pertemuan

13 1 0
                                    

"Hoy, lu dari tadi kenapa sih? Bengong terus" tanya Evan

"Hah? Gapapa kok" sanggahku. Iya ya, kenapa ya gua bengong mulu, rasanya aneh kayak bakal terjadi sesuatu.

"Yakin?" Tanyanya lagi.

"Iya"

haaaah~, mungkin gua lagi capek aja kali ya. Udahlah mending gua buru-buru pulang trus main ML.

"Yaudah, ayo buruan pulang. Pasti nenek udah nyiapin sop kesukaan gua nih dirumah" katanya sambil melangkah dengan cepat layaknya atlet gerak cepat yang biasa gua liat di tv.

Oh lupa bilang, Evan ini tinggal bareng sama gua dan nenek. Dia itu anak yatim piatu. Ortunya meninggal karna kecelakaan 7 tahun yang lalu pas mereka mau liburan sekeluarga dan semenjak saat itu Evan punya kemampuannya itu.

Nenek dengan baik hati mau menampung Evan dirumahnya karna beberapa alasan. Yang pertama karna kemampuannya tentu saja, yang kedua katanya biar gua ada temennya.

Dikira gua anak kesepian kali. Yaah~ gak jelek-jelek amat sih punya temen yang serumah. Jadi kalo ada pr, gua bisa nyontek ke Evan yang kamarnya sebelahan sama kamar gua. Mwuahahaha~.

Tiba- tiba saja saat kami menyusuri jalan sempit untuk bisa sampai rumah, gua melihatnya.

Seorang gadis cantik dengan mata biru cerah yang tidak biasa, kalau dilihat dari pakaiannya sepertinya dia masih anak SMP. Saat gua melihat kebawah, kakinya tidak napak ditanah. Ooh dia sudah mati ternyata. Haah~ sayang sekali padahal dia cantik.

"Hoi, lu kenapa berhenti? Lu liat apaan sih?" Tanyanya. Yap, dia gak bisa lihat hantu, seperti yang gua bilang gak semua anak indigo bisa lihat hantu.

Evan mengedarkan pandangannya mencari apa yang kulihat.

"Ooh~ lu liat hantu lagi ya?

"Iya, dan kali ini hantunya cantik"

"Masa? Aah coba aja gua juga bisa liat kayak lo" hihi dia bener-bener nyesel kan sekarang. Rasain, lagian siapa suruh lu suka ledekin gua dan bilang lu lebih beruntung karna gak bisa liat hantu yang nyeremin. Gak semua hantu nyeremin tau.

"Kamu.. bisa liat aku?" Tanya gadis itu.

"Hah? Oh iya gua bisa liat lu, nama gua Arka dan gua anak indigo"

"Ooh pentes kamu bisa liat aku, nama aku ais"

Nama yang cantik secantik orangnya.

"Btw, kayaknya lo belum lama ini meninggal ya, kalo diliat dari badan lo kayaknya bukan karna kecelakaan, tapi kalo disebut karna penyakit lu juga gak pake baju rumah sakit" Tanya gua.

"Iya, aku baru meninggal hari ini"

Waah bisa ngepas banget ketemunya hari pas dia baru meninggal gini ya. Takdir mungkin hehe.

"Karna apa?" Tanya gua lagi

"Yakin kamu mau tau?"

Gua mengangguk sebagai ganti untuk pertanyaannya. Gua bener-bener penasaran kenapa dia bisa meninggal gini.

"Pembunuhan" ais memperlihatkan luka yang menganga lebar di lehernya .

Apa!! Satu kata yang bisa membuat gua menganga lebar seperti ini bahkan Evan saja sampai menadahkan tangannya dibawah mulut gua. Takut jatuh katanya.

"Kok bisa? Sama siapa? Emang kenapa lu bisa dibunuh?" Tanya gua  bertubi-tubi. Rasanya gua udah kayak polisi yang ada di tv-tv, yang lagi nanyain sejuta pertanyaan buat penjahatnya hehe. Ok balik ke realita.

"Aku gak tau, yang aku tau cuma aku dibawa sama seseorang berjaket hitam ke suatu tempat gelap. Aku disana beberapa hari sampai akhirnya aku dibunuh" jelasnya.

Rasanya kasian pas gua denger ceritanya. Dia dibunuh tanpa tau sebabnya dan bahkan dia masih SMP belum ngerasain yang namanya jadi anak SMA apalagi mahasiswi.

"Trus, kenapa lu bisa ada disini?"

"Aku cuma mau pulang kerumah, mau liat papa dan mama. Tapi entah kenapa aku lupa dimana rumahku" gua bisa melihat matanya mulai berkaca-kaca. Sepertinya dia sangat merindukan orang tuanya.

"Yaudah, gimana kalo lo ikut kita aja pulang kerumah" ajak gua. Bisa gua lihat matanya mulai cerah kembali.

"Heh, lu gila ya. Masa dia lu mau bawa pulang kerumah apa kata nenek nanti" Evan yang dari tadi hanya mendengarkan gua bicara sekarang dia mulai berbicara.

"Yeeh gapapa kali asal dia bukan roh jahat mah, lagian nenek juga pasti maklumin kok" jelas gua

"Haah~ terserah lu dah" gua menyunggingkan senyum besar khas gua sebagai bentuk rasa terima kasih gua sama Evan. Agak lebay emang tapi kan gak masalah yang penting gua seneng. Seperti mengerti apa maksud gua Evan menutupi muka gua dengan tangan besarnya.

"Gausah senyum-senyum lo. Mending sebagai gantinya nanti lu traktir gua eskrim magnum"

Hehe gapapalah gua traktir dia sekali-kali yang penting dia gak marah lagi. Daripada nanti dia gak mau liatin gua prnya lagi kan bisa berabe.

Yaah walaupun eskrim  magnum mahal dan bakal nguras uang jajan gua gapapalah sekali ini doang, ya gak.

Akhirnya kami pulang dengan membawa ais bersama kami.

Saat nenek melihat ais, matanya sempat berkaca-kaca. Katanya padahal ais masih belum melihat dunia yang luas ini tapi sudah meninggal.

Apalagi setelah gua menceritakan penyebab dia meninggal nenek langsung ingin mencari pelaku pembunuhan ais padahal nenek aja gak tau siapa, untung aja gua dan Evan mencegah nenek.

Dan tentu saja nenek mengizinkan ais untuk tinggal, dan juga pastinya gua disuruh membantu ais agar bisa pergi ke alamnya.

Merepotkan memang, tapi gua juga gak mau liat hantu secantik ais menjadi roh jahat yang mengganggu manusia.

Jadi selama 40 hari kedepan, hari- hari gua bakal diisi dengan kehadirannya ais dan pastinya bakal menyenangkan.

🌸bersambung🌸

40 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang