2 : Sapi ???

221 14 2
                                    

"Sembilu yang dulu biarlah berlalu, bekerja bersama hati, kita ini insan bukan seekor sapi, Sembilu yang dulu biarlah membiru, berkarya bersama hati", Zona Nyaman – Four Twnty.

Pagi ini seperti biasa dimulai dengan macetnya jalanan kota Palembang akibat pembangunan LRT Palembang sambil ditemanin audio player mobil yang seperti gak bosan – bosannya memainkan melody zona nyaman dari fourtwnty. Ya lagu ini mulai menghantui otak gue sejak pertama kali lagu ini dirilis utuk salah satu soundtrack film favorit gue filosofi kopi 2.

Lirik lagu ini seperti ngasih tau gue kalau gue itu udah terlalu lama di zona nyamannya gue sampai gue betah dan dipaksa melupakan passion gue sebagai seorang graphic designer. Kerja pagi, balik sore dan aktivitas itu selalu berulang dari senin sampai jumat. Dan terkadang kalau memang diperlukan sabtu minggu pun tetap kerja.

Ada satu kalimat dari lirik tersebut yang merupakan tamparan kecil bagi gue yaitu "Kita ini insan bukan seekor sapi". Kalau dipikir memang bener sih, gue ini insan bukan seekor sapi, tapi terkadang aktifitas yang udah gue jalanin selama ini kayaknya patut deh kalau gue disebut sapi. Seperti layaknya sapi kalau mau makan ya harus kerja dulu, wajib dan kudu nurut sama majikannya, disuruh jalan ya jalan, disuruh belok ya belok, waktu istrhat ya istirahat dan begitu seterusnya.

Sama kayak gue, kerja kantoran, memang sih sesuai dengan ilmu yang gue pelajarin, Tapi lama kelamaan gue mulai ngerasa stuck, karena apa yang gue lakuin tiap hari ya gini – gini aja, gak ada tantangannya lagi. Disuruh ini disuruh itu, nyuruh ini nyuruh itu, selalu kejar target sampe terkadang lupa kalau sudah waktunya untuk istirahat. Dan dari segi perekonomian gue pun kurvanya gak naik alias selalu mendatar tiap bulannya, meskipun disetiap meeting laporan bulanan, perusahaan selalu untung gede.

Disaat gue nulis bab ini, gue lagi ngerasa bener – bener bosan sama yang lagi gue kerjain sekarang. Gue jadi bener – bener gak berkembang. Gue stuck sama keadaan lingkungan kerja yang kayak gini. Gue mulai jenuh, ditambah lagi sekarang di divisi gue tinggal gue sendirian sedangkan pekerja gue udah pada resign. Dan secara produktifitas pun gue menurun drastis karena gak ada yang mau dikerjain. Alhasil tiap hari dikantor gue cuma stay di workshop sambil nunggu absen balik. Dan kalau ada sedikit trouble baru turun buat ngecek.

Mungkin sebagian orang berpikir "enak dong kerjanya cuma duduk – duduk aja tapi tiap bulan digaji". Memang kalau dipikir - pikir enak kerjanya, cuma lama kelamaan jadi jenuh dan seperti yang gue bilang diparagraf ketiga tadi, gue mulai terjebak di zona nyamannya gue. Gue jenuh dengan kondisi kerjaan gue yang sekarang dan gue pengen kerja sesuai dengan passion gue. Tapi disatu sisi lain gue ngerasa malas untuk ngelakuin itu semua karena itu tadi zona nyaman ini udah ngebentuk gue jadi seekor sapi yang nurut sama majikannya demi sebuah makanan.

Sebenernya banyak hal yang menghantui otak gue sehingga gue susah untuk keluar dari zona nyamannya gue. Seperti gimana kalau gue gagal, trus gimana gue kedepannya apakah berhasil atau nggak. Pikiran seperti itu sangat jitu ngebuat semangat gue untuk keluar dari zona nyaman jadi hancur. Memang gue akuin skill gue dalam bidang passion gue sudah sangat mumpuni untuk terjun ke sana. Tapi itu tadi, ada banyak pikiran yang sampe sekarang masih selalu berhasil ngebuat gue untuk terus duduk manis di zona nyamannya gue.

Dan masalah seperti ini sepertinya bukan gue aja yang ngalamin, beberapa temen – temen gue juga mulai ngerasain masalah yang sama. Bagi gue perusahaan itu ibarat sebuah peternakan sapi. Dimana para majikan mencari sapi yang terbaik dan memelihara sapi itu biar sapi tersebut bisa menjadi sebuah mesin penghasil uang. Dan sekarang para majikan mulai pintar, karena mencari sapi kualitas unggul harganya mahal, maka mereka mencari sapi dengan kulitas biasa tapi mulai ditreatment lagi sehingga bisa menghasilkan hasil produksi yang sama seperti hasil dari sapi yang berkualitas. Dan mau seberapa berkualitas nya sapi tersebut, mereka tetap mendapatkan hasil yang sama yaitu rumput. Kalau sapi – sapi tersebut udah gak produktif lagi mereka tinggal jual sapi tersebut ke rumah potong sapi.

Sama seperti perusahaan sekarang mereka mulai mencari karyawan – karyawan muda karena mereka masih memiliki semangat yang tinggi dan kreatifitas tinggi tetapi bisa digaji lebih rendah dari karyawan senior. Oleh karena itu sekarang banyak manager – manager muda yang bangga karena udah punya jabatan dalam usia dini meskipun minim pengalaman. Padahal tanpa mereka sadari, mereka itu sedang terjebak dalam situasi dimana mereka diperas untuk menghasilkan sesuatu bagi perusahaan. Dan kalau udah gak produktif lagi, udah siap karyawan – karyawan muda yang baru untuk menggeser posisi dia.

Ya seperti itulah keresahan yang gue alamin sekarang, menjadi sapi bagi sebuah peternakan yang hanya bisa memimpikan keluar dari zona nyamanya gue. Gue pun belum tahu sampe kapan gue bisa bertahan dengan kondisi seperti ini. Tapi setidaknya, sekarang gue mulai coba berjalan di dua lajur. Disatu lajur gue kerja kantoran tapi disatu lajur lagi gue mulai belajar menjalankan bisnis yang sesuai dengan passion gue yang modalnya gue sisihkan dari hasil gaji kantor gue. Dan kalau bisnis gue ini udah mulai bisa jalan sendiri, kayaknya gue bakal resign dari kantor dan mulai fokus ke bisnis gue. Mungkin dengan cara seperti itu gue bisa sedikit melawan pikiran – pikiran yang bikin gue ragu untuk keluar dari zona nyamanya gue.

Harapan gue sih semoga bab ini bisa ngasih sedikit pandangan buat lo gimana sih rasanya kalau udah kelamaan di zona nyaman. Dan semoga bisa juga bikin lo berpikir untuk segera keluar dari zona nyamanya lo sebelum lo terjebak disituasi yang kayak gue alamin dan tentunya berhenti jadi sapi karena "kita ini insan bukan seekor sapi".

Catatan InsinyurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang