara Raka protes dari ruang tengah.
"Kakak kan dah bilang. Schedule minggu ini padat. Pesen kakak kan ntar nyusul aja, nggak apa nggak ditunggu...."
"Re...udah. Cepat ganti baju. Basah kayak gitu koq. Tambah lama nanti kalau tanya jawab disini" Papa melerai. Reta melirik Mamanya yang lagi benahi dandanannya.
"Okke Dad" Reta lari ke kamar mandi.
*****************
Sam mengemudi mobilnya dengan santai. Tidak seperti biasanya, ngebut karena selalu kekurangan waktu. Bangun kesiangan tapi harus on time nyampai kantor, atau keasyikan ngobrol ternyata ada jadwal meeting atau asyik nelfon ternyata ada janji dengan klien. Aktivitasnya selalu seperti itu, awut awutan, kalang kabut.
"Pak, hari ini ada jadwal meeting jam 9.30. Tempatnya di Bellroom 2 langsung dipimpin bapak. Agendanya, penambahan kuota barang ekspor bulan depan ke Swedia" pesan di whatshapp dari sekretarisnya.
Langsung ganti baju warna biru kotak kotak kuning, bersepatu dan parfum, berangkat ke kantor. Selama perjalanan dia mulai mengingat semua yang dirancang semalam tentang apa yang akan dipresentasikan hari ini.
Sam, nama lengkapnya Sam Dyandra. Ia dilahirkan dari orangtua pengusaha. Usai kuliah di Ekonomi Bisnis, Sam ditraining oleh ayahnya sendiri di perusahaannya. Enam bulan dianggap cukup, dan Sam langsung diangkat jadi CEO di perusahaan ayahnya.
Sam menyelesaikan studi pascasarjananya di Ausi. Tidak mudah bagi Sam untuk langsung pulang ke Indonesia dan bekerja. Tapi, mamanya yang memintanya untuk tinggal dan menemani orangtuanya. Maklum lah, Sam anak semata wayang.
Sam bukanlah pria biasa. Gayanya elegan, cool, smart, tinggi semampai, kulit putih, dan pastinya ganteng alias tampan. Wajar saja kalau anak buahnya di kantor yang perempuan selalu tampil cantik, agar bisa mempersembahkan yang terbaik. Walaupun itu diluar SOP perusahaan Sam.
Ditemani musik, Sam meluncur dengan mobilnya. Wajahnya manggut manggut mengikuti alunan nada. Ia terbiasa tanpa sopir. CEO satu ini emang bikin ngiler para wanita. Masih muda dan gayanya....wow.
"Yah, tadi aku telfon Mama nggak diangkat. Sam ada meeting hari ini, jadi batal nemeni Mama ke Bogor. Lain waktu aja. Ntar Ayah sampai-in kalau telfon Mama" Sam telfon ayahnya.
"Ya, nanti ayah sampaikan. Hati hati di jalan" pesen Ayahnya dari telfon
"Siap Bos !" Klik
Mengeratkan savetybelt, mengeraskan volume musiknya, menginjak gas lebih dalam. Ia ingin cepat sampai di tempat meeting.
Dan
Brakkķkkkkk.....chittttttttt !!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIAN KEJORA
General FictionReta, gadis kampus, aktivis, asyik dan paling on time dalam hal apapun. Buku agendanya nggak cuma satu, 3 sampai empat selalu nangking di tas punggungnya. Satu agenda khusus untuk schedule aktivitasnya, satunya untuk ide ide barunya, satunya untuk...