Hari pun berganti malam, Eunha sudah sampai di kediaman Jimin bersama Jimin.
"Tunggu aku, Hei pelan-pelan." Teriaknya karena ketinggalan jauh oleh Jimin yang sudah berada di depannya.
Eunha pun bingung Jimin tetap berjalan cepat tanpa memedulikannya. "Kau marah padaku? Kenapa?" Eunha pun berhenti.
Seketika sebuah ide terlintas diotaknya. "Aigo, kakiku sakit sekali. Aku tidak bisa berjalan." ujar Eunha berpura-pura berteriak agar Jimin dapat mendengarnya dan memegang kakinya.
Jimin pun berhenti. Eunha yang melihat Jimin berhenti pun tersenyum senang.
"Aigoo, aku berlari menjauhi orang-orang itu tadi. Aku bahkan tidak sadar kakiku terluka.Aduh, seberapa parah lukaku ini ya? Sepertinya aku tidak bisa berjalan lagi." ujar Eunha melanjutkan aktingnya.
Namun tiba-tiba saja tanpa eunha sadari Jimin telah mendekat dan langsung memegang kedua lengan Eunha yang membuat gadis itu berdiri tegap. Eunha terkejut menatap Jimin yang berkaca-kaca.
"Kupikir aku telah kehilanganmu."
"Apa?" ujar Eunha terkejut.
"Aku.. pikir takkan bisa lagi melihatmu." ujar Jimin lirih, Eunha mengedipkan matanya tak percaya.
"Aku takut." tambah Jimin
Eunha pun berusaha untuk melepaskan diri dari Jimin namun pria itu tetap menahannya. Jimin pun mendekatkan wajahnya ke arah Eunha.
Namun Eunha segera mundur karena mendengar keributan, mau tak mau pun Jimin melepaskannya.
"Eunha agasshi, Pangeran Jimin!" teriak mereka mencari keberadaan mereka. Namun tiba-tiba Mina menangkap sosok Eunha dan memberitahukan bahwa Eunha berada disana.
Semua orang pun mendekati Eunha dan Jimin dan Eunha mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Kemudian, Yuju ikut datang menghampiri mereka dengan khawatir.
"Eonni, aku membuatmu khawatir.Maafkan aku." ujar Eunha. Jimin hanya terdiam.
"Aku telah mengutus orang untuk mencarimu. Kau dan pangeran menghilang, jadi aku menghawatirkanmu." ujar Yuju.
Nayeon juga yang telah sampai langsung ikut berbicara. "Ibu menghawatirkanmu. Pergilah ke istana besok."
Belum sempat Nayeon menyelesaikan kalimatnya, Jimin telah berjalan pergi meninggalkan mereka.
Sementara di istana, Taehyung tengah membuka bajunya dan memperhatikan luka yang ada di punggungnya lewat cermin ditemani Jungkook yang bersandar di tembok. Taehyung pun kembali memakai pakaiannya.
"Kau bahkan menyamarkan diri dan pergi keluar istana?" tanya Jungkook. "Aku datang kesini, kalau ibu tahu."
"Terimakasih atas perhatianmu."
"Kau pasti sudah sering keluar seperti itu jika kau kenal orang-orang itu."
"Aku tadi hanya kena sial saja." Taehyung menatap Jungkook sebentar.
"Kau terkena sial? Karena kau seorang pria kehilangan tangannya dan keluarganya hancur. Sial?" tanya Jungkook kembali. "Bagaiman bisa kau mengatasi ini?"
"Kubilang aku tidak tahu! Aku tidak melakukanya." Taehyung menaikkan nada bicaranya.
"Jika kau tidak tahu, apa kau tidak memegang tanggung jawab?" Jungkook mendekat ke arah Taehyung. "Kau itu pangeran, kau tidak tahu semakin tinggi posisimu semakin tinggi tanggung jawab yang harus kau emban?"
Taehyung tertawa remeh. " Lucu sekali ini.Sejak kapan posisimu ini tinggi? Ahh.. apa kau seperti ini karena ibu memperlakukanmu dengan kejam? atau kau merendahkan adikmu ini karena aku tukang pamer?" Jungkook diam. "Ternyata benar yang dikatakan Suga hyungnim. Sungguh memalukan aku telah lahir dari rahim yang sama denganmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Lovers (Bangchin version)
FanfictionEunbi seorang gadis dari zaman modern yang tiba-tiba kembali ke zaman kerajaan. Dan berubah menjadi Eunha, yang harus menyambung hidup. Bisakah ia bertahan menjadi seorang Eunha? Kisah apa saja yang harus ia lalui?