1

4.4K 810 82
                                    

Changbin sudah siap dengan setelan formalnya. Pagi ini, ia diundang untuk datang ke acara pelepasan sk senior high school. Tempat ia bersekolah dulu.

Jelas sekali pihak sekolah memanggil Changbin, karena lelaki berumur 30 itu adalah satu dari banyaknya orang sukses jebolan sekolah beken itu.

Sebenarnya Changbin malas, maksudnya untuk apa kehadirannya di sana? ia sudah tau bahwa pihak sekolah hanya ingin menaikkan nama mereka, jadilah ia mengundang sosok berpengaruh seperti Changbin.

Lelaki dengan tubuh berorot dengan tinggi yang normal seukuran usianya itu berjalan dengan di dampingi dua lelaki berbadan besar di belakang. Semua mata tertuju padanya. Ia menghela napas, selalu begini. Percuma, ia tidak akan menghiraukan semua orang.

"Hei! bisakah anda berjalan agak cepat. Aku membawa kardus ini! sulit tau!"

Changbin sontak menoleh, di belakangnya ada murid tengah beradu mulut dengan para penjaganya.

Murid itu tengah kesusahan membawa kardus yang tingginya melibihi tingginya sendiri. Dengan suara berat khas anak laki-laki sedang puber anak dengan freckles itu sesekali mengumpat.

"Hei, Om!" Anak itu bersuara.

"Om?"

"iya, kau. Tolong urus dua idiot ini, dan berikan aku jalan. For God's sake! Aku kesulitan membawa ini"

Changbin menaikkan alis, lalu memberikan kode agar penjaganya memberi celah agar bocah itu bisa lewat. Kemudian keduanya berhadapan, Anak itu berhenti di depan Changbin lalu menurukan kardus itu. Tak lama merogoh ke arah kantong seragamnya, mengeluarkan sebuah permen lalu memberikan pada Changbin.

"Terima kasih, Om sudah memberikan aku jalan! ini, di makan ya" Dengan senyum mengembang setelah menaruh paksa permen itu pada telapak tangan Changbin, ia pergi membawa kardus, meninggalkan  Changbin yang terdiam.

senyumnya, manis.

Lalu ia mengusap permen itu.

--

Acara pelepasan itu berjalan dengan baik, sebetulnya tidak. Changbin sungguh bosan ingin segera beranjak kaki dari tempat itu. Tapi nyatanya, ia malah berkeliling sekolah sendiri. Pengawalnya ia tinggal karena Changbin hanya ingin berjalan sendiri.

Hingga ketika matanya melihat sosok bocah tadi pagi berjalan dengan riang, dapat ia dengar bocah itu berbicara sendiri.

"Pasti Kak Chan suka deh sama bekal ini"

Kak Chan?

Changbin mengikuti langkah anak itu, hingga tepat di depan sebuah ruangan musik, Felix berhenti. Awal mula tangannya yang membawa bekal begitu semangat sesekali mengayun, namun sekarang tangan itu terjatuh kebawah dengan bekal yang ia pegang erat.

Tak lama, kakinya melangkah mundur. Setelahnya ia berlari pelan menjauh. Changbin sontak mengikuti anak itu yang tiba-tiba aneh, tak lupa ujung matanya melihat dua anak berseragam tengah berperang lidah.

eh?

Bocah itu akhirnya berhenti di sebuah taman kecil belakang sekolah, ia jatuh terduduk. Menangis pelan, sambil meremat rambutnya sendiri.

"Kak Chan jahat"

Changbin dengan jas yang sudah ia lepas, memperhatikan dari jauh. Tangannya sontak mengepal, ingatkan dia untuk memberi pelajaran pada bocah yang bernama Chan.

eh, memangnya kenapa dia harus marah pada bocah bernama Chan?

Changbin tersadar, ada apa dengan dirinya? Kenapa ia mau repot menghajar bocah itu?

"Om?"

Changbin kaget, lalu kembali menormalkan wajahnya. "Ya?"

"Ngapain?"

"h-huh?"

Changbin! ayolah kau terlihat bodoh sekarang!

Dengan tatapan dingin dan muka datar ia mendekat ke arah bocah itu yang tengah membersihkan wajahnya dengan jemari jemari itu.

"Hei, hentikan. Kau bisa melukai wajahmu"

Changbin menahan jemari itu, lalu mengusap pelan pipi yang memerah dengan ibu jarinya.

"Kemari, biar saya makan bekalmu"

"h-huh?"

Changbin dengan muka yang masih datar, duduk di samping anak itu, lalu mengambil bekal dengan wadah berwarna biru muda dan menikmatinya dengan diam.

Keduanya hening, Changbin masih asik dengan kunyahannya yang lahap. Kapan terakhir kali ia makan selahap ini?

Anak itu sesekali melirik lelaki yang jelas ia tau umur lelaki itu lebih tua darinya. Ia heran, kenapa lelaki itu begitu lahap. Anak itu mengkap senyum kecil dari lelaki berkemeja putih.

Dengan muka yang masih merah serta freckles yang begitu ketara, anak itu membuka suaranya.
"Om"

Changbin menoleh, tetap mengunyah. "Kalo om banyak senyum pasti ganteng. Hehe"

Seakan mendapatkan serangan bom, Changbin menghentikan kunyahannya. Menatap anak itu yang tengah tertawa pelan.

Senyum lebar terukir di wajah Changbin

"Nah gitu! Felix suka!"

Felix?

dan tepat di hari itu, Changbin baru merasakan perasaan hangat hanya karena Felix memuji ia tersenyum.

Untuk Felix, Changbin mau tersenyum.

--

tbc.

ueheeeeee. buku ini ga bakal punya masalah yang ruwet, ringan ringan saja. uehe. semoga suka <3

ineffable | scb-lflTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang