"Hari ini aku pulang ke Indonesia ma."
"Iya nak, mama masakin makanan kesukaan kamu ya."
"Iya ma, aku kangen banget sama masakan rumah. Oiya ma, papa dirumah kan?"
"Papa lagi sibuk sama kerjaannya di kantor. Gak papa ya nak, kan ada mama sama Audy yang nyambut kedatangan kamu."
"Iya ma. Yaudah deh ma telepon nya aku matiin dulu, nanti aku telepon lagi. Love you mom."
Aksa menutup sambungan telepon antara dirinya dengan mamanya. Mendengar papanya yang masih tetap saja sibuk, sudah biasa terdengar di telinga Aksa. Dari dulu hingga kini sang ayah tetap menomor satukan pekerjaanya. Bagaimana pun beliau tetap ayahnya. Apapun yang beliau lakukan saat ini juga untuk dirinya, ibu, dan adiknya.
***
"Sar, hari ini tim futsal Davi tanding melawan SMA Sakti Hijau. Lo nonton kan, Sar?"
Sara hanya terdiam. Jujur saja Sara merasa malas untuk datang ke tempat keramaian semacam itu. Hanya di beberapa pertandingan futsal saja ia muncul, itu pun karena kemauan Davi, gebetannya. Iya, masih gebetan. Belum pacaran. Hingga saat ini, Sara masih belum diberi kepastian oleh Davi.
"Sar, jangan bilang lo gak dateng?" Safirah kembali berucap setelah beberapa saat tak muncul jawaban dari mulut Sara.
"Aduh, Saf. Gue tuh males tau dateng ke acara begituan, berisik."
"Itu konsekuensinya punya pacar anak futsal,"
"Ralat, masih gebetan. Belum diberi kepastian." Ujarnya dengan raut wajah datar.
"Makanya lo dateng pas Davi tanding, sapa tau pulang tanding lo di tembak sama dia."
"Ini kesekian kalinya lo ngomong gini, Saf. Tapi apa? Enggak kebuktikan? Nyatanya Davi emang gak pernah serius sama gue, Saf."
"Ya... ya... tapi kan..."
"Udah ah gue mau ke toilet dulu." Sara beranjak dari bangku tempat dia duduk dan pergi meninggalkan Safirah.
***
Sara duduk dan membenarkan sepatunya. Tali nya terus menerus lepas. Tak ada sehari tanpa harus berurusan dengan tali sepatu. Tak lama Sara bangkit dan kembali mengangkat kepalanya. Seketika kakinya terhenti dengan sendirinya. Apa yang terjadi? Davi bersama perempuan lain. Lalu apa masalahnya? Ia dengan Davi tidak terikat dalam suatu hubungan bahkan komitmen? Yasudah, apa yang harus disesali?
Sara kembali berjalan menuju kelasnya. Hari ini ada ulangan Biologi. Ia harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan. Siswi terpintar se-SMA Galesha Bhakti. Tapi, tidak dengan teman-teman sekelasnya yang memilih bekerja sama di grup chatting kelas.
GALESHA 2-B
Farel Carel: Guys guys ku, contekan no. 1-50 dong, kepepet nih guys.
Olinda Olin: Itu namanya belum oon.
Jihan Susi: Eh kalian liat depan dong, tuh Pak Doni lagi pada nengok ke kita
Agus Axis: Gue minta tipe-x dong, salah jawab nih
Sara Elina P: Berisik.
Farel Carel: Contekin napa Sar @Sara Elina P
Olinda Olin: Ehh agus axis, daritadi lu minta tipe-x mulu dah perasaan, ampe bocor nih tipe-x gue. Lu nyontek siapa sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
FIDUCIA
Teen FictionBukan tentang balas budi, tetapi tentang saling melengkapi.- Sara Elina Pratista Apa yang salah dari perasaan? Tidak ada yang salah. Tetap dan menetap. - Aksa Arya Gunadya