where all started, and ended.

165 1 0
                                    

Kala itu,
Burung-burung terbang mengikuti arah angin,
Awan-awan putih melayang menghiasi langit biru, terlihat lembut seperti permen kapas,
Pepohonan dengan daun hijaunya yang segar menari bersamaan dengan belaian angin,
Terlihat seekor tupai sedang memanjat pelan menaiki pohon maple muda yang masih rapuh, sambil membawa kenari di mulutnya.

Aku menghela nafas panjang, terbayang pemandangan beberapa hari lalu saat berkunjung ke hutan tua di sebelah timur desa kecil yang disebut Desa Fajar ini. Belakangan, angin sedang tidak menentu pergerakannya, hujan sudah berpekan-pekan tidak datang berkunjung, banyak pohon tua yang ditebangi sedikit demi sedikit karena akarnya mengganggu pemukiman warga yang entah bagaimana merambat cepat ke arah desa. Baru dua hari lalu, seperempat sudut bagian rumah Tuan Dowell tetanggaku, hancur ditumbuhi akar-akar itu. Setelah ditelusuri, akar tersebut berasal dari satu pohon pinus tua yang sudah berumur ratusan tahun, dengan dedaunannya yang sebagian menguning.

Lagi-lagi aku hanya bisa menghela nafas panjang. Terakhir kali warga desa ini menebangi pohon, banyak peristiwa yang terjadi berturut-turut. Air bah yang tiba-tiba menenggelamkan hampir seluruh kota setelah diguyur hujan berhari-hari mengakibatkan kerusakan parah di sebagian besar wilayah. Belum angin topan yang sesekali menampakkan dirinya, turut melibas sebagian bangunan kecil yang disentuhnya. Itu terjadi sekitar 15 tahun yang lalu.

"Ketua, sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, tidakkah kau ingat saat itu?" John Dallas, dengan janggut tipisnya yang sudah memutih, perawakan tubuhnya yang besar namun pendek dengan gurat-gurat usia di wajahnya yang menampakkan segala keletihan di usianya yang tidak muda lagi, sedikit bekas luka tertoreh di keningnya, bertanya kepada Tuan Tom Morgan, kepala desa disini.

"Tentu, aku tidak akan melupakan peristiwa itu. Namun kau pasti tahu, ini semua ada hubungannya dengan peristiwa di masa lalu." Tuan Morgan menatap nanar kepada Pak tua Dallas, kemudian membuang nafas dengan berat, "Aku tidak ingin semuanya terulang. Maka dari itu, kali ini kita akan melakukan sesuatu." lanjutnya, "Apa yang kau maksud Ketua?" Pak Dallas kembali bertanya dengan segala kebingungan yang menyelimuti wajahnya, sangat jelas, beliau sangat khawatir sekali.

******

Dan disini lah aku, ditemani Phillip kuda jantanku. Dan Holt, anak lelaki yang 4 tahun lebih muda, mengendarai kuda miliknya, dia adalah anak lelaki satu-satunya Tuan Morgan, kami diutus beliau untuk mencari sesuatu yang mungkin mencurigakan di hutan tua yang biasa disebut Hutan Gelap oleh warga setempat. Aku tahu betul seluk beluk hutan ini, aku sering menjelajahinya dan tidak menemukan sesuatu yang aneh. Namun Tuan Morgan bersikeras bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di hutan ini.

"Jesse, apa kau pikir kita akan mendapatkan hal aneh di dalam sini?" Holt tiba-tiba memecah kesunyian, pandanganku langsung tertuju kepada bocah dengan rambut ginger itu, "Aku tidak tahu." jawabku singkat, namun Holt tidak ingin berhenti sampai di situ, "Aku sempat mendengar Ayah ku berbicara dengan Ibu tadi malam. Katanya di sini banyak hantu nya," Holt terkekeh, sepertinya dia berusaha menakutiku, aku acuh tak acuh, dan akhirnya menyadari bahwa kami sudah berjalan terlalu dalam namun tidak menemukan apapun.

"Kau haus tidak?" tanyaku akhirnya, sambil menghentikan kudaku, aku pun turun dan mengikat Phillip di pohon ek muda. Sambil mengeluarkan botol air dan memberikannya kepada Holt yang masih duduk di punggung kuda hitamnya. "Kau sedang apa? Kenapa berhenti?" ia mendelik, lalu menenggak air minum yang kuberi, "Aku akan mencoba mencari sesuatu di sekitar sini, kau juga, turunlah dari kudamu lalu berjalanlah ke arah Utara sejauh yang kau mampu. Aku akan ke arah sebaliknya dengan jarak yang sama. 2 jam lagi kembalilah kesini." Tanpa menunggunya menjawab, aku langsung berbalik dan menuju ke arah Selatan.

******

Baru sekitar 15  menit aku berjalan, pandanganku menangkap sesuatu yang terhalang pohon maple merah, aku mencoba berjalan perlahan-lahan dan kemudian mengamati situasi, "seharusnya tidak ada sesuatu disini, beruang kah?" ucapku nyaris berbisik. Namun sepertinya sesuatu yang kucurigai tersebut mendengar bisikanku, karena tiba-tiba saja dia sudah berdiri di hadapanku.

Sang PenjagaWhere stories live. Discover now