Perlahan aku melangkah mundur dan keluar dari kerumunan orang-orang. Ujian macam apa ini? Kenapa ujian ini memperlihatkanku masa laluku dan juga Sam? Aku adalah penyihir yang bisa menggunakan sihir es, dan Sam membenciku. Perlahan aku mendongakkan kepala dan melihat sekeliling. Mataku terbelalak karena terkejut. Kekuatanku, membuat gurun salju ini dipenuhi dengan kristal es. Aku menunduk menatap kedua tanganku yang gemetar.
“Kutukan…” ucapku dengan suara bergetar.
Tiba-tiba aku mendengar suara-suara yang semakin mendekat. Aku berbalik dan melihat sekumpulan orang-orang yang tidak kukenal menatapku dengan tatapan marah dan ingin membunuh. Salah seorang wanita berjalan mendahului mereka dan berdiri di belakangku. Aku menelan ludah seraya menatap mereka yang sekarang mengerumuniku. Wanita yang ada di belakangku menarik kedua tanganku dan menahannya ke belakang, lalu menarik rambutku hingga membuatku mendongak ke atas.
“Pembunuh!” bisiknya di telingaku.
“Dia penyihir es,” kata salah seorang diantara kerumunan tersebut.
“Kami benci es. Indah tapi membahayakan. Seperti kau!”
“Bunuh saja dia!”
“Kami tidak memerlukanmu di dunia ini!”
Aku memejamkan mata dan menangis. “Tidak. Aku bukan pembunuh,” kataku begitu pelan dan parau. “Aku bukan pembunuh,” ulangku.
“Kau menyakitinya!”
“Kau telah membekukan pangeran!”
“Itu bukan aku,” isakku. “Aku tidak membunuh Sam.”
“Pembohong!”
“Dasar penyihir pembunuh!”
Lalu kulihat sebuah pedang melayang diatasku. Pedang tersebut akan memenggal kepalaku. Tubuhku bergetar dan aku hanya bisa terisak.
“Matilah kau!”
Aku berteriak begitu kencang dan detik kemudian, ketika aku membuka mata aku melihat diriku sudah berada di ruangan kosong dan hampa. Putih. Semuanya berwarna putih. Seolah-olah aku berada di sebuah layar putih. Aku bangkit berdiri dan menatap sekeliling.
“Kenapa kau begitu ketakutan?” tanya seorang wanita yang tiba-tiba sudah berada di belakangku. Aku berbalik dengan cepat. Wanita yang kutemui saat pertama kali memulai ujian. Wanita dalam cermin.
“A-apa kau tidak lihat? Mereka ingin membunuhku!”
“Ini hanya sebuah ujian, Fallen. Dan seharusnya kau bisa mengatasi mereka.”
“Apa yang akan kau lakukan jika mereka mengepungmu dan tidak bisa membuatmu melakukan apapun untuk membunuh mereka?” tanyaku begitu kesal. “Mereka menuduhku pembunuh!”
Wanita tersebut sedikit terkejut dan matanya menatap sekeliling. Aku ikut menatap sekeliling dan tercekat. Tempat ini, yang sebelumnya hanyalah tempat kosong berwarna putih, sekarang dipenuhi dengan es. Bahkan menurutku hampir mirip seperti gua es.
“Kenapa kau tidak bisa mengendalikan emosimu? Kekuatanmu hanya akan membekukan segalanya.”
“Tidakkah kau lihat? Kekuatanku ini kutukan!” kataku kesal seraya menatap kedua tanganku. “Aku benci diriku. Aku benci kekuatanku!”
“Kalau kau membenci kekuatanmu, maka kau harus menyegel kekuatanmu, selamanya. Dan kau akan menjadi manusia biasa.”
“Apa?”
Wanita tersebut berjalan mendekat lalu menyentuh daguku, memaksaku mendongak untuk menatap mata hijau zamrudnya. “Kekuatanmu berasal dari buku mantra, Fallen. Ibumu yang memintanya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLEN (and The Book of Spells)#1
FantasyFallen Gladwin hanyalah seorang gadis yang menempuh pendidikan di sekolah sihir Sleavton. Satu-satunya teman yang dimilikinya hanyalah seekor serigala yang ditemukannya di hutan kegelapan. Suatu hari ia menemukan sebuah buku misterius yang ditemukan...