tiga

15 5 2
                                    

"Woy, Namjoon!!"

"Ya, Seokjin Hyung!"

"Tahu enggak selimut kalau jatuh dari kasur bilang apa?!"

"Mampus Seokjin Hyung mulai lagi..." Jungkook menepuk keras dahinya, segera menenggelamkan wajahnya ke dalam kupluk hoodie hijaunya.

"Dia bilang, oh shEET! AHAHAHAHA AKU JINIUS."

Seokjin memukul-mukul meja, terhibur oleh lawakannya sendiri. Hoseok, Namjoon, Taehyung, dan Jungkook malah menertawakan dan mengolok-ngolok Jimin yang kini berlutut di lantai setelah jatuh akibat tertawa terpingkal-pingkal. Alkohol mulai menguasaiku, tanpa kusangka lawakan serenyah itu rupanya masih sanggup kutertawai.

"Konyol banget haha! Kim Namjoon, please collect your man!" Oke, kalau mulai melayarkan kapal begini sih sudah terlewat mabuk. Siapa sih yang tadi bersikeras ingin pulang duluan?

"Jihye, kutantang kamu adu panco denganku!" Tiba-tiba Namjoon berteriak—menunjukkan lengan indahnya dengan siku yang sudah menempel di atas meja.

"Payah, beraninya sama junior."

"Awas lengan Jihye bisa patah!"

"Jihye, jangan mau!"

"Ayo sini!" Aku berdiri lalu berjalan ke seberang tempat duduk Namjoon. Tanganku ditaruh berhadapan dengan tangan Namjoon, kemudian menggenggam kuat telapak tangan besar itu.

Hoseok menelan ludah, bahkan terdengar gugup di telingaku. "Lengan Jihye benaran bisa patah loh," katanya berbisik. Wajahnya terlihat khawatir dengan keberlangsungan hidup lenganku.

"Sudahlah, tonton saja." Jungkook menunjukku dengan dagunya yang dimajukan, lantas meneguk minumannya lagi.

"Jangan lembek hanya karena aku cewek, Oppa."

"Tentu."

Aku dan Namjoon memasang kuda-kuda, siap bertempur di meja makan. Keheningan menjalar ke penjuru ruangan—semua berkonsentrasi menontoni kami. Kekuatan sudah mulai kami pusatkan pada pergelangan tangan ketika Jimin meneriakkan aba-aba mulai.

"Mulai!"

Aku mendorong telapak tangan namjoon sekuat tenaga. Urat-urat menampakkan diri seakan ingin keluar menembus kulit pucatku. Tanpa kusangka ternyata kekuatan Namjoon tidak sebesar itu. Perlahan tapi pasti, kedua tangan kami mendekati permukaan meja di sisi kiri tanganku, menandakan aku hampir menang. Jungkook dan teman-temannya berteriak menyemangatiku sementara Namjoon menghabiskan sisa tenaganya untuk berteriak seperti karakter Goku dalam serial anime 'Dragon Ball' yang sedang mengeluarkan kekuatannya.

"Ugh! Tanganmu terbuat dari apa sih?!" adalah kalimat yang dilontarkan Namjoon sesaat setelah Jimin mengumumkan namaku sebagai pemenang.

Aku tertawa meresponnya. "Enggak kusangka adu panco semudah itu."

"Baru kali ini aku lihat Namjoon Hyung kalah sama perempuan." Taehyung menunjuk-nunjuk Namjoon dengan senyum berbentuk persegi di wajahnya.

"Enggak selamanya perempuan lebih lemah dari laki-laki tahu." Namjoon mencibir.

Kami kembali minum, menghabiskan isi gelas yang tersisa. Aku sudah berhenti minum ketika Seokjin bicara padaku, "Jihye, sudah lewat pukul sembilan. Kamu mau pulang kapan?"

Aku terkejut, lantas merogoh tas dan membuka kunci handphone-ku. Benar kata Seokjin, sudah dua jam sejak kami mulai makan dan mengobrol di sini. Aku merasa nyaman dengan orang-orang baik ini sampai lupa waktu. Kita semua tahu sulit sekali menemukan orang asing yang cara bicaranya langsung cocok denganmu.

cinematic record  | pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang