.
Aku terbangun ketika fajar subuh tiba, aku menelisik sekeliling rumah ini. Tak kutemukan siapa-siapa, batinku mengatakan mungkin orang-orang masih terlelap. Aku melangkah menuju dapur untuk mengambil segelas air putih, namun tak sengaja perhatianku teralihkan ketika kakikku melangkah melewati salah satu kamar yang pintunya terbuka. Aku sedikit mendelik untuk menelisik pemilik kamar tersebut. Dan dugaanku benar, terlihat jelas dengan penerangan lampu yang sudah menyala memperlihatkan bahwa pemilik kamar sedang melakukan salah satu kewajibannya di akhir fajarnya.
Objek perhatianku melenggang melihat satu buku yang berada di atas nakasnya. Tertarik, akupun melenggang masuk ke kamarnya. Mengambil, kemudian membuka bagian daftar isi buku tersebut. Aku baru mengerti sejenak kemudian, bahwa buku tersebut adalah kumpulan jurnal-jurnal ilmiah miliknya.
Salah satu sudut bibirku terangkat. Sekilas aku kembali memperhatikannya yang masih khusyuk dengan doa-doa yang ia panjatkan. Tak lama dari itu aku memilih untuk merbahkan tubuhku di atas kasur dan menutup wajahku dengan salah satu bantal miliknya, aku pura-pura terlelap walau sebenarnya di balik itu aku memperhatikan wajahnya dengan serius.Kedua mata itu, mata yang selalu ia berikan kepada setiap orang. Keteduhan serta ketenangannya membuatku paham, bahwa setiap doa yang kita minta pada Tuhan tidak selamanya harus kita terima. Ada asa yang membuat kita harus berusaha dan menerima apapun yang akan terjadi dari asa itu. Seperti hari ini.
Sebelumnya, bertahun-tahun yang lalu, aku meminta Tuhan untuk memberinya kebahagian dengan mendatangkan sosok pendamping yang pantas untuk bersanding dengannya. Tapi tidak, hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, bahkan tahun berganti dengan tahun-tahun berikutnya. Tuhan belum juga mengabulkan doaku. Hingga berada di saat ini menginjak umurnya yang memasukin tahun ke-tiga puluh. Aku mendesah ketika mengingat hal itu, aku hampir menyerah.
Akan tetapi ketika aku kembali memandang mata tenangnya, rasioku selalu mengatakan bahwa aku tidak bisa meyerah.
Setiap kali ia tersenyum padaku, hatiku tenang seketika, akan tetapi setelah itu hatiku seperti dicubit ketika mengingat ada ruang batin yang entah seperti apa isinya, yang bisa kupastikan dan kusimpulkan ialah ia sedang sakit. Ketika aku berusaha untuk membebaskanya dari ruang yang kusangka telah menyakitinya, maka justru semakin aku tahu sedalam apa sakit dan luka itu. Dan lagi-lagi aku gagal dalam membebaskannya.
Ia memiliki benteng pertahanan yang kuat. Bentengnya begitu kokoh, dan dibalik benteng itulah seluruh ruang sunyi dan pekat bersemayam. Aku tau ketika aku berhasil mendobrak sisi lain dari ketenangan mata yang merupakan kunci dari benteng pertahanannya itu, yang ku temukan ialah ruang lakuna¹ yang sangat sunyi dan pekat.
Benteng pertahanan itu semakin kuat, seiring bertambahnya umur dan rasa sakit yang ia rasakan.Aku mendesah, aku menyerah sebelum akhirnya aku menemukan seseorang yang memberinya sedikit cahaya, namun akhirnya memadamkan dan justru memberikannya pekat lebih dalam lagi.
Aku selalu berharap hal-hal baik setiap waktu menghampirinya, tapi semesta punya jalan sendiri untuk mengatur kehendaknya.
Aku sering berbincang padanya, dan ia sering berkata kepadaku bahwa, titik tertinggi dalam rasa sakit adalah ketika kita tidak bisa merasakan apapun, apalagi untuk menangis. Dari situlah aku paham, kenapa selama ini aku tidak pernah melihatnya menangis.
Ternyata kehidupan orang dewasa serumit itu. Dengan mengubah persepsi saja, masalah belum tentu terselesaikan. Padahal terkadang, hanya dengan mengubah persepsi saja masalah bisa terselesaikan. Akhirnya aku benar-benar terlelap pagi itu di kamarnya sebelum ia selesai memanjatkan doa.
Ket: 1. Lakuna: suasana yang kosong.
~*~
Thanks, yang udah nunggu publishnya Toska lagi. Ini aku nepatin janji kepada kalian, karena ceritaku yang Perfect Love udah mencapai angka 100k readers. Jadi Toska aku publish lagi, dan untuk update Samudra, aku tunda dulu mungkin akhir bulan. Aku merevisi+menyegarkan ide-ideku untuk menulis lagi di tengah-tengah tugas akhir, responsi, serta tugas-tugas kuliah lainnya, ya. So, be patient. Terimakasih~Vhe_Ya❤
![](https://img.wattpad.com/cover/148537273-288-k270049.jpg)
YOU ARE READING
TOSKA
ChickLitDalam doa ada dua unsur yang diajukan kepada Tuhan. Meminta dan memaksa. Hal itu tak akan lepas dengan garis singgung masa depan yang diinginkan. Terlepas dari itu, perihal masa depan ada dua unsur yang membangun masa depan. Takdir dan pilihan. Akan...