[5]

709 66 0
                                    

"Nngghhh ... " suara desahan lolos dari belahan mulut seorang pemuda manis.

Jihoon menghela napas panjang. Ia mulai terganggu. Kenapa kakaknya itu malah berciuman didepan kamar—studio mini pribadi—nya sih ?!

Cklek

Sontak baik yoongi maupun jimin perlahan saling menjauh—yg juga memutus ciuman mereka tadi.

"Syukurlah aku menganggu," sudut bibir jihoon terangkat—menyeringai sinis.

"Kalian tahu pintu keluar 'kan? Silakan menuju pintu yg dimaksud dan jangan kembali datang," ucap jihoon sarkas.

Jimin dan yoongi tampak gelagapan. "Eum, ji. Kami tidak bermaksud. Maaf menganggu," ucap yoongi. Jihoon hanya menatap yoongi datar. Lalu gantian menatap jimin tajam.

"J-ji-jihoonie m—"

"Menjijikkan mendengarnya." ucap jihoon tajam—secara tidak langsung menyuruh jimin untuk tidak memanggilnya begitu.

Jimin mengangguk kaku. "K-kami hanya eum—ah, bagaimana sebagai permintaan maaf kau ku belikan sesuatu ?" tawar jimin.

"Keluar dari rumahku dan tidak akan kembali lagi kecuali saat kuperbolehkan adalah hal terbaik saat ini yg bisa dijadikan permohonan maaf padaku!" ucap jihoon.

Jimin menelan liurnya dengan susah payah. "Baiklah." jimin pergi duluan. Sebelum menyusul jimin, yoongi mendekati jihoon.

"Maafkan hyung. Lain kali tidak akan hyung ulangi. Aku akan meminta pada appa dan eomma untuk mempertimbangkan keputusanmu," yoongi melangkah pergi.

Jihoon sendiri masih diam. Terserah. Dia sudah lelah. Itu masalah yg tidak akan ada habisnya. Dan dia sudah mulai masa bodo dengan masalah itu.

Jihoon kembali masuk ke dalam 'sarang'nya dan kembali melanjutkan tugasnya. Sebenarnya bukan tugas juga sih, hanya lagu yg ia buat untuk menuangkan emosi dan suasana hatinya pada saat tertentu.

Happiness is only a word
It’s just a dream that everyone wants
But that doesn’t make sense
I don’t even wanna believe that
Yeah I just want it simple simple oh

Tangan jihoon masih bergerak diatas kertas HVS polos dengan pensil digenggamannya. Menulis kalimat demi kalimat yg akan menjadi bagian dari lagunya nanti.

Hingga gerakan tangannya berhenti. Sebuah suara notifikasi dari ponselnya lah yg menghentikan kegiatannya. Tangan mungil itu meraih ponsel lalu menekan notifikasi tersebut.

Soonyoung
Boleh aku menelponmu? Ini aku, soonyoung

Dari uname-nya pun jihoon sudah tahu kalau orang yg mengiriminya pesan ini adalah soonyoung. C'mon, ini aplikasi chat bukan pesan dengan nomor ponsel tidak tersimpan—SMS.

Jemari jihoon bergerak menuliskan balasan untuk pemuda sipit itu.

Anda
Untuk apa?

Soonyoung
Wah kau sungguh membalas pesanku

Soonyoung
Aku tidak biasa chat seperti ini apalagi denganmu. Boleh? Aku sepertinya merindukan suaramu

Jihoon mengangkat sebelah alisnya. Apa ini modus? Dan apa itu? Merindukan suaranya? Darimana gombalan murahan itu ia dapatkan? Hell.

Anda
Hanya untuk 5 menit

Tanpa menunggu lama setelah pesannya terkirim, dering panggilan masuk ke telinganya. Jihoon mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, jihoon,"

Suara soonyoung menyambut indra pendengarnya. Ia tersenyum samar.

"Hm,"

Ya, hanya deheman.

"Tidak bisakah kau membalas sapaanku ? Aku menelponmu untuk mendengar suaramu bukan jawaban 'hm' seperti itu,"

Jihoon berdecih tanpa suara. Apa-apaan orang ini? Mau mati kah?

"Tidak bisakah kau langsung katakan saja untuk apa menelponku ? Aku cukup sibuk dan tidak ingin mendengar ocehanmu,"

"Ah, itu. Bisa kita bertemu besok? Untuk menyamakan jadwal. Aku sudah mengatur jadwal ku seleluasa mungkin,"

Oh, jadwal latihan. Jihoon mengangguk-ngangguk paham.

"Besok, kedai eskrim yg sama. Jam 4 sore,"

"Baiklah. Sampai jumpa jihoon,"

"Hm ... "

Tut

Panggilan diputuskan secara sepihak oleh jihoon.

" ... Sampai jumpa,"

Jihoon menaruh ponselnya ketempat semula. Ia ingin menyelesaikan lagunya malam ini. Dan besok tertidur hingga siang. Sorenya baru bertemu dengan Kwon sipit itu.

=====
Fascinated
=====

Soonyoung tersenyum. Senyum senang. Setelah berdebat dengan dirinya sendiri apakah akan menganggu atau tidak, akhirnya soonyoung menelpon jihoon. Untung saja respon pemuda mungil itu baik—walau masih cuek padanya.

Lagi, yg membuatnya senang, ia akan bertemu dengan jihoon besok. Ah, ia tidak sabar.

Well, soonyoung sudah memutuskan bahwa rasa tertariknya pada jihoon kini jadi rasa suka. Perbedaannya? Entahlah, tapi menurut soonyoung rasa suka itu satu tingkat diatas rasa tertarik sebelum rasa sayang.

Ok terserah padamu soon.

Soonyoung masuk kembali kedalam kamar. Daritadi pemuda sipit itu ternyata dibalkon kamarnya. Padahal angin malam tidak sehat untuk kesehatan dan malam ini sedang dingin tapi entah apa yg dipikirkan olehnya hingga mau saja berdiri ditengah dingin seperti itu.

Menaruh ponsel lalu beranjak ke tempat tidur. Entah ini The Power Of Love (?) atau memang ia terlalu senang, soonyoung tertidur dengan senyum dibibirnya.

Anak ini salah memilih perasaannya. Bukan rasa tertarik yg menjadi rasa suka, tapi—sudahlah.

.
.
.

"Kau ada kelas pagi ini ?" tanya wonwoo. Soonyoung mengangguk.

Jangan tanya bagaimana wonwoo ada di apartemen soonyoung dengan waktu sepagi ini. Soonyoung saja masih terkejut dengan kedatangan anak ini tiba-tiba ke apartemennya—walau wonwoo sudah sering seperti ini sejak soonyoung pindah ke apartemen.

Tapi baiknya soonyoung yg tidak marah atau mempermasalahkannya. Well, ada untungnya. Seperti sekarang, wonwoo menumpang sarapan—dengan baik hatinya—sekalian menyiapkan sarapan untuk soonyoung pula.

"Oh iya, bagaimana kau dengan jihoon ?" tanya wonwoo.

Senyum soonyoung mengembang tanpa dicegah teringat lagi dengan janjinya bersama jihoon. "Kami akan bertemu lagi sore ini. Mau menyamakan jadwal untuk latihanku," jawab soonyoung.

Wonwoo menatap soonyoung dengan ... Entahlah. Ada rasa ikut senang yg wonwoo rasakan tapi ada rasa cemas juga. Well, sebagai teman wonwoo ikut senang karna akhirnya soonyoung mulai dekat dengan jihoon—dan rencananya untuk kedua orang itu akan berhasil. Dan cemas karna Kwon sipit yg satu ini kalau sedang dalam mood yg sangat baik—seperti sekarang—akan terus mengembangkan senyumnya. Seolah tanpa lelah. Bagaimana kalau dia dianggap gila saat bertemu orang lain nanti?

Wonwoo menepis kecemasannya. Kenapa ia peduli dengan itu sekarang? Bukankah sudah biasa kalau soonyoung bersikap seperti orang gila? Jadi biarkan saja.

"Baguslah." hanya itu respon wonwoo akhirnya.


TBC

Fascinated [SoonHoon ft. Seventeen & BTS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang