Satu, Tiga

6 3 0
                                    

Dirga

Pertemuan kita ini –Tuhan sedang ingin bercanda, atau bagaimana?

*

GUE KESIANGAN!

Ini gimana ceritanya sih, gue baru bangun di jam tujuh pagi begini?

"Lih, lo nggak bangunin gue sih? Kita telat nih!" Di kasur yang berbeda, Galih masih benar-benar terlelap. Gue coba buat mengguncang-guncangkan badannya.

"Apaan sih, Ga? Masih subuh nih."

Yah, ngelantur ni anak.

"Subuh apanya? Ini udah jam tujuh!"

"HAH?!" Galih langsung terbangun.

"Ini kita harusnya berangkat jam enam empat lima, Lih. Anjrit tiket pesawat gue..."

Galih duduk di sebelah gue, lantas melihat jadwal penerbangan yang ada di aplikasi travel ponsel gue.

"Reschedule aja, Ga." Jawabnya polos. Rasanya mau gue timpuk aja si Galih ini pake tripod.

"Mana bisa reschedule, sih? Tiket kita aja udah hangus."

Terlihat Galih sedang mengucek matanya, lalu mengusap kasar rambut ikalnya. Ah, akhirnya dia berpikir juga.

"Beli tiket lagi aja lah, Ga."

PLETAK!

Satu jitakan berhasil melayang di atas kepalanya. Gemas banget gue. Daritadi ngasih ide yang diluar nalar mulu. Dikira beli tiket pesawat sama kayak tiket pasar malam, kali, ya?

"Gue kan nyumbang ide, Ga."

"Ide lo nggak ada bagus-bagusnya."

"Ya terus lo mau kita lebih lama disini? Rencana kita besok gimana?"

Rencana...

Ah, rencana.

"Hiking?"

"Iya lah, Kita kan udah nyiapin semuanya, Ga." Jawab Galih mantap. Iya, ya. Gue juga udah mulai bosan, sih lama-lama di Jogja. Butuh suasana baru. Lagian, jadwal checkout hotel gue kan, hari ini.

"Oke, lo pesan tiketnya lagi. Gue mau mandi dulu. Tinggal pesan, tagihannya udah ke gue semua pokoknya." Gue beranjak dari kasur berjalan menuju kamar mandi.

"Asyik ya, punya temen konglomerat. Bisa gue porotin terus." Ujar Galih yang langsung gue timpuk pakai celana dalam bekas.

*

"EH, KAMPRET LO MESEN KELAS BISNIS?!" Astaga. Untuk perjalanan singkat Jogja-Jakarta harus pakai pesawat kelas bisnis dan bayar empat jutaan?! Dimana hati nurani seorang Galih, Ya Tuhan?! Miris rasanya ngeliat notifikasi e-statement dari bank di e-mail gue.

"Anggep aja itu ganti rugi dari virus yang udah lo sebar dari sempak bekas lo ke gue, Ga."

Asli, gue udah kehabisan kata-kata sama si Galih ini. Andai aja dia bukan sahabat gue, udah gue tinggalin dia di hotel sebagai kenang-kenangan.

"Udahlah, siap siap. Gue mau ngabarin Mas Dika dulu." Mas Dika ini awalnya adalah tour guide gue selama di Jogja. Sebelum gue tahu jalanan disini, dan sebelum google maps secanggih sekarang, kemana-mana gue pasti sama dia. Awalnya gue kenal dia karena dia adalah pemilik jasa sewa motor di Jogja. Ternyata orangnya asyik juga. Meskipun usia dia tujuh tahun lebih tua dari gue, gue salut sama dia karena dia ini pekerja keras banget, udah gitu baiknya kebangetan pula. Bahkan waktu dia nikah, sempat-sempatnya dia ngirim undangan buat gue, padahal waktu itu kita baru dua kali ketemu dan belum seakrab sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Accidentally, LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang