[01]

1K 81 1
                                    

Seo Myunghae adalah seorang gadis yang punya perasaan besar kepada sahabatnya. Yah, well, tapi tentu ia tidak berani mengungkapkannya. Sahabat jauh lebih berarti daripada keegoisannya saat ini. Dan kalau pun Myunghae berani mengalahkan gengsinya dan berhasil mengutarakan perasaannya, pasti tidak akan ada yang percaya. Siapa sih yang bakal menduga kalau Myunghae, gadis semi jantan yang agak brutal, bisa jatuh hati pada sahabatnya sendiri? Myunghae pun bahkan tidak mempercayainya.

Moon Junghae, remaja yang kadang brutal, kadang kalem, adalah sahabat satu-satunya milik Myunghae. Kesamaan nama nampaknya membuat mereka seolah sudah terikat oleh benang takdir. Junghae adalah tipe pemuda yang baik dan ramah. Kebrutalan yang muncul ini bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan virus yang tertular dari Myunghae. Disana ada Myunghae, maka disitu ada Junghae. Disitulah orang-orang mulai menyebut mereka HaeHae.

Namun semua kandas ketika Junghae ternyata menyukai Chung, si ketua kelas.

Boom!

Meledaklah hati Myunghae. Perasaannya yang sudah ia pendam sejak lama ternyata bertepuk sebelah tangan. Tidak hanya itu saja. Bagaimana bisa Junghae menyembunyikan kenyataan bahwa ia gay? Myunghae sudah pasti tidak punya kesempatan. Harapannya seketika kandas karena itu berarti, saingannya adalah laki-laki.

Myunghae sudah pasti kalah.

Mau setomboy apa, ia tetaplah perempuan. Tidak ada yang bisa menyalahi kodrat itu. Tapi Myunghae tetaplah Myunghae. Walau keadaannya dengan Jung berlangsung canggung belakangan ini, ia akan tetap menyukai Junghae. Ia tentu akan mendukung anak itu selagi ia bahagia.

Tapi kehidupan tidak berjalan semulus bokong bayi. Sesuai ketakutan Myunghae, bakal terjadi keributan mengenai hal itu. Chung, si ketua kelas brengsek itu menyebarkan hal ini pada semua orang, membuat Junghae menjadi bahan olokkan baru di sekolah selain si gemuk Taeknim. Bahkan namanya bukan lagi Junghae tapi jadi JungGay. Berkali Myung melihat Junghae yang sengaja disenggol atau dijegal hingga jatuh. Ia bahkan tidak lagi makan di kantin.

Myunghae muak.

Ia kalut oleh perasaannya sendiri. Adakalanya Myung berpikir bahwa ia harus membantu Jung, menyelamatkannya dari orang-orang sialan itu. Tapi ia juga tidak bisa melakukan apapun. Jung bukan lagi Junghae yang Myunghae kenal. Ia bukan lagi Junghae si kalem yang jadi incaran banyak gadis. Bukan juga Jung si jenius tingkat dewa yang sering menjahili Myung.

Sangat sulit menemui Junghae akhir-akhir ini. Walau Myung tahu dimana Jung tinggal, ia tidak akan nekat kesana hanya untuk menanyakan kabarnya. Myunghae adalah sahabat yang buruk. Ia tidak bisa melakukan apapun untuk sahabatnya sendiri.

Pulang sekolah ini sudah ia putuskan, ia akan menemui Jung bagaimana pun caranya. Ia akan mengembalikan senyum dan aura Jung yang dulu, ia akan mengembalikan nama HaeHae yang menjadi nama kebanggaan mereka.

Sesuai dugaan Myunghae, begitu bel bunyi, Jung langsung keluar dari kelas, tanpa sempat mengajaknya untuk pulang bersama. Hal itu sudah terjadi selama 2 minggu ini. Bahkan mereka tidak lagi saling berkirim pesan. Selesai membereskan buku dan melakukan tugas piket dadakan, Myung berlari keluar kelas. Kemana dia? Kemana si Junghae pergi? Apa ia sudah pulang?

Tanpa pikir panjang, Myung berlari ke parkiran dan meraih sepedanya. Ia mengayuh pedal kuat-kuat dan secepat mungkin pergi ke rumah Jung. Meski ia sudah diterima di rumah itu, tetap saja, keadaan sedang tidak baik-baik saja saat ini. Butuh 15 menit untuk Myunghae kesana. Gadis itu melompat turun dari sepedanya lalu segera rusuh melompati pagar dan mengetuk pintu depan.

Pintu dibuka, namun bukan Jung yang membukanya.

"Myung? Tumben datang. Ada apa?" Tanya Cheonheo, ibu Junghae.

"Jung ada?"

"Tidak. Ia belum pulang. Ia sering pulang terlambat akhir-akhir ini. Kupikir ia bermain bersamamu," jawab Cheonheo, tampak bingung.

Crap.

Ini tidak baik. Ia bahkan tidak bercerita pada ibunya. Myung segera pergi, meninggalkan Cheonheo yang berusaha memanggilnya. Ia tidak akan membiarkan apapun terjadi pada Junghae. Tidak boleh. Ia adalah satu-satunya orang yang berharga bagi Myung, disamping keluarganya, plus, ia adalah orang pertama yang Myunghae sukai. Butuh alasan apalagi?

Pikiran Myung melayang kemana-mana. Antara Jung yang pergi kemana atau kenapa ia pulang telat dan tidak memberitahukannya pada ibunya. Dimana ia sekarang? Tempat apa yang sering ia tuju? Myunghae berhenti untuk mengambil nafas di pertigaan jalan. Kepalanya nyaris meledak dan hatinya dirundung perasaan bersalah. Andai Myung mengutarakan perasaannya dari awal, mungkin Jung bakal berpikir dua kali untuk menyukai Chung. Secara, anak itu bukan tipe anak baik-baik. Ia dipilih jadi ketua kelas hanya karena ia anak kepala sekolah.

Myunghae melajukan lagi sepedanya. Ia berpikir keras tentang keberadaan Jung. Ia berusaha keras untuk memutar memorinya, mencari informasi apapun yang bersangkutan dengan Junghae. Tapi semuanya hanya diisi kenangan manis tentang senyum Jung, tawa Jung, dan hal-hal mendebarkan tentangnya.

Atap.

Tempat itu muncul di otaknya sekilas. Apa Jung ada di atap sekolah? Myunghae memutar haluan sepedanya untuk kembali ke sekolah. Ia tidak yakin benar apa Jung ada disana, tapi mencari tahu tidak ada salahnya. Ia membiarkan kuncirannya rusak oleh angin, membuat rambutnya berjatuhan dan berantakan. Apalah. Demi Junghae.

Gadis ini melompat lagi dari sepedanya dan membiarkan sepedanya jatuh tergeletak di lapangan. Ia berlari menyusuri koridor yang sepi untuk mencari tangga menuju atap. Kakinya terasa sakit dan mati rasa. Tapi memikirkan kemungkinan yang terjadi, Myung tidak akan berhenti. Ia membuka pintu atap dan berdiri mematung.

Junghae di sana.

Berdiri di ujung.

Menatap ke kekosongan.

Bersiap melompat.

해해 | Junhao[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang