06

4.8K 518 8
                                    

“Fallen!” teriak suara Sam di belakangku. Aku menoleh dan melihatnya berlari menghampiriku dan berdiri di depanku. “Menjauh darinya!” geramnya pada tuan Franklin.

“Wow, wow, Sam. Tenanglah. Tuan Franklin pria yang baik. Dia akan membantu menyembuhkanku,” kataku mencoba menenangkan Sam meskipun aku masih belum bisa sepenuhnya menggerakkan semua anggota tubuhku, sehingga gerakanku sedikit lambat dan kaku. “Darimana saja kau?” tanyaku akhirnya.

“Well, ceritanya panjang. Aku sedang mengejar pria berjubah itu tadi.”

“Apa? Kupikir kau berubah menjadi pangeran iblis dan menolongku tadi?”

“Yang benar saja, aku tidak pernah bisa berubah menjadi manusia dan… ya. Pria yang menolongmu tadi memang pangeran iblis.” Kemudian ia menyipitkan mata dan menatapku seolah menyelidikku. “Apa kepalamu baru saja terbentur sesuatu hingga membuatmu berkata aneh?”

Aku menggeleng sembari menelan ludah. “Kupikir begitu. Jadi Sam, aku harus menyembuhkan rasa sakit di sekujur tubuhku terlebih dulu sebelum kita melanjutkan perjalanan. Anda tidak keberatan tuan Franklin?” tanyaku dan memutar tubuhku ke arahnya.

Ia tertawa. “Tentu saja tidak. Kemarilah. Kusembuhkan kau,” katanya dan menyuruhku mendekat padanya. Ia mengulurkan kedua tangannya, cahaya kuning keemasan keluar dari telapak tangannya dan mengarah padaku. Cahaya tersebut menjalari sekujur tubuhku, menyembuhkanku dengan perlahan hingga aku tidak merasakan rasa sakit lagi. Aku tersenyum seraya menggerakkan kedua tanganku.

“Terima kasih tuan Franklin,” ucapku.

“Tidak masalah. Sepertinya kalian bukan berasal dari sini. Kalian ingin pergi ke suatu tempat?”

“Ya. Kami dari sekolah Sleavton. Kami ingin pergi ke dermaga,” jelasku.

“Oh, pantas saja. Kalian sudah berani melakukan perjalanan yang cukup jauh. Apa ini salah satu misi yang diberikan oleh sekolahmu?”

Aku dan Sam saling melirik satu sama lain. “Umm…  ya. Dan kami harus bisa menyelesaikannya,” dustaku. Itu memang tidak sepenuhnya salah. Ini memang misi yang diberikan sekolah, mungkin lebih tepatnya dari kepala sekolah, maksudku semua misi dari sekolah memang datang dari kepala sekolah, tapi misi ini hanya diberikan padaku, jadi ini adalah misi khusus dan cukup berbahaya.

“Kalian sangat pemberani,” ucapnya tersenyum. Tuan Franklin merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan sebuah kompas emas. Ia menarik satu tanganku dan memberikan kompas tersebut padaku. “Kompas ini bisa menunjukkan arah tempat tujuan kalian. Sebenarnya kompas ini satu-satunya barang berharga yang kumiliki, tapi selama ini aku tidak pernah menggunakannya sejak aku pensiun dari pekerjaanku sebagai guru di sekolah Sleavton. Bawa ini,” jelasnya seraya menutup kompas di genggamanku dengan jemariku.”

Aku menggeleng. “Aku tidak bisa menerima barang ini. Anda harus menyimpannya,” kataku mencoba menyerahkan kompas itu kembali, tapi tuan Franklin menahan tanganku.

“Kompas ini tidak berguna lagi bagiku. Kumohon, bawalah kompas pemberianku ini bersamamu.”

Aku menatap tatapan matanya yang memohon. Jujur saja aku merasa tidak enak memiliki barang orang lain yang dianggap paling berharga. Semua orang juga pasti akan merasa seperti itu. Tapi aku tidak mau membuatnya memohon padaku.

Aku menghela napas dengan berat. “Baiklah. Terima kasih banyak,” ucapku mencoba tersenyum.

***

Aku menatap kompas pemberian tuan Franklin. Awalnya aku tidak begitu yakin, lagipula Sam terus mengomel bahwa tanpa kompas tersebut ia juga bisa menemukan arah dermaga. Oke, jadi kupikir ia cemburu karena aku lebih memilih kompas daripada dirinya.

FALLEN (and The Book of Spells)#1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang