Kota Tua

3 1 0
                                    

Demikian dirinya membawa rindu pada dua buah cangkir dengan poletan halmahera di sisi-sisinya berisikan kopi. Sambil memandang haru langit yang kelabu. Hanya kami berdua. Menikmati senja yg tersisa.
"Tambah lagi kopinya, Nyonya?" Katanya sedikit mengoconiku.
"Tak usah, Tuan. Nanti bertambah pula rindunya" ujarku tersipu.
"Ah apalah arti sebuah rindu, bila jarak semakin dekat. Kemari cangkirnya",
Belum penuh cangkir terisi kopi, tiba-tiba angin bersemilir masuk mencium kulit ku. Berterbanganlah debu yg usang dan terasa beku seisi ruangan.
"Ayo masuk" Ajaknya sambil membereskan cangkir dan teko
"Biar ku bantu"
"Tidak usah, besok ku antar pulang, Ya"
"Kenapa" Tanyaku terheran-heran
"Kota tua tak lagi panas terik berdenting" Ujarnya menutup rindu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AYSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang