STOP Jadi Penulis Galau!

65 15 0
                                    

Seorang teman curhat mengenai betapa kesalnya beliau telah menghabiskan waktu nyaris 2 tahun hanya untuk menunggu. Menunggu agar bisa mempunyai waktu luang untuk fokus menulis. Dengan berbagai alasan karena kesibukan, beliau berusaha menafikan keinginannya untuk menulis. Berjalannya waktu yang terasa sia-sia tersebut, keluhannya semakin panjang, ditambah kecemburuan atas sepak terjang sahabat-sahabat lain yang sudah menebarkan virus-virus tulisan di sekian media massa. Sementara beliau masih nol besar.


Kenapa sih tidak kita habiskan waktu mengeluh itu dengan menulis sesuatu saja? Kenapa sih ukuran sukses jadi penulis itu harus semata karena tulisannya sudah pasti pernah dimuat di media cetak? Kenapa kita harus menulis karena kita ingin orang lain melihat diri kita begitu hebat? Apakah hal tersebut bukan sekedar ria semata? Lagi pula bukan kah keinginan terlihat hebat akan menghambat keinginan kita untuk menulis? Bukan kah keinginan menjadi hebat itu akan membuat kita mandek menghasilkan karya karena kita tidak cukup percaya diri apalagi ditambah dengan membanding-bandingkannya dengan karya orang lain? Kenapa kita harus memasang standar tertentu kalau nyatanya hal itu malah membuat kita tidak pernah punya keberanian untuk mulai menulis? Kenapa kita tidak menulis karena kita ingin menulis dan menuangkan renungan-renungan kita tentang hidup dan kehidupan? Kenapa kita tidak sederhanakan saja cara kerja otak kita dan memberikannya ruang menuangkan pikiran-pikiran kita dalam susunan kalimat. Kita sudah terlalu galau dengan ambisi yang dimiliki, kenapa tidak coba kurangi beban agar harapan-harapan yang tulus dalam diri kita bisa keluar dengan bebas dan menghasilkan karya? 


Sebenarnya karya luar biasa itu tidak lahir sekonyong-konyong. Tidak lahir dari angan-angan yang dinaungi kesombongan apalagi kegalauan. Kebanyakan tulisan yang hebat lahir secara sederhana, tulus, dan melalui proses latihan panjang yang terus berulang. 


Suatu kalimat membuka mata saya dalam memandang hidup terutama tujuan saya menjadi seorang Penulis, kurang lebih bunyinya demikian:


Orang yang mengejar dunia dalam hidupnya hanya akan mendapatkan segelintir dari kehidupan dunia. Sementara Orang yang mengejar akhirat dalam hidupnya akan dikaruniai semua kehidupan dunia oleh Sang Khaliq.

Jadi, niat dalam menjalankan sebuah tindakan itu perlu. Begitupun dalam kegiatan menulis. Apakah niat yang kamu serukan dalam hati ketika ingin menjadi penulis? Mengejar pujian kah? Berbagi pemikiran kah? Mencari penghasilan kah? Atau untuk beribadah? Sebenarnya tidak ada niat yang benar-benar patut dicap salah atau benar. Apa yang saya kutip di atas hanya sekedar pandangan yang saya yakini benar. Tetapi niat tidak akan menjadi penting tanpa adanya action. Setelah menetapkan niat kemudian bertindaklah. Tidak usah menunggu waktu yang tepat. Karena tidak pernah ada waktu yang paling tepat untuk memulai sesuatu. Semua berawal dari niat, niat yang dikukuhkan dalam hati. Hilangkan ketakutan. Hilangkan kegalauan. Hilangan ketidakyakinan.

Perlu diingat bahwa siapapun bisa saja menulis. Tetapi tidak semua orang bisa disebut penulis. Menulis itu tidaklah sulit karena semua orang bisa melakukan dan itu adalah salah satu pelajaran wajib yang harus dikuasai ketika kita menginjak Sekolah Dasar. Namun tidak semua orang yang bisa menulis lalu lantas langsung disebut penulis. 

Menjadi penulis butuh keyakinan dan konsistensi. Ketika kita menghasilkan tulisan secara rutin, menuangkan pikiran dari buah bacaan, pengalaman, dan pengamatan melalui rangkaian kata  serta mempublikasikan hasil tulisan tersebut, mau tulisan itu di media massa yang ngasih honor, mau di situs tanpa bayaran, atau di blog yang dikelola sendiri. Ketika kita punya keajekan aktivitas menulis yang dipublikasikan, maka kita telah disebut sebagai penulis.

Seorang sahabat baru yang mengenal saya dari sebuah situs sastra memanggil saya "Penulis", setiap menegur saya di kolom chat di Facebook sapaan "Apakabar penulis?" nyaris tidak dilupakan. Bagi saya, itu suatu penghormatan besar. Sahabat saya tersebut telah menyebut saya penulis, walaupun karya saya masih bisa dihitung jari di media cetak.


Jadi, sekali lagi, pikirkan makna PENULIS yang ada dalam diri Anda? Dan berhentilah mencari waktu yang paling tepat untuk Menulis. Mulailah sekarang juga!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berbagi Motivasi dalam MenulisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang