2

3K 701 103
                                    

Felix dengan earphone berwarna biru berjalan mendekat ke arah gerbang sekolah, moodnya membaik, entah kenapa.

Dengan musik yang ia dengar Felix melebarkan senyumnya. Pagi cerah dengan musik yang bagus adalah perpaduan yang klop!

Bocah dengan freckles itu menunduk dengan tangan yang sesekali bergoyang mengikuti ketukan. Hingga langkahnya terhenti, matanya menangkap sepasang sepatu mahal yang sekarang bertubrukan dengan sepatu sekolahnya.

Felix mengerenyit lalu mendongak, jika saja bocah freckles itu tidak bisa menjaga tubuhnya, mungkin ia akan terjungkal kebelakang.

"om?"

Changbin berdiri di sana menatapnya datar.
"Harusnya yang saya dengar itu ucapan selamat pagi, bukan om?"

Felix mengerjap. "Ah! Selamat pagi om!"

Lelaki matang itu merasakan sebuah matahari di hatinya yang gelap. Ia merasa hidup sekarang.

"Ayo ikut" Changbin mencengkram lengan Felix membawanya ke dalam mobil.

"aih! om aku harus sekolah!"

Sambil memasangkan seatbelt Changbin menatap tajam "Diam"

Felix sontak terdiam. Ia tidak tau apa gerangan bisa menurut pada Changbin yang notabenya baru ia kenal kemarin?

Perjalan membawa mereka ke sebuah apartment mewah, Changbin mengajak Felix masuk ke kamar 520.

Di dalam apartment itu keduanya hening. Felix masih berdiam di ruang tengah menunggu kembalinya Changbin.

"Duduk"

Felix seperti robot. Menurut.

Keduanya sudah duduk di sofa. Changbin dengan gelas yang berisi wine sedang Felix menatap heran.

"Om sudah makan?"

Changbin hanya diam menatap sambil menyesap wine. Tak lama menggeleng.

"Kalo belum makan kenapa udah minum wine?! Ga baik! Aku buat sarapan dulu"

Felix dengan kaki yang menghentak berjalan ke arah dapur sambil sesekali mengomel

"Kata bunda ga baik ga sarapan tau om! nanti lambungnya perih, terus sakit, nanti ga bisa beraktivitas kalo udah sakit!"

Ia sudah sibuk dengan peralatan dapur tanpa melihat bagaimana reaksi Changbin sekarang.

Lelaki itu tersenyum senang. Tangan kirinya memegang dada,

"gue degdegan"

Ucap Changbin lirih.

--

Felix sudah empat jam berada di apartment Changbin. Ia benar benar bolos. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia bolos sekolah.

Setelah acara sarapan dadakan tadi Changbin tertidur di sofa meninggalkan Felix yang bingung harus melakukan apa, sehingga ia membersihkan apartment Changbin yang sebenarnya sangat bersih.

Felix mencuci pakaian Changbin, ia menyuci piring, membereskan kasur Changbin.

Seperti sekarang, Felix tengah berada di kamar Changbin, ia membersihkan kamar lelaki itu, namun matanya menangkap kumpulan foto keluarga.

Ada Changbin kecil dan remaja di sana, sama tampannya dengan sekarang.

"eeh? tampan kubilang?" Felix menggeleng ribut.

"apa yang kau lakukan di sini?"

Felix mengerjap. "Ah! aku membersihkan kamar om" Changbin mengangguk kemudian duduk di tepi kasur.

Changbin memijat pelipisnya, kemejanya sudah acak-acakan karena ia tertidur di sofa tadi.

Lelaki dengan muka datar itu terlihat sangat lelah. Felix memperhatikan dengan tatapan iba. "Om mau aku buatin es jeruk? tadi aku liat ada jeruk di kulkas"

Changbin menggeleng. "Sini" Felix mengangkat alis lalu duduk di samping Changbin. Bisa Felix lihat wajah Changbin memerah, tak lama terdengar isakan.

"Eeeeh? Om kenapa?" Sontak Felix menepuk bahu Changbin, bermaksud menenangkan. Hingga isakan itu terdengar lebih keras tidak seperti sebelumnya membuat Felix sontak memeluk tubuh Changbin.

"sst, udah ya om jangan nangis, felix jadi mau nangis!"

Selama hampir sepuluh menit posisi keduanya masih sama. Felix yang menenangkan Changbin.

Kemudian Changbin melepaskan pelukan itu, ia menatap Felix yang malah ikut-ikutan menangis. Ia menangkup wajah anak sma itu.

"Kenapa jadi ikutan nangis, hm?"

Felix menggeleng tidak tau.

Tak lama Changbin tersenyum.

"Gini rasanya jatuh cinta ternyata"

Felix mengerjap, isakannya terhenti.

"Maksud om?"

Changbin tersenyum, lalu menarik Felix dalam pelukan.

--

tbc.

--

ini bukan sugar daddy atau daddy kink ya yorubun.

ineffable | scb-lflTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang