Cerita ini hanya fiktif belaka. Beberapa tokoh dan tempat semata-mata hanya ciptaan penulis. Kesamaan alur, nama, kejadian, dan lainnya merupakan kebetulan tanpa ada unsur kesengajaan sama sekali. Dilarang keras mengcopy, menjiplak, meremake, atau menulis ulang cerita ini tanpa seizin penulis. Kalo masih ada yg batu, saya sumpahin kamu jomblo seumur hidup. Terima kasih
.
.
.
.
.SATU
Incheon International Airport, 1 September 20xxTara mendorong kedua trolinya sekuat tenaga. Tenaganya sudah terkuras habis selama perjalanan Jakarta-Korea yang ditempuhnya semalam. Yang ia butuhkan saat ini adalah tempat tidur dan istirahat yang cukup.
Kedua matanya bergerak kesana kemari, mencari sosok perempuan berambut panjang dengan wajah yang amat ia kenal.
“Tara!!!”
Tara langsung menolehkan kepalanya kearah sumber suara. Senyumnya langsung mengembang saat dilihatnya sepupunya itu tengah melambaikan tangan heboh kearahnya dengan senyum yang tak kalah lebar dari miliknya sendiri.
Mereka berdua langsung berpelukan selama beberapa saat, diiringi pekikan tertahan dari bibir mereka masing-masing. Lima tahun tak bertemu membuat keduanya merasa pangling satu sama lain.
“You okay?” Tanya sepupunya, sambil merapikan rambut Tara yang berantakan karena ulahnya tadi.
Tara menganggukan kepalanya sambil memasang sebuah cengiran. “Naneun gwaenchana.”
Soo Ra tertawa mendengar jawaban sepupunya itu. “Kau gila. Darimana kau belajar itu?”
Tara mendorong sebuah trolinya dan membiarkan Soo Ra mendorong yang lainnya.
“Kau tahu kan, kalau aku mengambil kursus bahasa Korea.”
Soo Ra terkekeh, dalam hati membenarkan ucapan sepupunya barusan.
Kim Soo Ra, adalah salah satu sepupunya yang pindah ke Korea dan menetap disini. Usianya yang hanya berjarak dua tahun lebih tua dari Tara membuatnya keduanya sangat dekat, terlebih saat Soo Ra masih tinggal di Indonesia beberapa tahun silam.
Sedikit banyak Soo Ra masih bisa berbicara dalam bahasa Indonesia walau kadang terdengar aneh di telinga Tara dan keluarganya yang lain. Tapi itu lebih baik daripada Soo Ra tidak bisa berbahasa Indonesia sama sekali.
“Bagaimana kabarmu selama Indonesia?” Tanya Soo Ra sambil membantu Tara memasukan barang-barangnya kedalam mobil.
Tara meneguk ludahnya pelan. Tak mungkin Soo Ra tak tahu apa yang telah terjadi dengannya. Keluarganya pasti telah memberitahu gadis itu bahkan sebelum Tara merencanakan kepergiannya ke negeri ginseng ini.
“Kabarmu sebelum kejadian itu, maksudku.” Soo Ra melanjutkan.
Tara tersenyum getir. “Aku baik-baik saja sebelum semuanya terjadi, Soo.”
Menyadari perubahan air muka sepupunya itu, Soo Ra menyenggol bahu Tara keras dan berkata lagi dalam bahasa Korea, “Oh ayolah, Tae, kau sudah sejauh ini dan masih bersedih juga? Lebih baik kau pulang sekarang.”
“Mianhae, Soo. Aku berjanji tak akan ada lagi airmata.” Ucap Tara sungguh-sungguh.
Soo Ra menghentikan kegiatannya sesaat dan menatap Tara tepat dikedua manik matanya.
“Janji?” Tanya Soo Ra sambil mengacungkan jari kelingkingnya.
Tara terdiam sesaat.
Lalu ia tersenyum dan menautkan jari kelingkingnya pada jari Soo Ra.