[3]

741 77 12
                                    

"—young? Hei!" sentakan pada bahunya membuat soonyoung tersadar dan menoleh pada si pelaku—wonwoo.

"Eh?ya?—kenapa?" tanya soonyoung linglung. Wonwoo berdecak sebal. Ternyata soonyoung melamun sejak tadi. 

Melihat wonwoo yg berekspresi kesal, soonyoung hanya bisa memberikan cengiran hamster-nya. Soonyoung sedang melamun tadi. Ia terlalu bingung bagaimana akan bersikap nanti dihadapan jihoon. Ya benar, soonyoung akan wonwoo pertemukan secara resmi dengan jihoon. Dan itu membuat soonyoung agak gugup tak seperti biasanya.

"Kau melamunkan apa ?" tanya wonwoo masih dengan ekspresi kesalnya.

"Tidak ada. Hanya melamun saja. Hehe," wonwoo memutar bola matanya mendengar jawaban soonyoung.

"Jadi kau tidak dengar yg kukatakan ?" tanya wonwoo lagi. Soonyoung otomatis menggeleng. Wonwoo menghela napas.

"Memangnya apa yg kau katakan ?" tanya soonyoung.

"Aku ada urusan nanti. Jadi kau dan jihoon akan kutinggal." jawab wonwoo—terpaksa mengulang ucapannya yg tidak didengar soonyoung ketika melamun.

Ditinggal berdua dengan jihoon ya, hmm. Tidak apa-apa sih. Malah soonyoung senang. Ia hanya perlu mengikis kecanggungan kan. Baiklah, soonyoung rasa itu keahliannya. Ia mengangguk sebagai respon dari jawaban wonwoo.

"Btw jihoon akan datang sebentar lagi. Dia sed—JI!" wonwoo seketika memanggil pemuda mungil yg baru menginjakkan kakinya di caffe tempat mereka berada sekarang. Itu Jihoon. Ok, soonyoung jadi makin gugup.

Pemuda mungil itu berjalan dengan santainya. Tak kalah santai dengan penampilannya sekarang yg hanya menggunakan celana levis hitam, kaos lengan panjang, topi juga masker disertai earphone ditelinganya.

Jihoon seperti akan pergi kemana saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jihoon seperti akan pergi kemana saja. Ia menutup wajahnya seolah memang tidak ingin dilihat—walaupun memang benar ia tidak suka jadi pusat perhatian.

Sampai dimeja yg di duduki wonwoo dan soonyoung, jihoon langsung duduk begitu saja dikursi yg berhadapan dengan soonyoung. Ia memperhatikan pemuda sipit dihadapannya yg tampak tidak asing. Entahlah, jihoon sendiri tidak tahu dimana ia pernah melihat soonyoung. Mungkin dalam kegiatan kampus pernah tapi ah sudahlah. Jihoon masih pening karna cukup kelelahan setelah membuat lagu kemarin dan ia akan semakin pening hanya untuk mengingat hal itu.

Ekspresi wonwoo berubah sejak jihoon duduk di meja mereka. Tentu saja ia sudah senang. Memang ia yg  berencana mengenalkan kedua teman dekatnya ini. Kalau dipikir-pikir soalnya kedua orang ini cocok sekali. Lagipula dengan menjodohkan mereka berdua juga cukup menguntungkan, siapa tau saja setelah bersama soonyoung jihoon akan bersikap sedikit melunak dan soonyoung akan bersikap tidak—kelewat—bodoh dan kekanakkan lagi.

"Kau datang ji ?" seru wonwoo senang. Jihoon mengalihkan pandangannya pada wonwoo.

"Kau buta ?" tanya jihoon pedas. Soonyoung tidak kaget sih mendengarnya tapi kalau wonwoo saja yg—setau soonyoung—merupakan teman dekatnya sendiri dikatai dengan pedas begitu, bagaimana dengan soonyoung? Akan sulit untuk meruntuhkan dinding canggung dan hening nanti diantara mereka. Tapi itu soonyoung, wonwoo sendiri hanya bersikap biasa. Ia malah memberikan cengirannya yg jarang ia berikan pada orang lain.

"Aku kira kau tidak akan datang," ujar wonwoo. Jihoon tidak menjawab—memilih mengacuhkan wonwoo. Ia menggulung kabel earphone-nya lalu menaruh benda tersebut ke saku celananya.

"Ekhem, Aku Kwon Soonyoung. Senang bertemu denganmu," soonyoung mengulurkan tangannya untuk mengajak berkenalan—setelah kakinya terus-terusan disenggol oleh wonwoo.

Jihoon menatap uluran tangan soonyoung yg ada di depannya tersebut. Dia belum membuka maskernya sejak datang dan tanpa soonyoung maupun wonwoo ketahui, jihoon tersenyum kecil dibalik maskernya. Jihoon membalas uluran tangan soonyoung, mereka berjabat tangan.

"Lee Jihoon. Hm, begitupun denganku,"

Soonyoung merasakan bulu kuduknya merinding ketika kulit tangan jihoon dan kulit tangannya sendiri saling bergesekkan dan bersentuhan. Kulit tangan saja sangat halus apalagi kulit lainnya. Omong-omong genggaman tangan jihoon hangat. Dan soonyoung menyukainya.

Jihoon yg terlebih dahulu melepas jabatan tangan diantara mereka. Tapi soonyoung justru menahan tangan jihoon. Jihoon menyerngit bingung. Sedangkan wonwoo menahan senyumnya. Apa ini artinya dia tidak perlu repot-repot?

Jihoon yg merasa soonyoung sengaja menahan tangannya menyentak pelan jabatan tangan mereka hingga soonyoung tersadar kalau ternyata ia menahan tangan jihoon.

"Eh? M–maaf. Aku tidak sengaja," soonyoung sedikit menunduk sebagai rasa bersalah. Jihoon sendiri menatap gerak-gerik pemuda sipit tersebut. Tangan soonyoung dapat jihoon tebak sedang saling meremat dibawah meja sana.

"Hm," hanya itu jawaban jihoon. Ia mengangkat tangannya menarik perhatian pelayan yg bekerja di caffe tersebut. Seorang pelayan datang ke meja mereka dan bertanya apa yg ingin jihoon pesan.

"Caffè Americano." jihoon memesan minumnya. Tak lupa sebelum itu ia menurunkan sedikit maskernya agar dapat bicara dengan jelas. Well, soonyoung dan wonwoo sudah punya gelas minum mereka dihadapan masing-masing. Hanya ia yg tidak.

Soonyoung tertegun melihat bagaimana jihoon menurunkan maskernya, memperlihatkan bibir berwarna peach pucatnya yg ughh—demi apapun ingin soonyoung cicipi.

"Ah, maaf ji. Aku lupa untuk memesankan mu," ucap wonwoo. Jihoon hanya menatap wonwoo sejenak. Ia menaikkan sedikit maskernya—menutupi dagunya. Membuat soonyoung dengan leluasa mengamati bibirnya yg terlihat menggoda.

"Hm," jawabnya. Jihoon menyalakan ponselnya. Ada banyak pesan masuk di aplikasi chatnya.

"Jadi," wonwoo membuka suaranya. Soonyoung menatap wonwoo dan jihoon masih diam menatap ponselnya yg ia gunakan dibawah meja—jadi tidak terlihat oleh wonwoo maupun soonyoung.

"Seperti yg kukatakan. Soonyoung ingin belajar menyanyi jadi aku mengusulkan kau untuk mengajarinya dan ia setuju-setuju saja," ucap wonwoo. Soonyoung kini beralih menatap jihoon yg menatap ke bawah meja.

"Kau mau kan?" tanya wonwoo memastikan. Sebenarnya jihoon bisa saja mengatakan tidak tapi ia tidak melakukannya. Ia hanya mengangguk. Wonwoo yg melihatnya tersenyum senang dan soonyoung melongo. Jadi, panggilan kemarin yg wonwoo bilang jihoon mau mengajarinya itu sungguhan?!

"Nah, aku harus pergi. Aku ada urusan. Jadi kalian bisa berbincang-bincang dan mendekatkan diri," ucapan wonwoo sontak membuat soonyoung dan jihoon menatapnya.

"Kau sungguhan pergi ?" tanya soonyoung. Ia pikir wonwoo tidak sungguhan mengatakan itu. Wonwoo mengangguk. Ia sudah bangkit berdiri.

"Bye," wonwoo mulai melangkah pergi tapi belum ada lima langkah ia berhenti karna jihoon menyebut namanya dengan suara rendah yg terdengar—marah?

"Jeon Wonwoo." wonwoo berbalik. Soonyoung menatap bingung pada jihoon. Kenapa pemuda mungil nampak kesal?

"K-kenapa ji?" wonwoo merasa gugup seketika.

"Bayar minummu, bodoh. Aku tahu kau belum membayarnya. Dan aku tidak mau membayarkanmu." ucap jihoon. Oh iya, wonwoo lupa.

"Oh iya, aku lupa hehe," pemuda bermarga Jeon itu hanya memberikan cengirannya. Soonyoung tercengang. Ia pikir apa.

TBC

Fascinated [SoonHoon ft. Seventeen & BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang