"Permisi pak. Tuan Aksa ingin menemui anda." Ujar Lucy, sekretaris Gunawan, papa Aksa.
"Suruh dia masuk Lucy, sepertinya dia sudah datang dari Malbourne, seperti menjadi ayah durhaka saja diriku ini." Ujar nya sambil bergumam.
"Lucy, siapkan beberapa makanan juga, kami akan makan siang bersama nanti. Pesankan makanan di tempat biasa saja." Pintanya pada Lucy.
"Baik pak." Lucy pun keluar dan mempersilahkan Aksa memasuki ruangan sang ayah.
"Pa." Aksa berasa di ambang pintu.
"Masuk, nak." Aksa pun langsunh duduk di sofa yang disediakan di ruang kerja papanya.
Gunawan pun mengahampiri Aksa dan dudum di sebelahnya.
"Kemarin landing jam berapa?" Tanya Gunawan.
"Siang pa, jam 12 an mungkin."
"Kamu gak ada urusan kan setelah ini? Kita makan siang bareng dulu."
"Di rumah aja pa, sama mama sama Audy, biar bisa kumpul bareng." Ujarnya sambil memasang wajah penuh harap.
"Papa gak bisa lama-lama banyak..."
"Dari dulu sampek sekarang papa selalu sibuk, bahkan Aksa baru pulang dari Malbourne aja papa gak ada. Waktu buat aku, mama, Audy, kemana pa?" Gunawan hanya tertunduk menyadari kesalahannya kembali. Aksa bangkit lalu meninggalkan ruangan sang ayah
"Maafin papa, nak."
***
Saat ini Sara sedang sibuk merapikan dirinya di depak cermin toilet. Ia memoleskan sedikit lipstik di bagian bibirnya. Sesekali ia memperhatikan wajahnya dengan tajam di depan cermin.
"Sar, nanti lo jadi dateng kan?" Tanya Safirah yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.
"Jadi. Tapi, gue telat. Mau semangatin siapa coba? Gak ada yang di semangatin." Jawabnya sambil mencuci tangannya di wastafel.
"Oke. By the way, lo cemburu gak sih liat Dave sama Audy sekarang?" Pertanyaan Safirah membuat Sara terdiam dan tak bisa menjawab.
"Sar? Kok lo diem sih?"
"Gu... gue... "
Tringg.
Ponsel Sara berbunyi pertanda pesan masuk. Ia pun membuka pesan tersebut.
"Siapa, Sar? Bokap?"
"Iya. Mau ngajak dinner, mau dikenalin sama anak temennya."
"Jangan jangan, lo dijodohin lagi?" Terka Safirah.
"Yee... lo kira gue siti nurbaya apa? Udah ayo balik ke kelas."
***
Setelah menemui sang ayah di kantor, Aksa memutuskan untuk menikmati secangkir kopi di kafe. Ia memesan secangkir Caramel Machiatto dengan Bread Toast dengan selai cokelat.
Sambil menunggu pesanan datang, ia memainkan ponselnya dengan membuka aplikasi Instagram yang kini sedang digandrungi para remaja untuk sekedar mengabadikan moment.
Tak lama kemudian pesanan Aksa datang.
"Makasih mbak." Ujarnya sembari melemparkan senyuman.
"Aksa?" Sapanya—seorang pria separuh baya yang kini berada di depan meja Aksa. Aksa pun mendongakkan kepalanya.
"Om Bob?"
***
"Sar, gue pulang dulu ya. Ntar jangan lupa jam 4 sore." Sara hanya mengangguk sembari melambaikan tangannya kepada Safirah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIDUCIA
Teen FictionBukan tentang balas budi, tetapi tentang saling melengkapi.- Sara Elina Pratista Apa yang salah dari perasaan? Tidak ada yang salah. Tetap dan menetap. - Aksa Arya Gunadya