6 : Resign ??

88 6 0
                                    




Sebagai seorang insinyur tentunya gue punya target dalam hidup gue. Dan tentunya target tersebut selalu berkembang pada saat target tersebut sudah tercapai. Ya karena memang pada prinsipnya manusia itu tidak pernah puas sama yang udah mereka capai. Sama kayak gue pada waktu kuliah, target gue harus lulus dibawah 4,5 tahun dan setelah target itu tercapai target gue pun berubah untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidang ilmu gue. Dan seterusnya target itu selalu berkembang setiap gue dapat mencapai target itu.

Seperti sekarang gue udah kerja disebuah perusahaan konstruksi yang membutuhkan jasa gue untuk merenovasi sebuah hotel tua menjadi lebih modern. Ada target yang ingin gue capai untuk hotel ini yaitu membuat kesan hotel tua ini menjadi modern, dan itu menjadi komitmen gue untuk kerja disini. Dan gue bertekad untuk terus kerja disini sampai target gue tersebut tercapai, meskipun terkadang gue rada sakit hati karena perlakuan dari perusahaan yang gak adil bagi gue.

Dibalik gaji yang kecil dan perlakuan perusahan yang gak adil tersebut gue tetap bertahan untuk bekerja disini karena target gue seorang insinyur bukan hanya untuk materi tapi ada target lain yang harus gue capai. Bukan karena gue kelebihan materi tapi karena sebagai seorang insinyur ada kepuasan tersendiri ketika design dan konstruksi yang lo buat bisa di realisasikan 100%, dan saat ini gue udah mencapai target 70% dari target gue tersebut dalam 1 tahun.

Pekerjaan yang gue lakuin di hotel ini bisa dibilang sukses. Hal ini terbukti dari peningkatan jumlah tamu yang menginap di hotel ini setelah hotel ini direnovasi dan pandangan orang bahwa hotel ini hotel tua perlahan mulai berubah menjadi lebih baik. Dan tentunya hal ini juga berdampak pada revenue hotel yang meningkat.

Gue senang atas semua pencapaian tersebut, tapi pekerjaan belum selesai masih ada 30% pekerjaan lagi yang belum selesai dikerjakan. Design arsitektur dan konstruksi sipil pun udah selesai. Hanya owner dari hotel ini masih terkendala dana untuk melanjutkan pembangunan. Alhasil pekerjaan gue pun dialihkan menjadi bagian maintenance dimana gue banyak santainya di ruang kerja gue.

Gue stuck disini, produktifitas pun sangat turun drastis. Dan gue pun udah dibibir jurang zona nyaman. Ya dalam artian, tinggal di dorong sedikit gue bisa langsung masuk ke dalam jurang tersebut dan sulit buat keluar bahkan gue bisa terjebak disana. Selain itu kebutuhan gue pun semakin meningkat karena bulan depan istri gue bakal ngelahirin anak pertama gue. Dan tentunya gaji gue yang ada sekarang gak bakal cukup untuk menafkahi istri dan anak gue.

Disaat gue lagi menikmati santainya gue di workshop, tiba – tiba ada email masuk dari Linkedin yang isinya ngasih tau gue kalau ada pesan dari salah satu perusahaan yang nawarin gue kerjaan. Awalnya gue sih gak terlalu minat karena gue sama sekali belum ada niat buat resign. Tapi karena gue udah terlanjur basah baca tu pesan, akhirnya gue balas deh dengan ngelampirin nomor handphone gue. Dan gak lama dari itu telpon pun masuk yang ternyata HRD dari perusahaan yang ngirim pesan tadi.

Seperti wawancara HRD biasa dia cuma nawarin kerjaan untuk posisi transformation disebuah prusahaan asing asal India. Gue sih belum dijelasin jobdesk gue apa karena ntar ada user dari India langsung nelpon gue buat interview yang intinya sekaligus ngejelasin jobdesk gue apa aja.

Tiga hari setelah itu, HRD perusahaan tersebut nelpon gue lagi dan dia ngasih info kalau nanti malam gue bakal ditelpon user dari India untuk interview user sekaligus ngejelasin jobdesk gue apa aja. Karena niat gue awalnya gak terlalu fokus untuk kerja disana, gue pun gak terlalu mempersiapkan diri gue, yang gue nothing to loose aja deh. Diterima sukur, nggak juga kagak apa apa, bahkan gue berharap gak diterima. Hehehehehe

Malam pun tiba, dan user dari india tersebut pun nelpon gue dan interview berlangsung kurang lebih 30 menit dan semuanya dalam bahasa inggris. Sebenernya ini interview gue pertama dalam bahasa ingris. Ya sedikit rada takut karena gue jarang bener ngomong bahasa inggris. Tapi berbekal ilmu bahasa inggris yang gue pelajarin di salah satu lembaga kursus 17 tahun yang lalu, gue pun gak ada masalah sama interview tersebut. Pertanyaan demi pertanyaan gue selesaikan dengan baik, dan karena dia orang India maka bahasa inggrisnya masih mudah dimengerti, gak tau deh kalau gue diinterview langsung orang inggris, kayaknya pada saat ini juga telpon bakal gue tutup.

Catatan InsinyurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang